Mohon tunggu...
Husnul Khatimah
Husnul Khatimah Mohon Tunggu... Guru - inclusive enthusiast

pegiat dan praktisi pendidikan inklusif dan penanganan anak spesial

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Personalisasi Pembelajaran dengan Teknologi AI, Mengoptimalkan ChatGPT untuk Pendidikan yang Lebih Efektif

20 Oktober 2024   06:25 Diperbarui: 20 Oktober 2024   06:46 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia pendidikan yang terus berkembang, teknologi AI seperti ChatGPT memberikan peluang luar biasa untuk mempersonalisasi pembelajaran bagi setiap murid. Dengan kemampuan yang dapat disesuaikan untuk setiap kebutuhan siswa, ChatGPT memungkinkan pendidik untuk menciptakan pendekatan belajar yang lebih spesifik dan efektif.

Seperti yang sering disampaikan oleh Anggayudha Ananda Rasa (Pak Aye), seorang konten kreator pendidikan, pendekatan "coba aja" menjadi kunci dalam mengeksplorasi teknologi baru. Tidak perlu menunggu semuanya sempurna---cukup coba dan lihat bagaimana teknologi dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar. Menurut Anggayudha, para guru harus berani mengambil langkah ini untuk mengintegrasikan AI ke dalam pembelajaran, agar siswa dapat merasakan pengalaman belajar yang lebih personal dan terarah.

Namun, Anggayudha juga mengingatkan bahwa "guru yang tidak fleksibel dan menyesuaikan diri terhadap perkembangan teknologi bisa saja 'dia' akan tergantikan oleh teknologi itu sendiri." Ini adalah peringatan penting di era digital ini. Guru yang tidak mau terbuka dengan teknologi baru berisiko kehilangan relevansinya di dunia pendidikan yang terus berubah. Sebaliknya, guru yang mampu memanfaatkan teknologi seperti ChatGPT dapat meningkatkan keterampilan mereka dan menjadi pendamping belajar yang lebih baik untuk siswa mereka.

Salah satu keunggulan ChatGPT dalam personalisasi pembelajaran adalah kemampuannya menyesuaikan diri dengan kebutuhan siswa secara langsung. Untuk mengoptimalkan penggunaan ChatGPT dalam kelas, guru perlu memahami prinsip K.T.P (Konteks, Tujuan, dan Perintah). Dengan menggunakan K.T.P, guru dapat memberikan arahan yang tepat kepada ChatGPT untuk menghasilkan respons yang relevan dan bermanfaat.

  1. Konteks: Berikan informasi atau latar belakang yang jelas tentang apa yang sedang dipelajari. Misalnya, jika siswa sedang belajar tentang pecahan, jelaskan secara singkat tentang materi yang perlu ditekankan.

  2. Tujuan: Tetapkan tujuan spesifik yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Apakah tujuan ini untuk memperdalam pemahaman siswa, atau untuk menyelesaikan latihan soal? Dengan tujuan yang jelas, ChatGPT dapat memberikan jawaban yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa.

  3. Perintah: Susun perintah menggunakan KKO (Kata Kerja Operasional) dengan jelas dan tepat. Ini adalah kunci agar ChatGPT tidak memberikan respons yang ngawur atau tidak relevan. Misalnya, "jelaskan-berikan contoh-buatkan-elaborasikan-dsb" Dengan kata perintah yang spesifik, ChatGPT dapat memberikan respons yang lebih terarah dan bermanfaat bagi siswa.

Penggunaan K.T.P dalam merancang interaksi dengan ChatGPT memastikan bahwa teknologi ini tidak hanya memberikan respons acak, tetapi benar-benar membantu siswa mencapai hasil belajar yang diinginkan. Selain itu, ChatGPT juga dapat memberikan variasi metode pembelajaran. Misalnya, siswa visual mungkin membutuhkan diagram, sementara siswa auditif bisa mendapatkan penjelasan dalam bentuk cerita.

Pengalaman saya sebagai guru Mulok Budaya dan Bahasa Banjar, ketika pertama kali mencoba menggunakan ChatGPT untuk membantu siswa memahami salah satu aspek budaya Banjar, sangat mengesankan. Saat itu, saya sedang mengajarkan tentang tradisi Batajak Rumah---sebuah ritual dalam budaya Banjar. Salah satu siswa tampak kesulitan memahami konsep simbolis di balik upacara tersebut. Akhirnya, saya memutuskan untuk "coba aja" menggunakan ChatGPT dengan memberikan perintah yang jelas: "Jelaskan makna budaya Batajak Rumah dalam tradisi Banjar secara sederhana, untuk siswa kelas 6."

Hasilnya, ChatGPT mampu menjelaskan konsep itu dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa, bahkan menambahkan contoh yang relevan tentang simbol-simbol yang digunakan dalam upacara tersebut. Ini membantu siswa memahami bahwa tradisi ini bukan hanya seremonial, tetapi juga sarat makna sosial dan spiritual. Pengalaman ini membuat saya yakin bahwa teknologi AI bisa menjadi alat pendukung yang sangat efektif, selama kita memberikan arahan yang tepat dan jelas.

Pada akhirnya, teknologi seperti ChatGPT memberikan pendidik alat baru untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih efektif dan personal. Namun, teknologi ini hanya akan berguna jika digunakan dengan cara yang benar. Guru harus memahami bagaimana memberikan konteks, menentukan tujuan, dan merumuskan perintah dengan jelas. Dan seperti yang selalu disarankan oleh Anggayudha: "coba aja." Dengan bereksperimen, kita bisa menemukan cara terbaik untuk mengintegrasikan teknologi ini ke dalam kelas dan menciptakan pembelajaran yang lebih kaya bagi semua siswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun