"Harapan besar datang dari gambar menu, tapi kenyataan terkadang membuat kita tersedak kecewa."
Pernah nggak sih kamu merasa haus banget dan akhirnya memutuskan mampir ke rumah makan? Nah, aku pernah banget mengalami situasi ini. Bayangin, duduk di rumah makan, cuaca di luar terik, tenggorokan kering, dan aku langsung berpikir untuk memesan minuman yang segar. Lalu, aku membuka menu, dan di sanalah aku terjebak---terjebak oleh foto minuman yang terlihat begitu segar dengan es yang berkilauan, butiran boba yang menggoda, dan tetesan air di pinggiran gelas. Rasanya seperti minuman itu berbisik, "Ayo, pesan aku!" Dan tentu saja, aku akhirnya memesan minuman itu.
Tapi saat pesanan datang, kenyataan benar-benar berbeda dari apa yang kulihat di foto menu. Minumannya tidak seindah yang kubayangkan, bahkan esnya sudah hampir mencair dan buah yang di gambar terlihat segar, kenyataannya hanyalah irisan kecil yang tampak kurang segar. Aku harus mengakui, rasanya sedikit seperti patah hati. Harapanku yang melambung tinggi karena gambar itu langsung runtuh begitu saja saat melihat hasil nyatanya. Aku langsung kehilangan selera untuk meminumnya---meskipun, ya, sebenarnya ini tetap minuman yang aku pesan.
Ini membuatku berpikir: kenapa foto di menu selalu terlihat lebih menggoda dibandingkan kenyataannya? Nah, aku akhirnya memahami bahwa foto-foto di menu seringkali dibuat dengan teknik fotografi makanan yang dirancang untuk membuatnya terlihat seoptimal mungkin. Kadang bahkan mereka menggunakan trik khusus, seperti es buatan yang nggak meleleh atau menambahkan lapisan minyak agar minuman tampak lebih segar dan berkilauan di foto. Ini adalah seni tersendiri dalam dunia periklanan makanan, tapi sayangnya, sering kali ekspektasi kita jadi terlalu tinggi karenanya.
Dan hal ini nggak cuma soal penampilan, tapi juga bagaimana kita terpengaruh secara psikologis. Gambar yang menarik bisa membuat kita merasa "terhubung" dengan minuman atau makanan tersebut, seolah-olah kita bisa merasakan kesegarannya hanya dengan melihat. Padahal, begitu dihidangkan, kita mungkin menghadapi minuman biasa yang jauh dari bayangan. Rasanya seperti kamu membeli mimpi, tapi yang datang hanyalah versi minimalis dari harapanmu.
Aku juga pernah berpikir, mungkin ini adalah trik yang diterapkan oleh restoran untuk membuat kita memesan lebih banyak atau lebih mahal. Siapa yang nggak tertarik melihat minuman dingin dengan es yang berkilauan dan buah segar di sekelilingnya? Kita jadi tergoda, dan tanpa sadar sudah menambah tagihan. Kalau sudah begini, aku jadi lebih berhati-hati dan mencoba untuk tidak terlalu membiarkan diri terpengaruh oleh gambar yang ada di menu.
Tapi di sisi lain, pengalaman ini juga mengajarkan aku untuk lebih realistis. Kadang, harapan besar datang dari hal-hal yang memang dibuat lebih indah dari kenyataannya. Apakah aku kecewa? Tentu saja. Tapi aku juga belajar untuk tetap menikmati apa yang ada di depanku, tanpa terlalu bergantung pada harapan yang sudah dibentuk oleh gambar-gambar yang memikat.
Jadi, jika kamu juga pernah mengalami hal ini, jangan merasa sendiri! Ini adalah pengalaman yang cukup universal---semua orang pasti pernah merasa tertipu oleh gambar menu yang terlihat sempurna. Mungkin kita harus lebih realistis, dan ya, sedikit menurunkan ekspektasi ketika membuka menu di rumah makan. Toh, pada akhirnya yang penting adalah rasa dan kebersamaan, bukan sekadar tampilan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H