"Di era digital ini, pendidikan telah berkembang dan bertransformasi dengan cara yang belum pernah kita duga sebelumnya. Namun, kita harus ingat bahwa teknologi hanya alat, dan efektivitasnya sangat tergantung pada bagaimana kita menggunakannya."
Pendidikan adalah hak bagi setiap anak, termasuk untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Di era digital saat ini, berbagai teknologi telah dimanfaatkan untuk mendukung pembelajaran ABK, terutama sejak pandemi COVID-19 memaksa sekolah dan lembaga pendidikan lainnya untuk beralih ke pembelajaran jarak jauh.
Namun, meski teknologi telah membuka pintu baru bagi pembelajaran, seiring dengan manfaatnya, pembelajaran digital juga memiliki sejumlah tantangan dan dampak yang perlu dipahami dan ditangani dengan bijaksana oleh semua pihak yang terlibat, terutama orang tua dan pendidik.
Pertama, kita perlu memahami bahwa ABK memiliki tahapan perkembangan yang berbeda dengan anak pada umumnya. Mereka mungkin memerlukan waktu yang lebih lama atau pendekatan yang berbeda untuk mencapai milestone tertentu dalam perkembangan mereka. Dalam konteks pembelajaran digital, tantangan ini dapat menjadi lebih kompleks. Misalnya, ABK mungkin merasa kesulitan untuk fokus dan memahami materi pelajaran yang disampaikan secara online, atau mereka mungkin merasa frustasi dengan masalah teknis dan akses internet yang terbatas.
Hal ini bukanlah hal yang sepele. Keterbatasan dalam memahami materi pembelajaran dan frustrasi yang timbul dari masalah teknis dapat menghambat perkembangan ABK dalam mencapai milestone mereka. Sebagai contoh, seorang ABK yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran digital mungkin merasa tidak mampu untuk mengikuti materi pelajaran, sehingga mengakibatkan penurunan motivasi belajar.
Kedua, distraksi adalah masalah besar dalam pembelajaran digital. Dengan berbagai tab browser dan aplikasi yang bisa dibuka dengan mudah, ABK mungkin tergoda untuk bermain game atau melakukan aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan belajar. Hal ini bukan hanya mengurangi fokus dan konsentrasi mereka pada tugas belajar, tetapi juga dapat berdampak negatif pada perilaku dan kemampuan manajemen emosi mereka.
Dalam jangka panjang, hal ini bisa berdampak buruk pada proses pembelajaran mereka di sekolah serta perkembangan emosi dan perilaku mereka secara umum. Misalnya, seorang ABK yang sering terdistraksi oleh game online mungkin mengalami penurunan prestasi akademik dan masalah perilaku seperti hiperaktivitas atau kesulitan dalam menahan impuls.
Ketiga, dengan pembelajaran digital, ABK mungkin merasa kurang mendapatkan interaksi sosial langsung yang mereka butuhkan untuk pengembangan emosi dan sosial mereka. Interaksi dengan guru dan teman sekelas melalui layar mungkin tidak bisa menggantikan kehangatan dan kedekatan yang mereka dapatkan dari interaksi langsung di kelas.
Oleh karena itu, peran orang tua menjadi sangat penting dalam mendukung pembelajaran digital ABK. Orang tua perlu sadar betul akan tantangan dan dampak dari pembelajaran digital, dan harus lebih banyak terlibat dalam proses belajar ABK.
Pertama, orang tua perlu menyediakan waktu yang berharga untuk berinteraksi dan beraktivitas bersama ABK. Ini bukan hanya membantu ABK dalam perkembangan emosi dan sosial mereka, tetapi juga menciptakan bonding yang lebih berkualitas antara orang tua dan anak.
Ini berarti bahwa orang tua tidak hanya perlu menyediakan perangkat dan akses internet untuk pembelajaran digital, tetapi juga waktu dan perhatian mereka. Aktivitas bersama seperti bermain, membaca buku, atau melakukan hobi bisa menjadi momen berharga untuk membangun hubungan yang lebih dekat dan mendukung perkembangan emosi dan sosial ABK.
Kedua, orang tua juga harus memastikan bahwa ABK menggunakan teknologi dan internet dengan bijaksana dan aman. Misalnya, dengan membatasi waktu penggunaan gadget, mengawasi aktivitas online ABK, dan memilih aplikasi atau platform digital yang aman dan sesuai untuk pembelajaran mereka.
Ini berarti bahwa orang tua perlu lebih aktif dalam mengawasi dan membimbing ABK dalam menggunakan teknologi. Dari memilih aplikasi yang tepat hingga memastikan bahwa ABK menggunakan gadget dan internet secara aman dan bijaksana, peran orang tua sangat penting dalam memastikan efektivitas pembelajaran digital.
Ketiga, orang tua bisa membantu ABK untuk mengelola distraksi dan kendala teknis dalam pembelajaran digital. Misalnya, dengan membuat ruang belajar yang tenang dan nyaman, memastikan koneksi internet yang stabil, dan membantu ABK untuk memahami dan menggunakan teknologi dengan baik.
Pada akhirnya, perlu diingat bahwa teknologi hanyalah alat, dan efektivitasnya sangat tergantung pada bagaimana kita menggunakannya. Dengan pemahaman yang benar dan pendekatan yang tepat, kita bisa memanfaatkan teknologi untuk mendukung perkembangan ABK, tanpa mengabaikan kebutuhan dan hak mereka sebagai anak.
Selain orang tua, pendidik juga memegang peran penting dalam mendukung pembelajaran digital ABK. Dari merancang materi pembelajaran yang sesuai hingga memberikan dukungan dan bimbingan secara personal, peran pendidik sangat penting dalam membantu ABK mengatasi tantangan dan memanfaatkan manfaat dari pembelajaran digital.
Kita semua, sebagai orang tua, pendidik, dan masyarakat, memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anak, termasuk ABK, memiliki akses yang sama terhadap pendidikan dan peluang untuk berkembang dan mencapai potensi mereka sepenuhnya. Mari kita mulai dengan memahami tantangan dan dampak dari pembelajaran digital bagi ABK, dan menyikapinya dengan bijaksana dan penuh perhatian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H