Mohon tunggu...
Husni Fahruddin
Husni Fahruddin Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat, politisi dan jurnalis

Koordinator Youth Institute, BORNEO (Barisan Oposisi Rakyat Nasional dan Elaborasi Organisasi), FORMAS (Forum Organisasi Masyarakat), Laskar Kebangkitan Kutai (LKK), Advokat & legal Auditor

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Dukung Penyelenggara Pemilu, Kalau Tidak?

16 April 2019   08:42 Diperbarui: 16 April 2019   08:48 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Delegitimasi terhadap penyelenggara pemilu nampaknya sudah mulai dimainkan oleh pihak-pihak tertentu yang berkepentingan terhadap kekuasaan.

Tampak beberapa kejadian yang mengarah untuk menyudutkan dan sekaligus menyalahkan penyelenggara pemilu.

Persoalan DPT yang masih di sangsikan, ribuan kartu E-KTP yang tercecer, koruptor yang masih bisa mencalegkan dirinya, "orang gila" diberi hak memilih, teknis debat Pilpres yang selalu diperdebatkan.

Tujuh kontainer surat suara yang diselundupkan, ribuan surat suara yang sudah tercoblos, video pencoblosan surat suara yang mengarah ke salah satu capres dan caleg serta kerawanan akan tingginya angka golput.

Kotak suara yang hanya terbuat dari kardus, kekurangan surat suara di pelbagai daerah, distribusi instrumen pemilu yang amburadul karena alam dan berbagai macam kendala lainnya.

Mekanisme yang tidak komprehensif pada pemungutan suara di luar negeri menyebabkan terjadinya antrean  panjang, waktu yang terbatas, gedung TPS yang sudah habis pakai, kekisruhan antara panitia, saksi dan pemilih serta oknum penyelenggara pemilu yang terkesan terpecah karena saling memberikan dukungan ke salah satu capres.

Waktu pencoblosan yang sempit sehingga membuat pemilih tidak sempat memberikan pilihannya, adanya isu kelompok tertentu yang akan mengarahkan pemilih saat hari pencoblosan sampai akhirnya aparat keamanan menyatakan jangan takut ke TPS.

Sederet kejadian yang sebenarnya normal saja karena mengelola pesta yang begitu besar, namun bisa menjadi sangat bermasalah ketika "dikemas" dengan sangat luar biasa. Penyelenggara pemilu dalam titik krusial.

Mengamati keberpihakan mantan-mantan petinggi TNI/POLRI, yang terbagi di kedua kubu capres, harus disikapi oleh petinggi TNI/POLRI aktif dengan sikap netral dan tegas dalam menegakkan aturan.

Alat negara bila bisa digunakan untuk kepentingan kekuasaan maka tunggulah saat-saat kehancuran negara tersebut. Alat negara bukan hanya bisa digunakan oleh penguasa, namun oposisi juga bisa menggunakan karena latar belakang sang oposan.

Ketika alat negara berpadu gerak untuk satu kekuasaan maka muncullah rezim yang diktator, namun sebaliknya bila alat negara terpecah menjadi pro penguasa dan pro oposisi maka rakyat harus bersiap mematangkan diri, sebab perebutan kekuasaan akan segera dimulai dan hanya rakyat yang bisa mengalahkan alat negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun