Ketiga, cermin karakteristik para ahlussunnah yang tercatat anggota Muhammadiyah, NU dan sejenisnya misalnya; tidak tergopoh-gopoh menyatakan sikap lebih-lebih tindakan atas kegiatan peribadatan umat agama lain. Meski pelaksanaannya terindikasi kekeliruan hanya soal prosedur (izin) sekalipun. Galibnya pengikut ahlussunnah akan menyerahkan penanganan kepada pihak berwenang. Tidak mendatangi seperti insiden di Sabuga.
Pada gilirannya, beragama apalagi sebatas perkumpulan kiranya perlu sentuhan seni, antara lain dalam penentuan nama wadahnya. Selain agar tidak berpotensi misinterpretasi di ruang publik, juga agar praktiknya lebih maknyus dalam menyemai kebermanfaatan bagi hajat khalayak luas. Dengan begitu, apakah masyarakat keliru andaikan berasumsi, PAS sendiri pun sejatinya semata insidental dan bukan ormas sebagaimana pemahaman umum?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H