Minggu yang lumayan cerah. Walau sinar matahari sesekali meredup. Layaknya mata yang merem-melek dirundung kantuk. Seperti biasa, saya bergegas membeli koran Jawa Pos edisi Mingguan, untuk menikmati tulisan-tulisan di sejumlah rubrik khusus.
Saya memang rutin menyimak terbitan hari Minggu, surat kabar paling digandrungi masyarakat Jawa Timur dan sekitarnya itu. Bahkan, saat kios penjual koran dan majalah satu-satunya di kecamatan yang terletak sekitar tiga kilometer dari kampung saya, pernah tutup lantaran pemiliknya sedang liburan, saya lantas membelinya di kabupaten lain terdekat yang berjarak tempuh sekitar empat puluh lima menit hingga satu jam dari rumah.
Rasanya saya ndak kuasa melewatkannya. Senarai tulisan bebas dan sastra yang kaprahnya tersaji, seakan membikin saya ketagihan untuk terus mengikutinya saban akhir pekan. Baik artikel seputar perbukuan, cerpen, puisi, resensi buku terbaru, essai yang biasanya juga diisi tulisan Om AS Laksana, hingga tuangan gagasan Pakde Sujiwo Tejo di kolom tersendiri. Tentu selain up date berita terkini, semisal pemberitaan tentang kejadian jatuhnya pesawat Air Asia yang sedang hangat diperbincangkan selama hari-hari terakhir.
Ketika saya telah membelinya, saya langsung melahap isinya. Namun ketika saya tuntas membaca, serasa ada yang kurang pada Jawa Pos versi cetak utamanya yang rilis untuk kawasan Madura hari ini. Setelah memeriksa kembali setiap halamannya, ternyata berita iklan ndak ada sama sekali. Hanya, kolom iklan terbatas di bagian halaman Radar Madura yang masih nongol.
Entah apa yang terjadi. Padahal, koran dengan oplah yang selalu laris manis bagai kacang rebus ini, biasanya ramai dengan beragam iklan. Apalagi, keluarannya pada hari Sabtu, porsi iklannya lebih banyak. Sesuatu yang ndak biasa saya temukan. Bagaimana dengan sampean?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H