Mohon tunggu...
Husni Anwar
Husni Anwar Mohon Tunggu... Guru - Guru matematika di SMKN 1 Sungai Rumbai Kabupaten Dharmasraya

Penulis adalah seorang guru matematika, Istri dari seorang Pendamping Desa di daerah perbatasan, Ia juga seorang ibu dari 3 orang anak. Penulis berdomisili di kecamatan Sungai Rumbai, perbatasan Propinsi Sumatera Barat dan Propinsi Jambi. Dengan segala problematikanya, penulis berharap mampu berkontribusi dalam dunia pendidikan, dalam rangka menambah kebermanfaatan dirinya di dunia pendidikan. Semoga menjadi amal jariyah, penyelamat di alam kekekalan. Aamiin Ya Rabbana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Budaya Positif

20 November 2022   00:54 Diperbarui: 20 November 2022   01:06 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya Positif

Sekolah adalah salah satu tempat untuk mendapatkan pendidikan. Ki hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah tempat tumbuhnya benih-benih sesuai dengan kodratnya. Jika dihubungkan dengan ini, maka sekolah merupakan tempat penyemaian benih-benih tersebut. 

Sekolah adalah lahan legal formal untuk menumbuhkannya.  Sekolah berkewajiban memelihara tumbuh kembangnya, sehingga dapat tumbuh dengan baik dan dapat berkembang secara maksimal.

Secara kodratnya murid sudah memiliki potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Potensi ini adalah pemberian Tuhan yang tidak bisa dirobah-robah oleh manusia. Apa yang dapat dilakukan oleh kita sebagai manusia, terkhusus kita sebagai seorang guru untuk mengembangkan potensi murid tersebut?. Kita sebagai guru hanya bisa memoles, menuntun dan membina potensi tersebut hingga menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat bagi orang banyak.

Salah satu tujuan pendidikan adalah membina karakter murid-murid. Secara kodratnya, manusia dibekali oleh Sang Pencipta atas dua karakter bawaan yaitu karakter baik dan karakter tidak baik. 

Tugas kita sebagai pendidik adalah mengembangkan potensi karakter baik yang sudah ada pada murid. Karena jika tanpa tuntunan dan pembinaan, maka bisa jadi potensi karakter tidak baiklah yang akan berkembang dengan pesat.

Pendidikan di sekolah sangat berpotensi mengembangkan karakter baik ini. Karena di sinilah sebagian waktu siang murid-murid dihabiskan. Dan menjadi kewajiban sekolah secara mutlak untuk melakukan pengembangan potensi baik ini. Apa yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk mengembangkan karakter baik ini?. Sekolah dapat melakukan pembiasaan-pembiasaan yang dapat memupuk potensi tersebut. Salah satunya adalah pembiasaan disiplin terhadap diri murid.

Sekolah memiliki aturan-aturan dan ketentuan yang harus dijalankan oleh semua warga sekolah. Tujuan dari semua itu adalah untuk menciptakan keteraturan, kenyamanan, serta kedisiplinan. 

Tujuan akhir yang ingin dicapai tentu saja mengembangkan karakter baik pada diri murid. Jika karakter baik ini sudah berkembang dengan maksimal pada diri murid dengan kesadaran sendiri maka akan tercipta pembiasaan-pembisaan yang baik pula pada diri mereka. Jika hal ini sudah dapat berjalan secara kontiniu, maka akan tercipta budaya positif di sekolah tersebut.

Menciptakan budaya positif di sekolah dibutuhkan kerja sama dari semua pihak. Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah, harus memiliki program-program khusus untuk menwujudkannya. Aturan-aturan yang ada di sekolah adalah salah satu bentuk program sekolah untuk menciptakan budaya positif.

Salah satunya adalah aturan yang menyebutkan bahwa murid harus datang tepat waktu di sekolah. Ini adalah salah satu aturan sekolah yang bertujuan menciptakan nilai disiplin dalam diri murid. Jika aturan dapat dilaksanakan secara konsisten oleh murid tanpa embel-embel apapun, maka budaya positif disiplin akan terwujud di sekolah tersebut. 

Di samping datang tepat waktu, sekolah juga mewajibkan selalu hadir pada hari-hari sekolah. Kecuali ada hal-hal yang mengakibatkan murid tidak bisa datang ke sekolah. Tentu saja dengan alasan yang jelas dapat diterima.

Usaha sekolah maupun guru untuk menciptakan budaya positif ini tentu saja tidak mulus-mulus saja. Terdapat rintangan dan halangan yang menjadikan program ini menemui hambatan-hambatan di perjalanan. Hal ini tidak saja disebabkan oleh murid. Kondisi geografis sekolah juga cukup mempengaruhi.

Terkhusus di sekolah penulis yang berada di daerah perbatasan, murid-murid menyebar merata di daerah-daerah yang jauh dari sekolah. Kedisiplinan mereka masih menjadi PR besar bagi sekolah. Murid sering terlambat karena alasan jalanan licin saat hujan. Memang selama ini kehadiran siswa tepat waktu di pagi hari akan sangat minim jika kondisi hujan. Hal ini dapat di maklumi, karena memang fasilitas jalan yang ada belum memadai. Terkadang siswa harus mengendarai motor puluhan kilo meter dengan kondisi jalan yang masih berupa tanah merah. Ketika turun hujan akan lincin bahkan terdapat kubangan-kubangan tanah merah bekas dilewati oleh truk-truk dari perusahaan.

Alasan lain yang lebih memilukan adalah karena kondisi ekonomi murid. Beberapa dari murid yang terlambat dan sering tidak hadir mengatakan bahwa mereka harus membantu orang tua untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Artinya, murid tersebut tidak bisa mematuhi peraturan sekolah karena mereka mencoba memenuhi kebutuhan hidup mereka terlebih dahulu. Setelah itu baru mereka menjalankan kewajiban mereka untuk belajar. 

Jika alasan siswa tidak masuk dan sering terlambat adalah karena ini, maka terdapat pendekatan khusus terhadap murid ini dari sekolah. Ada beberapa pengecualiaan untuk mereka dengan kesepakatan bersama.

Selain alasan di atas, terdapat beberapa alasan lain yang sangat sering diutarakan oleh murid jika mereka terlambat atau tidak masuk sekolah, yaitu karena terlambat bangun. Jika alasan ini yang disampaikan murid, maka pembinaan khusus akan dilakukan terhadap mereka.

Melihat kondisi kedisiplinan murid tersebut terkhusus mengenai kehadiran di pagi hari, yang cukup memprihatinkan, maka penulis tergerak untuk melakukan aksi nyata untuk menciptakan budaya positif di sekolah, dalam lingkup kecilnya, di kelas penulis sendiri. Aksi nyata ini bertujuan supaya budaya disiplin terwujud dalam diri murid, sehingga budaya positif dapat diwujudkan disekolah penulis.

Tindakan yang penulis lakukan pertama kali adalah membuat keyakinan kelas bersama murid-murid di jam pelajaran penulis, yaitu jam matematika. Dari kegiatan ini diharapkan murid-murid memiliki keyakinan kelas yang dibuatnya bersama kemudian dilaksanakan secara bertanggung jawab dengan kesadaran sendiri. Sehingga tingkat keterlambatan dan ketidakhadiran murid dapat diminimalisir.

Sosialisasi aturan sekolah juga penulis lakukan. Hal ini bertujuan untu mengingatkan murid kembali akan peraturan sekolah yang mungkin dengan berjalannya waktu terlupakan. 

Di samping sosialisasi aturan sekolah tersebut di buatlah keyakinan sekolah. Dengan keyakinan tersebut siswa memiliki motivasi sescara intriksik untuk melaksanakan. Sehingga jumlah siswa yang terlambat datang ke sekolah menjadi lebih berkurang, bahkan jika mungkin angka nol untuk keterlambatan siswa.

Selain itu, penulis juga mensosialisasikan budaya positif kepada teman-teman sejawat di sekolah penulis, juga kepada teman-teman di Musyawarah Guru Mata Pelajaran Matematika. 

Dengan tujuan supaya kami sebagai guru memiliki pemahaman yang sama terhadap budaya positif ini. Sehingga kami dapat satu derap langkah dalam mewujudkannya di sekolah masing-masing.

Dukungan dari semua pihak sangat dibutuhkan untuk mewujudkan budaya positif di sekolah. Kepala sekolah, guru, tenaga pendidik, satpam sekolah, memiliki andil dalam pembiasaan ini. 

Tidak lupa orang tua atau wali murid juga diikutsertakan dalam mewujudkannya. Tanpa Kerjasama yang baik antara sekolah dan orang tua murid, budaya positif yang dicita-citakan akan sulit untuk dicapai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun