Mohon tunggu...
Husni Mubarak
Husni Mubarak Mohon Tunggu... -

Jangan remehkan hal-hal kecil. Sebab seringkali bisa menyelamatkan kita semua.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Surat Terbuka untuk M. Nuh

13 Oktober 2012   12:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:52 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Data dan fakta sebagaimana dipaparkan di atas menunjukkan perlunya pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas benar-benar dibutuhkan dan seyogianya diperkenalkan sejak usia dini. Dalam jangka panjang, pendidikan seks yang benar dan adekuat dan ditanamkan sejak dini akan mampu mencegah terjadinya pelecehan seksual, kekerasan berbasis gender, dan kehamilan yang tak dikehendaki (KTD). Program ini juga sejalan dengan UU no 23/2002 mengenai Perlindungan Hak Anak, yang menegaskan bahwa “setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi sesuai dengan martabat mereka sebagai manusia dan harus dilindungi dari kekerasan dan diskriminasi.”

Untuk mendapatkan kehidupan seksual yang sehat dan bertanggungjawab pada masa remaja dan dewasa, seseorang harus belajar mengenai beberapa hal. Pertama, sebagai bekal, ia harus menguasai informasi yang benar mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas. Kedua, ia harus memiliki sikap yang benar mengenai berbagai aspek yang tercakup dalam kesehatan reproduksi dan seksualitas, dan ketiga ia harus menguasai beberapa keterampilan hidup yang memadai.

Beberapa informasi, sikap dasar, serta beberapa jenis keterampilan hidup tersebut sudah bisa didapatkan sejak usia dini. Misalnya, informasi mengenai tubuh, persamaan dan perbedaan antara laki-laki dan perempuan, dan norma-norma sosial dan budaya di lingkungan tempat tinggalnya. Sedangkan di antara keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk membangun kehidupan seksual yang sehat dan bertanggungjawab adalah keterampilan komunikasi, keterampilan menolak, keterampilan mendapatkan pertolongan, mencari informasi, membangun persahabatan dan hubungan interpersonal yang sehat, dan keterampilan mengelola emosi.

Selama ini pemerintah, sadar atau tidak, sudah melakukan pembiaran terhadap kekerasan yang dialami banyak perempuan dan anak-anak dengan mengingkari hak mereka mendapatkan keterampilan hidup yang akan melindungi mereka: mengajarkan mereka berkata “tidak,” memiliki self-esteem yang tinggi hingga tak usah terbutakan oleh apa yang mereka duga sebagai cinta, dan dengan demikian melindungi cita-cita dan masa depan mereka dari kekejaman mereka yang tak berperikemanusiaan dan tak bermoral.

Saya benci, dan teramat sakit, harus mengingatkanmu pada kasus yang menimpa Izzun bulan April lalu, yang membuatnya kehilangan hidupnya di tangan orang yang ia percaya mencintainya. Izzun, wahai Nuh yang dikaruniai kecerdasan tinggi, bernama lengkap Izzun Nahdliyah, keagungan perempuan nahdliyyin, perempuan pengikut NU. Tak cukupkah kematiannya memberikan pelajaran kepadamu, kepada kita semua, mengenai bagaimana seharusnya pendidikan memberikan perlindungan terhadap anak-anak kita semua? Ya, semuanya. Termasuk anak-anakmu, saudara-saudara, dan kerabat perempuan di sekitarmu.

Saya juga amat enggan, dan perih, kalau harus mengingatkanmu tentang nasib Putri dari Langsa, yang mengakhiri hidupnya karena dituduh menjadi anak perempuan penjaja seks. Tidak cukupkah dua kematian itu untuk menahan lidah kita dari menyakiti mereka yang harusnya kita lindungi dengan cara yang kita bisa?  Ketiga anak ini, almarhumah Izzun, almarhumah Putri, dan kini SA, termasuk di antaranya. Berapa kematian lagi dibutuhkan untuk membuat kita semua mulai berpikir mengenai pentingnya perlindungan untuk anak-anak kita? Tak hanya anak-anak perempuan, tapi juga anak-anak lelaki?

Terakhir, saudaraku seiman, Muhammad Nuh, mari, jangan nistakan dirimu dengan mematikan nuranimu melalui pernyataan yang dangkal dan asal, di saat kau sebenarnya memiliki kesempatan melakukan hal-hal yang lebih mulia dan terpuji …

Nurul Agustina,
Ibu seorang putri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun