Mohon tunggu...
Husni Cahya Gumilar
Husni Cahya Gumilar Mohon Tunggu... Guru - Bukan Penulis

Ngotok ngowo di desa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Generasi Emas di Balik Kabut Kemerdekaan

22 Maret 2017   18:39 Diperbarui: 22 Maret 2017   18:46 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

“Berkat cinta dan keikhlasan, semuanya terus berlalu dan kami masih bertahan. Hingga kemudian benih yang selama ini disemai telah berbuah. Beberapa anak-anak sederhana dan polos yang berjuang bersama-sama di kumuhnya sekolah ini, menjadi orang-orang besar, meliput mereka, menjadi populer dan terkenal. Dengan bangganya mereka selalu mengatakan, Aku lulusan sekolah miskin di kampung yang terisolir..”

“Buah itu benar-benar waktunya dipanen. Lihat sekarang tempat ini menjadi perbincangan dunia dengan kemewahan sekolahnya..”

“Pertanyaan Abah adalah Apakah harus mencetak dulu prestasi baru kemudian dilirik dan diperhatikan. Bukankah mendapatkan pendidikan yang layak adalah hak semua anak bangsa ini? Dan itu bertahun-tahun diatur dalam Undang-Undang dan amanah pancasila..”, tiba-tiba Abah Tatang menunjukan kemarahannya. Terlihat semua orang terdiam. Suasana hening... Sangat hening... Semakin hening...

***

Mata pemuda itu memandangi laptopnya. Memabaca lagi tulisan yang belum beres ditulis. Hingga kemudian terdengar d iluar sudah ada beberapa orang menunggunya..

“Kang, bagaimana kita berangkat sekarang?”, sahut salah seorang perempuan dengan busana pecinta alamnya..

“Boleh, siap..”, jawabnya dengan semangat.

“Siapa nanti yang kita hubungi di sana kang?”, salah satu dari rombongan ini bertanya sebelum kemudian pemuda itu masuk lagi ke dalam rumah untuk membereskan laptopnya..

“Ada, Dia Ustadz Tatang...”... .

Suasanapun hening... Sangat hening... Semakin hening... hanya terdengar irama burung-burung bernyanyi bersama angin dan melodi alam perdesaan...

Oleh Ef, inspirasi diambil dari kisah nyata ini..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun