Mohon tunggu...
HUSNA PRAVITA
HUSNA PRAVITA Mohon Tunggu... Konsultan - Konselor Kesehatan Mental, Mompreneur

Ibu dari tiga anak yang hobi travelling, hobi sharing tentang mental health

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Harus Pura-Pura Bahagia

3 Oktober 2022   21:55 Diperbarui: 3 Oktober 2022   21:58 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Perasaan tersebut (emosi) perlu kita sadari, kita terima, kita rasakan dan kita maknai perannya masing-masing dalam kehidupan. Misal rasa sedih, kita tahu makna hadirnya rasa sedih agar orang lain hadir menemani, atau rasa kecewa yang datang menyadarkan kita bahwa tujuannya agar masa lalu yang menyakitkan hati kita tidak terulang kembali.

Ada beberapa langkah awal yang dapat diterapkan agar kita tidak perlu sering-sering untuk berpura-pura bahagia : 

  • Belajar mencintai diri sendiri dengan lebih intens agar kita lebih mengenali kapasitas diri.
  • Meluangkan waktu me time lebih banyak untuk mengungkapkan emosi dan tidak terlalu memforsir diri untuk hal-hal diluar kontrol kita.
  • Menjalani gaya hidup sehat, mindset positif serta mengurangi konsumsi media sosial atau lingkungan sosial yang berpotensi toxic.
  • Menyeimbangkan diri dengan lingkungan yang nyaman agar kita bisa menjadi apa adanya.
  • Yakinkan diri untuk selektif menempatkan diri kapan berpura-pura bahagia dan kapan harus cuti.
  • Banyak sharing dengan orang-orang yang memiliki ilmu-ilmu kehidupan lebih tinggi dan lebih lengkap.

Orang yang selalu bahagia terus menerus itu "nonsense". Yang ada hanyalah orang yang paling pintar menyembunyikan kesedihannya. Tidak ada orang yang selalu bahagia, yang ada hanyalah orang-orang yang tidak mengijinkan  orang lain melihat kesedihannya. Kenapa kita harus menyembunyikan kesedihan? Bukankah kesedihan, kemarahan, kekecewaan adalah atribut kita sebagai manusia. Hal itu wajar dirasakan selama intensitasnya normal. Selama kita mampu memahami dan mengendalikannya. It's oke!

Kita perlu merasakan berbagai ragam emosi, tidak perlu tenggelam bersama emosi namun tidak juga menyangkalnya. Kita hanya perlu menerima dan menyelesaikan apa yang perlu diselesaikan.

Kita butuh memaknai emosi, memaknai semua kejadian, semua yang hadir dalam hidup. Bukan berpura-pura bahagia. Dengarkan apa makna emosi yang ada dalam diri kita dan membuat diri kita bertahan. Selamat menemukan makna. Bahagialah secara natural.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun