Dunia media sosial, khususnya Twitter, saat ini sedang ramai memperbincangkan tentang cuitan Andrea Gunawan (@catwomanizer) yang membagikan ceritanya berhubungan seksual pada saat menstruasi. Andrea Gunawan dikenal sebagai seorang influencer yang gemar membagikan isu-isu terkait feminisme dan seksualitas. Andrea menceritakan bahwa dirinya merasa nyaman berhubungan seksual pada saat menstruasi karena menggunakan menstrual disc. Menstrual disc atau menstrual cup memang menjadi isu terkini pada beberapa tahun terakhir karena banyak wanita mulai merasa bahwa penggunakan pembalut sekali pakai berdampak buruk terhadap kelestarian lingkungan. Menstrual disc dinilai lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan karena dapat digunakan berulang kali. Akan tetapi, apakah penggunaan menstrual disc membuat seseorang nyaman dan aman berhubungan seksual pada saat menstruasi?
Di Indonesia yang merupakan negara yang konservatif, berhubungan seksual masih menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan, terlebih berhubungan seksual pada saat menstruasi. Masih banyak stigma buruk yang beredar di masyarakat Indonesia tentang seorang wanita yang sedang menstruasi dianggap kotor dan tidak suci. Padahal, menstruasi apabila ditinjau berdasarkan kesehatan merupakan kondisi fisiologis yang normal dialami oleh wanita dalam usia produktif. Menstruasi adalah proses luruhnya dinding rahim atau endometrium akibat tidak terjadinya pembuahan oleh sel sperma. Dinding rahim mengandung banyak pembuluh darah sehingga menyebabkan wanita yang menstruasi dapat mengeluarkan darah dari area kewanitaannya. Darah menstruasi sudah seharusnya dikeluarkan oleh tubuh karena mengandung jaringan tubuh yang sudah mati. Apabila darah menstruasi mengalami kegagalan keluar dari tubuh, wanita tersebut berisiko mengalami infeksi di organ reproduksi wanita.
Seorang dokter bernama Sanaz Mollazadeh melakukan suatu penelitian yang bertujuan untuk mencari tahu hubungan antara kegiatan seksual pada saat menstruasi dan endometriosis. Endometriosis merupakan penyakit peradangan kronis yang disebabkan karena adanya jaringan endometrium atau dinding rahim di luar dari rahim. (Paolo, 2014) Ditemukannya jaringan endometrium di tempat yang tidak seharusnya dapat diakibatkan dengan adanya retrograde menstruation atau darah menstruasi mengalir terbalik yang seharusnya menuju vagina, tetapi malah menuju ke arah ovarium. Adanya retrograde menstruation ini disebabkan oleh meningkatnya tekanan rahim pada saat ovulasi dan menstruasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan seksual, baik yang melibatkan organ vagina maupun tidak, sama-sama mampu meningkatkan risiko terjadinya endometriosis. Pada saat wanita mencapai orgasme, terjadi peningkatan tekanan rahim. Tekanan yang awalnya sudah meningkat pada saat menstruasi akan menjadi lebih tinggi lagi apabila seorang wanita mengalami orgasme pada saat berhubungan seksual. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya retrograde menstruation yang dapat memicu terjadinya endometriosis.
Para ahli kesehatan sudah mengingkatkan bahwa untuk tidak melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi ternyata tidak hanya berdasarkan untuk alasan kebersihan saja, tetapi juga kesehatan, terutama untuk organ reproduksi wanita. Rasa nyaman yang diungkapkan oleh Andrea pada saat melakukan hubungan seksual waktu menstruasi, meskipun sudah menggunakan menstrual disc, ternyata belum dapat menjamin rasa aman dari bahaya endometriosis yang bersembunyi di balik nikmatnya hubungan seksual.
Referensi:
Mollazadeh S, Sadeghzadeh Oskouei B, Kamalifard M, Mirghafourvand M, Aminisani N, Jafari Shobeiri M. Association between Sexual Activity during Menstruation and Endometriosis: A Case-Control Study. Int J Fertil Steril. 2019 Oct;13(3):230-235. doi: 10.22074/ijfs.2019.5601. Epub 2019 Jul 14. PMID: 31310078; PMCID: PMC6642425
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H