Pembiasaan ini dibentuk dengan membuat suasana pembelajaran yang menitikberatkan pada proses penyucian jiwa (tazkiyatun nufus), dengan proses bersungguh-sungguh dalam memerangi hawa nafsu (mujahadah) dan mendekatkan diri kepada Allah swt, serta melatih jiwa untuk meninggalkan hal buruk yang buruk (riyadlah).
Dalam KMA 347, ada 10 nilai yang menjadi dasar pada profil Pelajar Rahmatan lil Alamin yakni: berkeadaban (ta'addub), keteladanan (qudwah), kewarganegaraan dan kebangsaan (muwaanah), mengambil jalan tengah (tawassu), berimbang (tawzun), lurus dan tegas (I'tidl), kesetaraan (muswah), musyawarah (syra), toleransi (tasmuh), dan dinamis dan inovatif (tathawwur wa ibtikr).
Sebenarnya, secara essensial dan inplisit baik dimensi Profil Pancasila apalagi nilai-nilai rahmatan lil'alamin sudah dipraktek dalam budaya santri di pesantren. Mereka bukan hanya mengikuti proses belajar mengajar di dalam kelas tetapi juga berbagai kegiatan dilakukan mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali diatur sedimikian rupa. Setiap saat dilakukan kegiatan muhasabah, diskusi dan lain sebagainya.
Bahkan sampai hal-hal kecil seperti adab makan dan minum diperhatikan termasuk tata cara masuk ke wc untuk buang hajat diajarkan dalam rangka pembentukan karakter para santri.
Bila kemudian saat ini melalui kemendikbudristek dan kemenag sedang gencar-gencarnya melakukan mempersiapkan implementaasi kurikulum merdeka untuk menghasilkan Profil Pelajar Pancasila yang Rahmatan Lil'alamin. Dalam proses pembelajaran santri dipesantren-pesantren telah terlebih dahulu dipraktekkan.
Maka pada Hari Santri Nasional (HSN) tahun  2022 ini menjadi momentum penguatan Profil Santri Pancasila yang Rahmatan Lil'almin yang dilakukan secara lebih sistematis di pesantren-pesantren yang ada di Indonesia. Semoga (**dj).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H