Mohon tunggu...
Djamaluddin Husita
Djamaluddin Husita Mohon Tunggu... Lainnya - Memahami

Blogger, Ayah 3 Putra dan 1 Putri. Ingin menyekolahkan anak-anak setinggi yang mereka mau. Mendorong mereka suka membaca dan menulis (Generasi muda harus diarahkan untuk jadi diri sendiri yang berkarakter).

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Filosofi "Sportivitas" dan "Fair Play" dalam Mengungkap Tragedi Kanjuruhan

7 Oktober 2022   17:21 Diperbarui: 8 Oktober 2022   01:15 1189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua orang perempuan berdoa di monumen Singo Tegar tepat di hari kedua pasca tragedi yang terjadi pada pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 seusai pertandingan bertajuk Derbi Jawa Timur, Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang. (Foto: KOMPAS.com/SUCI RAHAYU) 

Tragedi Kanjuruhan termasuk tragedi kemanusiaan terbesar dalam dunia sepakbola. Sebab lebih dari 100 Aremania meninggal dunia akibat kerusuhan yang terjadi setelah lanjutan liga 1 BRI antara Arema Malang dengan Persebaya Surabaya. 

Dalam dunia sepakbola atau olah raga apapun, satu orang saja jatuh korban jiwa sudah sangat memprihatinkan. Apalagi lebih 100 orang, konon sampai 131 orang yang dipublikasikan.

Sebagaimana kita ketahui, tragedi tersebut telah menjadi perbincangan dunia. Presiden FIFA Goanni Infan Rino dalam laman FIFA menyampaikan ikut prihatin dan belangdukawa mendalam. 

"Ini adalah hari yang gelap bagi semua yang terlibat dalam sepak bola dan sebuah tragedi yang sungguh tidak terbayangkan." Sebut Presiden FIFA seperti yang dimuat website resmi FIFA.

Selain itu, hampir semua klub-klub terkenal dunia juga telah menyampaikan belangsungkawa. Baik lewat mengheningkan cipta sebelum pertandingan dimulai juga menaikan bendera klub setengah tiang sebagai ikut berduka. Termasuk komentar tanggapan atas peristiwa tragis tersebut.

Bahkan ada sporter beberapa klub bola dunia membentang ucapan ikut duka cita dan solidaritas seperti spanduk dukungan untuk Aremania dibentangkan oleh suporter Bayern sebelum laga Bayern melawan Viktoria Plzen di ajang Liga Champions, Rabu (5/10/2022) dini hari WIB.

Sampai hari ini peristiwa yang mengerikan itu sudah memasuki minggu kedua. Sejumlah pejabat mulai presiden, pejabat tingkat menteri, ketum PSSI, Gubernur dan pejabat lainnya telah berkunjung ke Stadion Kanjuruhan.

Serta, telah mendatangi kediaman korban termasuk memberi santunan. Bahkan pemerintah sudah membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan.

Namun demikian, banyak pihak yang menyesalkan terlambatnya penetapan tersangka. Semestinya, tragedi yang menghebohkan dunia itu, secepatnya ditetapkan tersangka dan langsung disidangkan.

Bahkan dalam sebuah diskusi panas di Metro tv tentang tragedi kanjuruhan (Kamis malam, 6/10) salah seorang pengamat sepakbola mengatakan, dari segi hukum sepakbola karena pertandingan merupakan pertandingan resmi semestinya tidak melokalisasi masalah hanya menyalahkan panpel oleh tim investigasi. Prasangkanya hanya ingin melokalisir yang salah sampai panpel saja. 

Semestinya, melihat korban yang begitu banyak dan menjadi perhatian dunia mestinya tragedi ini menjadi extraordinary sehingga secara struktural semuanya bertanggungjawab.

Kemudian, sebelumnya memang, melalui petisi agar ketua umum PSSI mundur sudah menembus 11 juta lebih. Artinya, banyak yang mengharap Ketua umum PSSI sebagai tanggungjawab atas terjadinya tragedi dalam dunia sepakbola Indonesia.

Sepak bola adalah bagian dari olah raga. Semua insan olah raga pasti tahu dan mengerti tentang filosofi dalam olah raga yaitu menjunjung tinggi nilai "Sportivitas". 

sumber foto : www.whatsthefoot.com/ kompasiana.com
sumber foto : www.whatsthefoot.com/ kompasiana.com

Begitu pula filosofi dalam dunia sepak bola yaitu "Fair Play". Setiap memulainya pertandingan sepak bola pasti terlebih dahalu dibentang bendera fair play tersebut.

Menurut hemat Saya, memahami serta menerapkan filosofi tersebut bukan hanya diperuntukkan kepada para atlet olah raga saja. 

Tetapi lebih dari itu semua yang terlibat, termasuk pengurus olah raga sampai penonton olah raga harus menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas dan juga fair play.

Bila dikaitkan dengan Tragedi Kanjuruhan semesti nilai-nilai Sportivitas dan Fair Play harus dikedepankan dan dijunjung tinggi. 

Tidak terkecuali, mereka yang terlibat dalam pergelaran yang menyebabkan kerusuhan mulai dari panitia pelaksana (panpel) sampai kepada federasi harus sportif dan fair play. 

Begitu juga tim-tim yang dibentuk untuk mengusut siapa yang bertanggungjawab termasuk pihak kepolisian harus menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas dan fair play. 

Siapa saja yang harus bertanggungjawab termasuk secara struktural harus diproses tidak ada yang ditutupi meskipun ada yang berpangkat tinggi atau ketua federasi yang tertinggi. 

Dalam konteks olahraga, bila semuanya yang terlibat memahami dan mendalami nilai sportivitas dan fair play. Mungkin penyelesaian masalah kerusuhan seperti yang terjadi di Kanjuruhan tidak begitu rumit. 

Semuanya bersifat sportif dan fair play dengan mengakui bersalah dan bertanggungjawab. Sehingga tidak perlu ada tim-tim khusus yang bentuk untuk membongkar siapa-siapa saja yang bertanggungjawab.

Akan tetapi, berangkat dari Tragedi Kanjuruhan, sepertinya hampir semua yang terlibat dalam perhelatan yang akhir menimbulkan kerusuhan itu belum mendalami filosofi sportivitas dan fair play yang dimaksud. 

Faktanya untuk membuktikan siapa yang bertanggungjawab masih harus dibentuk tim pencari fakta atau tim-tim khusus lainnya. Sudah memasuki minggu kedua belum begitu jelas siapa yang mau bertanggungjawab. Bahkan masih ada tarik menarik dan berusaha membela diri. 

Semestinya bila nilai-nilai sportivitas dan fair play dijunjung tinggi oleh semua insan olahraga termasuk federasi, penyelenggara liga, panitia dan penonton termasuk pemain peristiwa itu tidak pernah terjadi. 

Bilapun terjadi juga para pihak terus mengakui dan bertanggungjawab tanpa harus disangkakan oleh pihak kepolisian. 

Memang semboyan sportivitas dan fair play begitu mudah didengungkan kepada atlit yang bertanding. Tetapi susah bagi mereka yang mendengungkannya meskipun mengaku sebagai insan olahraga (**dj)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun