Mohon tunggu...
Djamaluddin Husita
Djamaluddin Husita Mohon Tunggu... Lainnya - Memahami

Blogger, Ayah 3 Putra dan 1 Putri. Ingin menyekolahkan anak-anak setinggi yang mereka mau. Mendorong mereka suka membaca dan menulis (Generasi muda harus diarahkan untuk jadi diri sendiri yang berkarakter).

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Meredam Kerusuhan Suporter Sepakbola

2 Oktober 2022   13:00 Diperbarui: 2 Oktober 2022   13:08 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Kompas.Com

Saya kira semua kita mesti prihatin dan belangsungkawa atas kerusuhan sporter sepak bola hingga menyebabkan jatuh korban jiwa seusai laga lanjutan Liga 1 BRI tahun 2022/2023 antara Arema malang dengan Persebaya Surabaya. Berdasarkan rilis beberapa media, korban jiwa mencapai 129 orang yang terdiri 127 orang sporter dan 2 orang anggota kepolisian.

Peristiwa kerusuhan sporter yang menelan korban jiwa sebanyak itu memang tidak bisa diterima akal sehat. Sebenarnya satu korban saja sudah sangat disesalkan, apalagi ratusan jiwa. Ini menjadi catatan kelam dalam sejarah pesepakbolaan Indonesia bahkan dunia.

Pertandingan antara Arema Malang dan Persebaya Surabaya tersebut yang disiarkan lansung oleh salah satu chanel TV Swasta sebagian sempat saya nonton. Memang pertandingan tersebut termasuk yang enak ditonton.

Kedua tim melakukan jual beli serangan. Apalagi Arema yang sudah ketinggalan mereka bekerja keras untuk membalas kekalahan dengan segala daya upaya. Begitu juga Persebaya terus mempertahankan dengan segala cara. Apalagi kesebelasan Persebaya juga berupaya menang untuk mengembalikan kepercayaan suporternya akibat kekalahan beruntun sebelumnya.

Bahkan pada akhir-akhir pertandingan Arema mengurung pertahanan Persebaya. Beberapa kali terjadi kelumit didepan gawang Persebaya. Tetapi apa hendak dikata kemenangan tetap menjadi milik Persebaya.

Saya kira, pertandingan penuh gengsi tersebut memang sedikit terasa "panas" terutama jelang berakhir pertandingan. Sampai-sampai perpanjangan waktu hingga 7 menit. Ini menjadi indikator bahwa pertandingan tersebut memang dibumbui nuansa "panas".

Sebagaimana biasanya pertandingan sepakbola pasti ada intrik-intrik terjadi antar pemain. Begitu juga yang terjadi dalam pertandingan tersebut. Saya kira, hal itu lumrah terjadi bukan hanya dalam pertandingan dalam negeri juga pertandingan kelas dunia juga hal semacam tersebut terjadi.

Terus terang, seusai pertandingan, saya sudah memperkirakan ada kerusuhan meskipun tidak sebesar itu yang menelan begitu banyak korban. Ketika saya lihat, pas peluit panjang dibunyikan, pemain persebaya bergegas meninggalkan lapangan.

Terus-terang saya katakan kepada yang nonton di rumah, "Ini pasti ada kerusuhan".  Lalu pas seusai sholat subuh saya buka twitter, berita kerusuhan yang mengerikan itu menghiasi laman twitter dan laman media online lainnya.

Saya yakin semuanya tidak mengharapkan kerusuhan antar sporter terjadi. Apalagi timbul korban jiwa. Bukankah, menonton sebuah pertandingan semacam sepakbola itu hanya untuk hiburan?

Maka dari itu penting kiranya kedepan dalam sebuah pertandingan, utamanya sepakbola dapat dipastikan tidak terjadi hal-hal yang merugikan termasuk kerusuhan-kerusuhan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meredam atau paling kurang meminimalisasi kerusuhan antara lain yaitu:

1. Memberi edukasi intensif  kepada para sporter  baik melalui koordinator sporter atau himbauan-himbauan bahwa bila melakukan kerusuhan atau tindakan anarkisme  akan merugikan tim kesayangannya. Pastikan semua sporter memahaminya.

2. Mengurangi Fanatisme berlebihan dari sporter. Fanatisme perlu tetapi tidak berlebihan apalagi membabi buta. Para sporter perlu diberitahu atau diingatkan bahwa dalam sebuah pertandingan kalah dan menang adalah hal yang biasa.  Sebab semua pemain tidak mungkin berkeinginan hasil yang buruk. Begitu juga atas kepemimpinan wasit. Bila ada wasit yang tidak profesional perlu diprotes kepada organisasi yang bertanggungjawab.

3. Menyeleksi wasit profesional secara ketat. Sebab salah satu penyebab kerusuhan  karena wasit yang tidak profesional. Bila tidak ada wasit di dalam negeri yang kurang kompoten gunakan wasit luar yang telaj teruji setiap pertandingan.

Biasanya wasit tidak tegas dalam memberi sanksi kepada pemain termasuk kepada pemain yang mengulur-ulur waktu pura-pura sakit. Bila diinfikasi pemain melakukan seperti iti berikan sanksi tegas berupa pemberian kartu. Biasanya pemain yang mengulur waktu menjadi sumber pemicu kerusuhan.

4. Profesionalitas pemain. Pemain pada saat bertanding juga perlu memperlihatkam keprofesionalitas diri. Mereka tidak boleh melakukan hal-hal konyol yang memancing kerusuhan dalam lapangan yang dapat merembes kepada amarah sporter. 

Seperti yang telah kuta sebutkan diatas, tindakan-tindakan seperti mengulur-ulurkan waktu karena berpura-pura sakit dan lain sebagainya juga salah satu penyebab sporter kesal.  Saya kira ini juga tugas pelatih yang selalu harus memberi pengarahan yang benar kepada pemain.

5. Sanksi yang tegas dari federasi kepada kesebelasan yang membuat kerusuhan maupun kepada sporter. Meski ini sudah ada yang diberi sanksi tetapi keluhatan belum cukup. Atau pihak pengurus klub masih kurang sosialisasi kepada sporter.

6. Perlu melibatkan pihak keamanan yang cukup. Panitia pelaksana harus menghitung rasio penonton dengan jumlah keamanan yang dikerahkan.

7. PSSI perlu membentuk tim edukasi khusus kepada sporter.

8. Setiap sebelum  pertandingan di mulai panitia wajib menghimbau untuk tidak melakukan anarkisme dan kerusuhan dengan sanksi yang akan diterima bila ada kerusuhan.

9. Perlu sanksi tegas bagi yang memancing dan melakukan kerusuhan.

Akhirnya, kita berharap peristiwa kerusuhan yang menimbulkan korban seperti yang terjadi seusai pertandingan Arema malang vs Persebaya tadi malam tidak terulang lagi. Cukuplah itu yang terakhir meskipun apa yang terjadi sangat kita sesalkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun