Mohon tunggu...
Djamaluddin Husita
Djamaluddin Husita Mohon Tunggu... Lainnya - Memahami

Blogger, Ayah 3 Putra dan 1 Putri. Ingin menyekolahkan anak-anak setinggi yang mereka mau. Mendorong mereka suka membaca dan menulis (Generasi muda harus diarahkan untuk jadi diri sendiri yang berkarakter).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meugang, Tradisi Besar Orang Aceh Jelang Bulan Puasa

11 April 2021   08:58 Diperbarui: 11 April 2021   09:11 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dulu, waktu masih anak-anak saya melihat bapak saya yang toke karet kecil-kecilan dikampung memiliki catatan khusus. Catatan tersebut adalah nama orang-orang kampung yang berprofesi menderes karet yang mendaftar diri sebagai pembeli daging kerbau untuk mak meugang. Satu kerbau ditaksir harganya lalu dibagi sejumlah orang-orang yang mendaftar.

Persiapan dana untuk membeli daging mak meugang  itu dilakukan jauh-jauh hari, bahkan 8 bulan menjelang mak meugang. Sehingga, setiap ada transaksi jual beli karet, mereka menyisihkan duit untuk beli daging mak meugang.

Selain itu, bagi sebagian petani ada yang menyimpan padi usai panen khusus diperuntukkan membeli daging meugang.

Kenapa begitu antusias masyrakat Aceh, mempersiapkan dana untuk membeli daging jelang puasa. Tradisi ini di Aceh identik dengan masak-masak daging yang kemudian disantap bersama  keluarga dan kerabat. Biasanya, saat mak meugang, anak, keluarga, kerabat dalam perantauan pulang kampung.

Sekain itu, ada juga di beberapa daerah biasanya bagian Barat Selatan Aceh, saat meugang ada dikaksanajan ritual kenduri. Kenduri ini biasanya dilaksanakan dengan mengundang tetangga dan orang kampung untuk berdoa bersama lalu makan bersama.

Uniknya di kampung saya (dan juga kampung lain se-kecamatan) semua rumah sekampung mengadakan kenduri. Biasanya diadakan, misalnya setelah kenduri di rumah saya. Lalu rombongan termasuk saya, kebanyakan anak-anak datang ke rumah tetangga yang lain juga makan dan berdoa. Seterusnya sampai habis satu kampung. Saat ini dilakukan perdusun.

Uniknya, karena setiap rumah menyajikan makanan dengan menu utama masakan daging. Namun, karena saking banyak rumah yang harus didatangi terkadang tak sanggup lagi makan. Tetapi karena yang punya rumah mengharapkan makanan yang disajikan mesti disantap. Terpaksa makannya hanya sedikit-sedikit.

Tapi kenapa rombongan kenduri tidak berkurang padahal tidak sanggup lagi makan? Jawabannya, selain makan, setelah baca doa, ada pembagian duit sebagai sedekah kepada semua rombongan doa. Sehingga, itu yang membuat anak-anak begitu serius mengikuti teungku ( pemimpin doa).

Pengalaman pribadi saya waktu kecil dulu, pendapat dari sedekah meugang terkadang bisa beli baju baru atau bekal untuk hari raya. Apa lagi saat ini, masing anak bisa dapat setengah juta atau malah lebih.

Hari mak meugang jelang puasa biasanya berlangsung 2 hari. Jadi, dikenal meugang hari pertama dan hari kedua. Setelah itu masuk puasa.

Terus terang bagi orang Aceh, sebagaimana sudah banyak yang menulis, hari mak meugang atau meugang adalah hari yang istimewa. Sehingga Meugang menjadi Tradisi Besar bagi Orang Aceh. Tidak ada daerah lain bahkan dunia muslim yang mengadakan secara khusus tradisi besar ini.

Setiap orang Aceh, tanpa memandang status sosial pasti beli daging untuk meugang. Tidak mesti di Aceh, bila ada orang Aceh diperantauan, saat meugang tetap mengadakannya.  Kecuali, turunan Aceh yang sudah lama meninggal Aceh dan tak pernah mengikuti tradisi meugang.

Namun, menjadi catatan khusus, saat meugang harga daging di Aceh melambung tinggi. Saya kira, demi rakyat, pemerintah Aceh perlu turun tangan untuk menstabilkan harga daging setiap hari Mak Meugang. #djhst

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun