Mohon tunggu...
Djamaluddin Husita
Djamaluddin Husita Mohon Tunggu... Lainnya - Memahami

Blogger, Ayah 3 Putra dan 1 Putri. Ingin menyekolahkan anak-anak setinggi yang mereka mau. Mendorong mereka suka membaca dan menulis (Generasi muda harus diarahkan untuk jadi diri sendiri yang berkarakter).

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kenapa Harus Anies dan Risma?

26 Januari 2021   21:01 Diperbarui: 26 Januari 2021   21:09 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini, sosok yang kerap diperbincangkan di dunia maya adalah sosok Anies Baswedan dan Tri Rismawati. Sepertinya apa yang mereka lakukan menjadi topik yang hangat dibicarakan.

Pak Anies adalah Gubernur DKI Jakarta sementara Bu Risma mantan Walikota Surabaya dan baru menjabat  sebagai Menteri Sosial (mensos) menggantikan kader PDIP sebelumnya yang diberhentikan karena kasus korupsi.

Menurut saya, baik Pak Anies maupun Bu Risma tidak begitu peduli dengan perbincangan tentang mereka. Meskipun, terkadang keduanya sempat menanggapi juga bila ada hal-hal yang krusial dan harus ditanggapi. 

Anies yang berlatar belakang akademisi agak sedikit "slow" dan tidak mengebu-ngebu dalam memberi tanggapan terhadap topik yang perlu ditanggapi dan kelihatan sisi analisisnya. Bahkan tak pernah menanggapi secara frontal terhadap orang-orang secara terang-terangan menyerang dia.

Ibu Risma, selama ini langsung ikut "action" terhadap apa yang menurut beliau tidak beres. Misalnya, mengatur lalulintas, menyapu jalanan termasuk yang terakhir menemui gepeng dan yang home less di Jakarta. 

Namun, dalam beberapa hal (yang tertangkap kamera), Ibu Risma kelihatan agak emosional dan "marah-marah". Misalnya dalam saat sidak pembuatan KTP, termasuk terakhir di Surabaya dalam menghadapi demonstran penolakan UU Cipta Kerja. Bahkan beliau pernah melaporkan seseorang karena menyerang pribadinya.

Kedua tokoh tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri.

Risma Sebagai Penjegal Anies?

Terpilihnya Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta mengalahkan Ahok saat itu, menimbulkan kegundahan pendukung utama Pemerintah saat  ini.

Bila Ahok yang berkuasa  di DKI Jakarta tentu pertarungan  menguasai RI setelah priode ke 2 Pak Jokowi berakhir akan sedikit mudah bagi partai penguasa. Sebab, pengalaman Pak Jokowi, setelah jadi Gubernur DKI Jakarta kemudian menjadi RI-1. Dalam hal ini, Anies menjadi batu sandungan.

Saya kira, untuk mengambil kesimpulan seperti itu, tak perlu belajar ilmu politik tinggi-tinggi. Orang yang buta (awam) politik banyak yang  tahu apa yang terjadi, tanpa perlu analisis lebih jauh.

Lihat  saja siapa yang kontra pada setiap kebijakan Anies saat ini? 

Oposisi Anies di DKI tentu saja berusaha semaksimal mungkin termasuk memguasai media agar apa yang dilakukan Anies tidak terekpose. Apapun yang dilakukan Anies pasti akan dinegatifkan. 

Saya kira, sasaran dinegatifkannya kerja Anies  bukan untuk warga di DKI Jakarta. Sebab, berhasil dan tidaknya Anies sebagai Gubernur pasti yang lebih tahu orang Jakarta sendiri. Tetapi itu semua untuk seluruh pelosok Indonesia. Bila nanti ada partai yang mendukungnya jadi RI-1. Tentu saja akan dibilang tak mampu bekerja. Seperti statemen oposisi selama ini.

Kehadiran Risma di Jakarta, banyak orang berkeyakinan (=bespekulasi) untuk itu. Katakanlah untuk menyaingi Anies di Jakarta. Keyakinan itu bisa jadi benar, melihat aksi mensos yang baru dilantik saat itu di Jakarta. Sampai-sampai tanggapan dan komentar berseleweran kemana-mana, baik pro maupun kontra.

Melihat itu semua, bila nanti, pilkada ditunda karena alasan Covid-19--ada yang memperkirakan-- Risma jadi PLT Gubernur DKI, tentu untuk menguasai Jakarta . Bila pilkada tidak ditunda, Risma akan jadi Rival Tangguh Anies di DKI. Tujuan akhir adalah untuk kepentingan RI-1 pada 2024.

Namun, saya yakin kubu Anies sudah memprediksi dan mengantispasinya.

Kenapa Harus Anies dan Risma?

Bila kemudian hanya ada Anies dan Risma yang dijadikan topik pembicaraan saat ini. Tentu muncul pertanyaan besar adalah kenapa harus Anies dan Risma. Apa tidak ada tokoh lain?

Padahal kita tahu, Anies sampai saat ini tidak  punya partai. Begitu pula Risma bukanlah pengurus teras di PDIP. Kemana ketua-ketua partai di Indonesia. Apalagi mengingat Indonesia menganut multi partai. Apakah ketua-ketua partai tidak ada yang punya "kans" satu pun? 

Kecuali Prabowo, apakah ketua-ketua partai lain orientasinya hanya sebatas ketua partai saja?.

Mengingat begitu banyak partai di Indonesia. Apakah tidak satupun yang punya kharisma? Apakah semua ini membuktikan ketua partai di Indonesia hanya dikuasai oleh orang berduit saja? Sehingga partai tak butuh kaderisasi yang akan menghasilkan kader bermutu.

Sebab, bila ada ketua partai yang hebat dan mumpuni, saya yakin Anies dan Risma bukan siapa-siapa. Tapi bagaimana Anies dan Risma, dijadikan pasangan pada 2024. Tentu akan sangat seru! #demokrasibalikmodal #djhst.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun