Mohon tunggu...
Djamaluddin Husita
Djamaluddin Husita Mohon Tunggu... Lainnya - Memahami

Blogger, Ayah 3 Putra dan 1 Putri. Ingin menyekolahkan anak-anak setinggi yang mereka mau. Mendorong mereka suka membaca dan menulis (Generasi muda harus diarahkan untuk jadi diri sendiri yang berkarakter).

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Faktor "Lucky" Bu Risma

19 Januari 2021   18:16 Diperbarui: 19 Januari 2021   19:31 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Tribunnews.com

Bu Risma, mantan Wali Kota Surabaya, saat ini tercatat sebagai salah seorang menteri sosial (mensos) dalam kaninet kerja Pak Jokowi. Politisi PDIP ini terpilih menjadi mensos menggatikan mensos sebelum yang juga politisi PDIP yang terlibat korupsi dana bantuan sosial (bansos).

Kehadiran sosok Risma di kementerian sosial menjadi perhatian khusus di mata khalayak. Sebab, sepak terjang beliau sudah sangat diketahui oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia terutama pulau Jawa. Sehingga banyak orang yang menanti kiprahnya sebagai menteri sosial.

Lalu, bertambah lagi sorotan bahkan terjadi pro dan kontra, setelah beberapa hari dilantik, beliau melakukan "blusukan" menemui beberapa kaum dhuafa dan orang-orang home less di Jakarta. 

Meskipun kemudian beliau mengoreksi di DPR tidak melakukan "blusukan",  hanya kebetulan saja  menemukan beberapa pengemis saat melewati jalan prokol di Jakarta. Seperti di Jalan Sudirman Thamrin. 

Bagi saya, terserah pro dan kontra, semestinya seorang pemimpin apalagi seorang menteri harus melakukan sesuatu untuk seluruh rakyatnya. Apapun kepentingan rakyat harus diperjuangkan sampai titik keringat terakhir. Apalagi sesuai dengan tupoksi yang telah ditetapkan sehingga tidak tumpang tindih.

Faktor "Lucky"

Saya yakin, menjadi seorang menteri bagi seorang Ibu Risma bukanlah tujuan utama. Sebab, sebelum dilantik jadi menteri wartawan pernah menanyakan hal itu. Tetapi Bu Risma menjawab terserah ibu (maksudnya, Ibu Megawati Soekarno Putri, ketum PDIP). Secara inplisit beliau ingin mengatakan bahwa bila sudah ditugaskan partai beliau siap-siap saja.

Begitupun, di sini juga saya ingin mengatakan, Bu Risma menjadi mensos ada faktor "Lucky"nya. 

Pertama, saat masa jabatannya sebagai walikota hampir berakhir tetiba posisi mensos kosong. Terserah kosong penyebabnya apa. Kebetulan, kekosongan jabatan mensos, yang juga politisi PDIP karen OTT KPK. 

Kedua, sangat kebetulan, seperti gayung bersambut. Posisi menteri yang kosong adalah mensos. Posisi tersebut sangat cocok dengan karakter bu Risma. 

Sebab, track record bu Risma pada awal-awalnya sebagai wali kota Surabaya, yang banyak mendapat pujian adalah di bidang sosial. Orang tidak lupa dengan keberaniannya menutup salah satu tempat prostitusi terbesar di Asia Tenggara, Doli. Begitu pula aksi sapu jalanan, bersih kebun kota, memungut sampah saat demo dan juga mengatur lalu lintas.

Nah, bila bukan posisi mensos yang kosong saya kira posisi menteri lain kurang "greget".  Semisal Menristek atau MenPUPR atau katakanlah MKP, meskipun bisa atau mampu (apalagi sudah ditugaskan partai) tetapi kurang sesuai.

Ketiga, bila memang PDIP mau buka kans bu Risma jadi Gubernur DKI, posisi mensos juga paling cocok. Karena "aksi" sosial Ibu mensos kini  sedang dinantikan oleh rakyat di seluruh Indonesia. 

Mungkin aksi lain yang lebih dahsyat di Jakarta akan kita saksikan di masa-masa mendatang. Terkhusus saat dekat pemilihan Gubernur. Bila pilkada Jakarta ditunda, bukan tidak mungkin Bu Risma jadi PLT.

Semua itu tidak boleh dikatakan tidak bila faktor "lucky" bu Risma ada.

Terakhir saya ingin katakan, saat ini Ibu Risma bukan lagi Wali Kota Surabaya. Tetapi sudah jadi seorang menteri. Meskipun pada dasarnya santai dan keibuan. Tetapi beberapa sorotan kamera yang terlihat sosok Ibu Risma sangat emosional. Termasuk pernah ada suara "bentak-bentakan"

Kalau ditanya apakah Ibu Risma mampu bekerja untuk Indonesia, saya jawab bisa. Karena dalam bekerja dibantu oleh deputi dan staf-stafnya. Tergantung Ibu Risma mampu memilih staf yang bekerja dengan baik atau tidak.

Hanya satu pertanyaan saya: "Mampukah Ibu Risma setelah jadi menteri menahan emosi, saat berhadap dengan orang yang tidak sejalan dengannya sebagai seorang menteri?" #djhst.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun