Mohon tunggu...
Djamaluddin Husita
Djamaluddin Husita Mohon Tunggu... Lainnya - Memahami

Blogger, Ayah 3 Putra dan 1 Putri. Ingin menyekolahkan anak-anak setinggi yang mereka mau. Mendorong mereka suka membaca dan menulis (Generasi muda harus diarahkan untuk jadi diri sendiri yang berkarakter).

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Rendahnya "Moralitas" Netizen Malaysia

29 Desember 2020   23:15 Diperbarui: 29 Desember 2020   23:41 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Meskipun negara Malaysia adalah negara sahabat dekat dengan kita bahkan masih satu rumpun Melayu. Namun, kelihatan warga negara jiran itu agak tidak bersahabat. Faktor utama, karena mereka menganggap diri mereha lebih makmur. 

Pernah suatu ketika saya tinggal di Penang selama 2 bulan belajar di Recsam dan di Kuala Lumpur ikut kursus di Universitas Malaysia (UM). Sedikitnya bisa kita merasakan "Keangkuhan" warga malaysia khusus kita dari Indonesia. Mereka suka menyebut orang Indonesia dengan sebutan "Indon".  Sebutan yang dalam pikiran mereka merendahkan.

Pernah suatu kali di Kuala Lumpur, menanyakan Rokok merek Indonesia, jawaban mereka: "Kami tidak jual rokok murahan". Teman saya mengurut dada mendengar jawaban penjual yang angkuh itu. 

Rendahnya orang Malaysia memandang rakyat Indonesia tak terlepas karena begitu banyak WNI yang bekerja di Malaysia sebagai tenaga kerja yang tak butuh skil.  Sebutan "Indon" berkonotasi buruh. 

Terkadang saya juga berpikir, bisa jadi pandang warga malaysia kepada warga Indonesia seperti itu selama ini juga disebabkan ada kepentingan pihak lain. Pihak-pihak lain di Malaysia takut kalau melayu serumpun bersatu, warga Melayu akan kuta. Akan menganggu kepentingan mereka, termasuk kepentingan politik maupun penguasaan bisnis di sana. 

Namun yang disayangkan warga malayu malaysia tidak sadar. Sehingga ikut-ikutan menganggap Saudara serumpunnya rendah.

Akibat citra buruk tersebut sampai-sampai kemudian berimbas dalam dunia maya. Meskipun, di dunia maya orang nitizen "Maling Sial" sebutan untuk warga malaysia,  kerap tak berkutik dengan nitizen Indonesia. Dalam hal ini hacker Indonesia lebih maju dan unggul dibandingkan Hacker Malaysia.

Memang, selama pademik Covid-19, kelihatan perang antar nitizen dua negara juga agak mereda. 

Namun, tiba-tiba beberapa hari terakhir ini muncul parodi lagu Indonesia yang dirubah dengan kata yang merendahkan. Kelihatan,  sepertinya muncul parodi ini,  ada dendam kesumat dari nitizen Malaysia. 

Merubah lagu kebangsaan suatu negara lebih disebabkan karena kerendahan moral mereka. Bila mereka tidak bermoral rendah, mereka tidak akan melakukannya. Harga negara yang bermartabat harus menghargai lagu kebangsaan sebuah negara.

Saya kira, pemerintah Indonesia tidak cukup memberi protes keras. Tetapi lebih dari itu, pelakunya harus diseret ke pengadilan. Disinilah kita lihat, apakah diplomat kita mampu membuat malaysia tak berkutik? Kita tunggu saja. *djhst*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun