"Wahai Rasulullah, apakah kami akan dibinasakan padahal ada orang-orang shalih di tengah kami.?" Beliau menjawab, "Ya, bilaa keburukan telah demikian banyak."
Saudaraku...
Andai kata Corona muncul  pada masa nabi Sulaiman as.  Pasti, dengan mukzijatnya yang dapat berkomunikasi dengan semua makhluk hidup,  Nabi Sulaiman pasti akan berkomunikasi, menyuruh Corona untuk hilang atau paling kurang tidak menganggu manusia lagi.
Bisa jadi, karena patuhnya pada sosok yang Nabi Sulaiman, sosok yg mulia, suci, Â yang selalu bertawaqal kepada Allah dan hanya bergantung padaNya. Bukan tidak mungkin, Corona akan melakukan aksi bunuh diri massal. Sangking patuhnya..
Saat ini memang tidak ada lagi Rasul atau Nabi. Tapi sebagai sebaik-sebaiknya umat. Apakah diantara yang sebaik-baik umat ini tidak ada lagi sesosokpun yang
doa2nya ijabah? Sehingga denga  Izin  Allah  membuat corona memahami keresahan manusia?
Pertanyaan besar kita: Apakah tidak ada lagi yang didengar atau tak ada lagi yang bisa mendengar?
Apaksh karena sekarang banyak yang bicara namun tingkahlakunya beda dengan yang dibicarakan?. Tidak sesiapa tapi kita semua.
Saya percaya, selain obat, Corona akan cepat lenyap (tdk ganas), perlu ada orang yg hatinya seputih kapas tak ternoda, yang doa-doa dapat langsung menembus lagit. Lalu, Allah bersegera memberi solusi kepada kita.
Tetapi apa itu mungkin? Sebab, saat ini manusialah yg membuat kerusakan dimana-mana. Bahkan teramat sangat dahsyat dibandingkan wabah corona.
Lihatlah, disetiap sudut bumi manusia terus bertikai. Sesama manusia, atau bahkan sesama muslim, Â saling benci dan marah, sampai berperang menumpahkam darah, Â terkadang tanpa sebab dan hanya dipicu oleh hal-hal kecil saja.
Lebih tak masuk akal lagi, manusia ada yg menantang Tuhan, tak mau mendengar kebaikan yang disampaikan, sampai menaifkan hadis nabi hanya untuk ambisi dan memuaskan nafsu pribadi. Â Sampai-sampai membentuk koloni memfitnah kebaikan2 yg disampaikan. Hanya karena kepentingan pribadi dan koloni yg terhalangi.