Mohon tunggu...
Djamaluddin Husita
Djamaluddin Husita Mohon Tunggu... Lainnya - Memahami

Blogger, Ayah 3 Putra dan 1 Putri. Ingin menyekolahkan anak-anak setinggi yang mereka mau. Mendorong mereka suka membaca dan menulis (Generasi muda harus diarahkan untuk jadi diri sendiri yang berkarakter).

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengidentifikasi Parpol Sarang "Penyamun"

23 November 2017   14:59 Diperbarui: 23 November 2017   15:10 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Secara geografis, topografi, fisologis dan sosiologis masyarakat, maka sistem demokrasi Indonesia memilih sistem multi partai politik. Sistem ini, memunculkan banyak partai politik dengan berbagai macam ragam platform yang ditawarkan. Ada parpol yang mengusung nasionalisme total, ada yang mengusung nasionalisme religius dan atau bahkan ada partai politik yang hanya berbasis religiusitas (keagamaan).

Terserah kemudian rakyat memilih wakilnya dari partai politik yang mana. Apakah yang mengusung partai politik dengan platform nasionalisme total, nasionalisme religiusita atau memang memilih partai yang mengusung platform religiusitas total.

Berdasarkan UU tentang pemilu terbaru, maka sejumlah partai politik tidak sertamerta dapat bertahan dan dapat menentukan siapakah pemimpin (Presiden). Karena dalam undang- undang tersebut sudah diatur ambang batas pemilih. Bila ambang batas tidak tercapai bahkan Partai Politik tersebut tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak bisa mewakili konstituen yang memilihnya.

Tetapi itu bukan masalah yang penting yang harus diperhatikan oleh konstituen atau pemilih. Bila partai-partai yang ada sudah memenuhi syarat dan sudah disahkan oleh KPU sebagai peserta pemilu. Tugas konstituen mencermati secara seksaama siapa-siapa kadernya.

Kenapa ini harus ditilik secara seksama, karena tidak ada satu pun partai yang mampu menjamin 100% kadernya baik tanpa cacat. Begitu pula tidak semua kader yang diusung buruk tidak ada baiknya.

Karenanya perlu kehati-hatian bagi konstituen pemilih. Secara relaita, memang ada kader partai yang bermental "penyamun".

Sebenar tidak terlalu sulit mengetahui kader partai yang bermental "penyamun". Apalagi mereka adalah orang-orang yang memang berada di sekitar kita atau selalu bermain di ranah publik. Maka dari itu dapat dibedakan mana bermental "penyamun" atau tidak.

Pertama, lihatlah kehidupan sehari-harinya. Apakah kader yang ada memiliki kepekaan yang tinggi terhadap segala masalah dalam masyarakat. Apakah yang bersangkutan selalu mengutamakan kepentingan umum  dari pada kepentingan pribadi. Bila cenderung mengutamakan kepentingan pribadi ini perlu dievaluasi terlebih dahulu.

Kedua, apakah yang bersangkutan jauh-jauh hari memiliki sifat ketokohan yang tidak dibuat-buat?. Sebab fakta memperlihatkan banyak sekali tokoh yang muncul secara instan. Atau menokoh-nokohkan diri dimana sebelumnya tidak peduli apa-apa.

Ketiga, apakah yang bersangkutan adalah kader yang suka berjanji. Tetapi kemudian ketika janji ditagih ada-ada saja alasannya.

Keempat, cermatilah gaya hidup selama ini. Apakah yang bersangkutan gaya hidup berlebihan dengan kemampuannya. Bila berlebihan, berarti yang bersangkutan perlu dicurigai.

Kelima, kehidupan dalam keluarga juga perlu menjadi pertimbangan. Selama ini salah satu penyebab seseorang terjerumus katakanlah menjadi bermental "penyamun" adalah faktor keluarga. Bila kader partai itu laki-laki atau seorang suami maka kadang tuntutan Isteri yang terlalu berlebihan membuat yang bersangkutan mengambil jalan pintas.

Keenam, apakah kader atau caleg itu untuk memperoleh kesempatannya membayar atau membeli atau menyogok atau banyak mengeluarkan modal? Tentu saja, dapat dipahami tujuan utamanya adalah mengembalikan modal  terlebih dahulu. Bila, mungkin tidak bisa mengembalikannya dengan cara halal. Tentu saja akan digunakan fasilitasnya itu dengan segala cara agar modal kembali.

Ketujuh, juga perlu diperhatikan apakah kader itu memiliki banyak utang? Atau apakah paling kurang memiliki pinjaman di bank? Bila ada, dipikir terlebih dahulu sebelum dipilih.

Sarang "Penyamun"

Nah, bagaimana dengan partai-partai yang memang merupakan kenderaan politik seseorang? Apakah ada di antara kader-kader partai berindikasi seperti yang kita uraiankan itu?

Bila ada, sebaiknya para pengurus partai atau simpatisannya perlu baerhati-hati dan kalau bisa terus bertindak untuk menyelamatkan partainya. Perlu diingat, kader partai yang punya orientasi sebagai "penyamun" pasti punya agenda terselubung yaitu menggunakan partai politik untuk kepentingan pribadinya semata.

Hal itu tidak boleh diberi peluang sedikit pun. Mengingat tujuan utama didirikan partai adalah untuk mencapai tujuan bersama yang berlandaskan platform partai. Meskipun kemudian, yang bersangkutan menjadi Presiden, Gubernur, Bupati atau pimpinan lembaga lain, semuanya itu dijalankan untuk mencapai tujuan partai dan untuk kepentingan rakyat yang lebih banyak. Tidak bisa dinafikan bahwa rakyat penentukan hilang atau tidaknya sebuah partai poilitik. Bila rakyat meninggalkan partai politik maka dengan sendiri partai tersebut tamat.

Namun, melihat realitas sekarang, banyak partai politik, baik tingkat nasional sampai tingkat ranting selalu dianggap punya masalah. Tentukan saja ini semua akibat ulah oknumnya yang menggunakan partai politik untuk kepentingan dan memperkaya pribadi.

Bila ada partai politik yang kadernya banyak seperti itu maka dapat dikatakan bahwa partai tersebut sebagai tempat bersarangnya "penyamun".

Bagaimana mengidentifikasi bahwa sebuah partai politik adalah sarang penyamun? Caranya paling mudah diantaranya:

Pertama, seberapa banyak kader yang menjadi anggota parlemen hanya diam dan duduk saja dan tidak beerbuat apa-apa kepada kemajuan dan kesejahtearaan bangsa atau paling kurrang untuk konstituennya saja.

Kedua, tidak bertindak untuk kepentingan rakyat umum tetapi hanya melihat kepentingan partai saja. Bila ada dua pilihan antara kepentingan rakyat dan bangsa dengan kepentingan partai dan pribadinga, yang bersangkutan selalu memilih pilihan kedua.

Ketiga, hitung saja berapa banyak oknum kadernya mulai dari daerah sampai nasional yang dipanggil KPK dan kemudian jadi tersangka dan narapidana.

Perlu dicatat, bila masih banyak oknum kader partai politik  zaman now seperti itu. Maka kita khawatirkan, negara yang kita cintai ini sulit keluar dari keterpurukan. Oleh karena itu partai perlu mencari kader yang super berintegritas. Mereka yang tidak punya komitmen lenyapkan saja ke perut bumi biar tidak ada yang mengikuti jejaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun