Kebetulan Selasa malam (14/1) saya sempat menyaksikan ILC yang ditayang TVOne dengan tema: “ANAS: KADO ULANG TAHUN BUAT SBY”. Sesuai dengan judulnya, tentu pokok pembicaraan berkaitan dengan ungkapan Anas sesaat sebelum masuk dalam sel tahanan KPK. Seperti yang diketahui, saat itu, Anas mengucapkan rasa terima kasih kepada penyidik KPK, Ketua KPK dan di atas segalanya ucapan terima kasih ditujukan kepada mantan atasannya di Partai Demokrat yang juga Presiden RI, yaitu Bapak SBY.
Ucapan terima kasih Anas tersebut menjadi sangat heboh di republik ini. Sampai-sampai TVOne mengangkat tema itu dalam diskusi ILC. Menurut saya, tanpa menguasai atau ahli dalam bidang ilmu komunikasi termasuk komunikasi politik kita dapat menerjemahkan apa maksud dan tujuan ucapan terima kasih yang dilontarkan Anas.
Dapat dipastikan, ucapan terima kasih Anas kepada Bapak SBY bukanlah bermakna positif. Bukan seperti seseorang mengucapkan terima kasih kepada seseorang yang dengan tulus ikhlas telah menolong atau membantu seseorang yang memang membutuhkan bantuan atau pertolongan. Tetapi, ucapan terima kasih Anas kepada SBY lebih kepada sindiran atau ungkapan perasaan Anas yang menganggap dirinya dizalimi. Itulah sebabnya kenapa terima kasih Anas menjadi sangat heboh di Republik yang kita cintai ini (bukan terima kasih biasa).
Saya pikir, terima kasih Anas itu sangat menohok bagi yang merasakan. Bisa-bisa membuat orang yang dituju salah tingkah, tidak bisa berbuat apa-apa, dan menjadi serba salah.
Besar kemungkinan, kenapa banyak orang yang menilai atau menganggap (terutama dari kalangan partai demokrat), bahwa sesungguhnya anas adalah orang yang tidak mau berterima kasih. Sebagaimana penilaian Anwar Fuady, aktor senior, salah satu pendiri partai demokrat dan pernah keluar dari partai demokrat kemudian saat ini kembali lagi menjadi bagian keluarga besar partai demokrat.
Karena itu, dapat dipahami bila pada program ILC tersebut Anwar Fuady benar-benar jengkel dan marah kepada Anas. Dan itu diakuinya sendiri dalam acara yang ditonton di seluruh Indonesia. Saat pembicaraannya di-huuuuuu-kan oleh aktivis PPI.
Gaya Anwar Fuadi membalas menohok Anas dimulai dengan ceritanya saat suatu ketika hampir 20 tahun yang lalu kolega aktor Anwar Fuadi mengadakan suatu pesta. Saat itu, karena Anwar sudah sangat kenal dengan suami sang aktris (kebetulan yang punya acara seorang aktris), maka Anwar datang lebih cepat ke tempat pesta. Ternyata, di sana anas sudah lebih duluan hadir. Saat datang para artis datang dan menanyakan siapa sesosok yang ada di situ. Anwar Fuady memperkenalkan bahwa yang bersangkutan adalah Anas Urbaningrum. Maka berdasarkan itu, sang aktor senior itu mengatakan bahwa sesungguhnya dan pada dasarnya, anas bukanlah siapa-siapa dan tidak dikenal oleh siapa-siapa.
Maka dapatlah ditebak, meskipun Anwar Fuady belum menyampaikan apa maksud dan tujuan dari ucapannya itu, saya kira, semuanya sudah tahu kemana arah pembicaraan Anwar Fuady itu. Pasti dia akan mengatakan bahwa anas terkenal karena bergabung dengan partai demokrat. Anwar ingin mengatakan bahwa Pak SBY lah, yang mengangkat harkat, martabat anas dan menjadi terkenal. Tetapi anas tidak tahu diri dan tidak mau berterima kasih (dalam pengertian yang sesungguhnya) kepada orang yang sudah mengangkat harkat dan martabatnya. Malah Fuady membandingkan Anas dengan Andi Malarrangeng, yang tidak banyak bercericau kepada partai demokrat.
Arah tujuan pembicaraan Anwar kemudian terbukti. Karena pada akhirnya, dia mengutip pepatah minang, yang intinya menyindir anas bahwa dia orang yang tidak tahu diri, tidak menghargai jasa Pak SBY yang telah mengangkat harkat dan martabatnya sehingga dikenal di seluruh penjuru Indonesia.
Bila kita simak secara seksama, gaya Anwar Fuady sebagai kader demokrat dalam mengomentari ucapan “terima kasih” Anas saat itu hampir sama dengan gaya-gaya yang diperlihatkan Ruhut Sitompul selama ini dalam membela Demokrat dan Pak SBY. Mungkinkah Anwar Fuadi sedang berakting untuk mengambil hati dan simpati Pak SBY sehingga pada akhirnya akan melengserkan Ruhut Sitompul sendiri sebagai juru bicara partai demokrat? Entahlah. Kata orang: Banyak jalan menuju ke Roma.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H