Mohon tunggu...
Djamaluddin Husita
Djamaluddin Husita Mohon Tunggu... Lainnya - Memahami

Blogger, Ayah 3 Putra dan 1 Putri. Ingin menyekolahkan anak-anak setinggi yang mereka mau. Mendorong mereka suka membaca dan menulis (Generasi muda harus diarahkan untuk jadi diri sendiri yang berkarakter).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jakarta Seperti Kita Ditindih Puluhan Goni Beras

4 Oktober 2010   07:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:44 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_278441" align="alignleft" width="300" caption="Sbr: http://wdle.files.wordpress.com/2010/01/1.png"][/caption] Pernahkah anda ditindih oleh puluhan goni beras? Bila belum cobalah sekali-sekali bagaimana rasanya. Saya kira, jangankan puluhan goni beras, beberapa goni saja kita sudah minta ampun. Kalau tidak, maka yang terjadi adalah secara perlahan kita akan lemas, lalu kemudian pingsan dan seterusnya akan mati.

Nah, sekarang lihatlah apa yang terjadi ditanah kota Jakarta. Saya kira saya tidak perlu menggambarkan lagi apa yang terjadi sesungguhnya di sana. Bahkan hampir setiap jengkal tanah sepertinya sudah diberi beban yang teramat sangat berat. Bila kemudian saat ini kota Jakarta dikatakan terancam tenggelam itu menurut saya adalah sesuatu yang wajar-wajar saja. Kalau tidak percaya, cobalah seperti saran saya untuk mencoba pada diri kita sendiri, apakah kita sanggup menahan beban yang berlebihan diatas tubuh kita.

Siapa yang salah? Tentu jawabannya tidak perlu kita jelaskan lagi. Semestinya, hal-hal yang diperkirakan itu tidaklah tepat bila saat ini baru diperhitungkan. Tetapi jauh-jauh hari sebelumnya. Tetapi kembali lagi, karena kita selama ini tidak peduli apa-apa tentang kondisi tanah yang sebenarnya. Maka akibatnya seperti yang akan dikhawatirkan banyak orang.

Sebenarnya meskipun beban yang diberikan itu diluar jangkauan dari kapasitas daya tampung Jakarta dibebankan bukanlah persoalan yang sangat mendasar bila orang-oprang yang berkompeten mampu mengelolanya dengan baik. Misalnya, untuk daerah tertentu dibolehkan tetapi dengan cara menjaga bersama-sama kondisi alam yang ada. Termasuk menjaga bagaimana apakah serapan air tidak diganggu dan sebagainya. Tetapi barangkali hal-hal sepertinya selama ini tidak menjadi prioritas. Bahkan terkadang hanya untuk memperoleh pendapat daerah sesaat kemudian itu semua dibiarkan dan dipeduli sama sekali.

Kedepan, meskipun ini sudah terlambat, semestinya ada kebijakan khusus disana tentang keseimbangan alam. Terutama jangan lagi mengeruk air tanah, yang menurut para pakar itu adalah salah penyebab Jakarta terancam akan tenggelam. Saya pikir, biar hal-hal itu tidak dilupakan, para pengambil kebijakan sebaiknya mencoba di atas tubuhnya menaruhkan beban yang berlebihan tanpa diberi minum atau makanan-makanan barang satu atau dua hari.

Dan, saya pikir, Jakarta menjadi contoh bagi daerah-daerah lain agar mereka tidak menyepelekan hal-hal yang semestinya harus diperhitungkan jauh-jauh hari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun