Mohon tunggu...
Djamaluddin Husita
Djamaluddin Husita Mohon Tunggu... Lainnya - Memahami

Blogger, Ayah 3 Putra dan 1 Putri. Ingin menyekolahkan anak-anak setinggi yang mereka mau. Mendorong mereka suka membaca dan menulis (Generasi muda harus diarahkan untuk jadi diri sendiri yang berkarakter).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pak Habibie Sudah Tua

23 Mei 2010   03:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:02 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_147814" align="alignleft" width="300" caption="Sbr. Foto: http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2010/05/23/0001178620X310.jpg"][/caption]

Berita tentang meniggalnya Ibu Ainun Habibie membuat saya membuka-buka situs tentang Prof. Dr. Bj. Habibie presiden ketiga RI. Kemudian saya menemukan riwayat hidup beliau. Pak Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.

Menurut riwayatnya yang saya temukan di beberapa situs, dari semenjak kanak-kanan Habibie memilik sifat tegas berpegang pada prinsip. Dikatakan, Pak Habibie memang suka dibidang eksakta yang membuat kemudian Beliau menjadi ilmuan yang terkenal di dunia. Hal ini dapat dilihat dari penghargaan Negera Jerman yang memberi warga kehormatan kepadanya.

Kemudian Ia menjadi anggota kehormatan berbagai lembaga di bidang dirgantara. Antara lain di Gesselschaft fuer Luft und Raumfahrt (Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar) Jerman, The Royal Aeronautical Society London (Inggris), The Royal Swedish Academy of Engineering Sciences (Swedia), The Academie Nationale de l’Air et de l’Espace (Prancis) dan The US Academy of Engineering (Amerika Serikat). Sedangkan dalam bentuk penghargaan, Habibie menerima Award von Karman (1992) yang di bidang kedirgantaraan boleh dibilang gengsinya hampir setara dengan Hadiah Nobel. Dan dua tahun kemudian menerima penghargaan yang tak kalah bergengsi, yakni Edward Warner Award. (Hidayat Gunadi, Hatim Ilwan) — Sumber: Majalah Gatra Ed. Khusus, Agustus 2004/ http://afrizal.wordpress.com).

Karya fenomenal

Karya yang paling fenomenal dari seorang Habibie adalah berkaitan dengan deteksi keropos body pesawat terbang yang belum terdeteksi saat itu. Hal ini menjadi masalah dalam dunia penerbangan. Keropos akibat keretak yang terjadi pada body pesawat banyak disebabkan ketika pesawat lepas landas maupun mendarat. Ketika lepas landas, sambungannya menerima tekanan udara (uplift) yang besar. Ketika menyentuh landasan, bagian ini pula yang menanggung empasan tubuh pesawat. Kelelahan logam pun terjadi, dan itu awal dari keretakan (crack). Bagian yang paling rawan kelelahan adalah pada sambungan antara sayap dan badan pesawat terbang atau antara sayap dan dudukan mesin.

Titik rambat, yang kadang mulai dari ukuran 0,005 milimeter itu terus merambat. Semakin hari kian memanjang dan bercabang-cabang. Kalau tidak terdeteksi, taruhannya mahal, karena sayap bisa sontak patah saat pesawat tinggal landas. Dunia penerbangan tentu amat peduli, apalagi saat itu pula mesin-mesin pesawat mulai berganti dari propeller ke jet. Potensi fatique makin besar.

Habibie-lah yang kemudian menemukan bagaimana rambatan titik crack itu bekerja. Perhitungannya sungguh rinci, sampai pada hitungan atomnya. Oleh dunia penerbangan, teori Habibie ini lantas dinamakan crack progression. Dari sinilah Habibie mendapat julukan sebagai Mr. Crack. Tentunya teori ini membuat pesawat lebih aman. Tidak saja bisa menghindari risiko pesawat jatuh, tetapi juga membuat pemeliharaannya lebih mudah dan murah. Dalam dunia penerbangan, terobosan ini tersohor dengan sebutan Faktor Habibie. Baca lebih lengkap dalam: http://afrizal.wordpress.com).

Sudah Tua

Bila kita hitung-hitung umur pak Habibie, ternyata sudah tua juga. Saat ini beliau telah berumur 74 tahun. Meskipun masih produktif dengan ide-ide brilian, pak Habibie tetaplah seorang manusia yang tidak mampu menerobos ruang waktu. Pada suatu saat pasti akan lelah dan beristirahat.

Tetapi permasalahan apakah kita masih memiliki penerus beliau yang mampu membawa harum bangsa dalam bidang teknologi. Barangkali itulah yang harus menjadi renungan kita bersama. Kita tetap berharap, banyak generasi muda yang dapat terinspirasi dengan prestasi beliau terutama dibidang tehnologi.

Pak Habibie telah banyak berbuat untuk bangsa ini. Meskipun gagal dalam menanggani Timor-Timur, tetapi tetap saja Habibie adalah orang Indonesia satu-satunya yang dapat disejajarkan dengan ilmuan dunia. Meskipun pada hari-hari tuanya lebih banyak menghabiskan waktunya di Negara Jerman.

Satu hal yang menjadi pelajaran berharga, meskipun beliau dikenal di mana-mana dan lebih banyak tinggal di Jerman namun tetap bangga dengan Indonesia.

Saat ini Pak Habibie sedang berduka karena sesorang yang sangat dicintai telah berpulang ke hadapan khalik. Kita hanya mampu berdoa semoga Ibu Ainun Habibie di terima dengan damai di SisiNya. Kita berharap semoga Pak Habibie selalu tabah dalam menghadapi musibah ini. Mudah-mudahan Allah memberi umur panjang dan kesehatan kepada Pak habibie sehingga terus berkarya untuk keharuman bangsa dan negeri yang dicintainya.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun