[caption id="attachment_177397" align="alignleft" width="300" caption="Sbr. Gbr: http://media.vivanews.com/thumbs2/2009/08/11/75076_akmad_bakrie_award_300_225.JPG"][/caption]
Beberapa hari yang lalu (22/6), seseorang yang dikenal sebagai Wartawan Senior dan Budayawan dengan nama lengkap Gunawan Muhammad (GM), secara mengejutkan melalui media menyebutkan bahwa dirinya telah mengembalikan Bakrie Award yang diterimanya sejak tahun 2004. Tidak tanggung-tanggung, selain mengembalikan piala, GM juga mengembalikan hadiah yang pernah diterima sebanyak Rp. 100 Juta plus bunga dengan total Rp. 154.
Menurut berita beberapa media, alasan utama kenapa GM mengembalikan penghargaan itu, berkaitan dengan rasa kecewanya yang mendalam terhadap sepakterjang leader Bakrie Group, Abu Rizal Bakrieselama ini, yang dianggap GM tidak sesuai dengan hati nuraninya. Mulai dari kasus lapindo yang terkesan lepas tangan Abu Rizal Bakrie hingga hengkangnya Sri Mulyani ke Bank Dunia akibat intrik politik Aburizal Bakrie. Dan, kekecewaan GM pun memuncak saat pengusaha yang akrab disapa Ical tersebut menyatakan tidak bersalah dalam berbagai kasus yang ditudingkan padanya. “Klimaksnya tadi sudah saya bilang waktu dia mengatakan saya tidak merasa bersalah,” katanya.
Banyak tanggapan yang diberikan masyarakat sehubungan dengan pengembalian penghargaan itu kepada institusi yang memberinya yaitu Freedom Institut. Sebagian mereka memuji langkah GM itu sebagai sikap konsistensinya terhadap permasalahan bangsa ini terutama berkaitan dengan perlakuan Abu Rizal Bakrie baik dari sisi politik maupun bisnis. Bahkan, Jeirry Sumampouw, Koordinator Komite Pemilih Indonesia menilai pengembalian penghargaan sebagai bentuk perlawanan sosial.
Tanggapan yang berbeda tentu dilontorkan oleh pihak pemberi. Misalnya, Direktur Eksekutif Freedom Institute Rizal Mallarangeng memahami pengembalian penghargaan Bakrie Award oleh budayawan, Goenawan Mohamad. Menurutnya Rizal, "Sebagai kawan saya sedih, tapi saya memahami Mas Goenawan,". Begitu pula tanggapan yangdiberikan Abu Rizal Bakrie melalui juru bicaranya Lalu Mara, menyatakan menghormati sikap Goenawan Muhammad tersebut. "Itu merupakan kebebasan individu untuk mengambil sikap. Kita pasti ada sepakat untuk tidak sepakat. Pak Ical menghormati," kata Lalu.
Sebanarnya Bakrie Award diberikan kepada orang-orang yang berjasa dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Bahkan, menurut GM, “Di satu pihak saya tahu benar di balik Bakrie Award ada niat baik, kehendak meningkatkan mutu kehidupan ilmu, pemikiran, sastra dan pendidikan di Indonesia," kata dia dalam jumpa pers di Utan Kayu, Selasa 22 Juni 2010.
Berkaitan dengan itu, Program Manager Freedom Institute, Nong Darul Mahmada, sebagai mana dikutip Vivanews (22/6) menegaskan, "Penghargaan itu dilatarbelakangi keinginan Freedom memberi penghargaan kepada intelektual Indonesia karena selama ini belum ada penghargaan semacam itu," ujar Nong. Lalu Freedom mencari penyandang dana untuk penghargaan yang pertama kali digelar pada 2004 itu. Dan, kemudian ada Pak Aburizal Bakrie yang mau menyumbang dana, namun itu didedikasikan untuk ayahnya, Achmad Bakrie. Dikatakanya, Figur Achmad Bakrie sendiri memang orang yang peduli dengan ilmu pengetahuan.
Menurut Pihak Freedom Institut, bahwa pemberian Bakrie Award telah menjadi agenda rutin Freedom Institute yang bekerja sama dengan Yayasan Ahmad Bakrie sejak 2003. Biasanya, Anugerah Bakrie Award diberikan menjelang Peringatan Kemerdekaan RI.
Selain GM, dalam situs Freedom Institute disebutkan bahwa mereka yang menerima penghargaan ini antara lain Sapardi Djoko Damono dan Ignas Kleden (November 2003). Kemudian Nurcholish Madjid (bidang sosial-budaya), Sartono Kartodirdjo dan Budi Darma, masing untuk pemikiran sosial dan untuk kesusastraan. Penghargaan khusus bidang Kedokteran untuk Sri Oemijati.
Selain itu, Bakrie Award juga pernah diberikan kepada Arief Budiman (pemikiran sosial), Rendra (sastra), dan Iskandar Wahidiyat (kedokteran). Juga kepada sastrawan Putu Wijaya dan Franz Magnis-Suseno (yang diberi penghargaan karena pemikiran sosial menolak menerimanya), Sangkot Marzuki (kedokteran), Jorga Ibrahim (sains), dan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Sukamandi, Subang (teknologi). Pada tahun 2008, penghargaan ini juga diberikan kepada Sastrawan Taufik Abdullah, Sutardji Calzoum Bachri, Mulyanto, Laksana Tri Handoko dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Selanjutnya tahun, penghargaan itu diberikan kepada Ag Soemantri(Kedokteran) Pantur Silaban (sains) Warsito P Taruno (teknologi), dan Danarto (Kesusasteraan).
Menurut berita, meskipun ada pengembalian penghargaan itu oleh Gunawan Muhammad, namum penghargaan itu akan terus dilanjutkan. Dan, bila melihat alasan-alasan GM saat mengembalikan penghargaan ini. Pertanyaan kita adalah untuk tahun ini Bakrie Award pantasnya diberikan untuk siapa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H