Mohon tunggu...
Djamaluddin Husita
Djamaluddin Husita Mohon Tunggu... Lainnya - Memahami

Blogger, Ayah 3 Putra dan 1 Putri. Ingin menyekolahkan anak-anak setinggi yang mereka mau. Mendorong mereka suka membaca dan menulis (Generasi muda harus diarahkan untuk jadi diri sendiri yang berkarakter).

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Sepakbola Indonesia Berkiblatlah Ke Spanyol

12 Juli 2010   11:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:55 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_192117" align="alignleft" width="319" caption="Sbr. Foto: http://sepakbola.com/wp-content/media/Spain-World-Champions-Iniesta-trophy-AP.jpg"][/caption]

KESEBELASAN Spanyol telah membuktikan dirinya sebagai tim tangguh dalam kancah pesepakbolaan dunia setelah pada Final Piala Dunia FIFA 2010 ini berhasil mematahkan ambisi tim yang berjulukan “singa Orage” Belanda.Pencapaian tersebut sekaligus mencatat sejarah baru bagi negaranya sebagai negara yang ke 8 negara yang pernah menjadi Juara Dunia Sepakbola.

Bukan hanya itu saja, dengan keberhasilan tersebut, kesebelasan yang dijulukui “Tim Matador”ini juga mengukir sejarah dengan menyandingkan dua supremasi sepakbola bergengsi yatu sebagai kampium piala eropa dan dunia sekaligus pada periode yang sama. Presatasi lain yang diraihnya dalam perhelatan akbar sepakbola dunia kali ini adalah sebagai tim Fair Play. Karenanya tidak berlebihan bila kita katakan dalam kurun waktu empat tahun terakhir, sepakbola menjadi rajanya sepakbola Spanyol.

Pencapaian Spanyol tersebut bukanlah hal yang dengan mudah diperoleh begitu saja. Buktinya, sepanjang sejarah sepakbola dunia, baru kali ini spanyol mampu menjadi juara dunia. Ini membuktikan bahwa mereka telah melewati waktu-waktu yang sangat pahit untuk membuktikan dirinya sebagai tim yang solid sehingga mampu memperoleh predikat tertinggi.

Artinya, mereka telah melewati perjalanan panjang dan pasti sangat berat. Salah satunya dengan meredam rasa ego di antara mereka sendiri. Bukan hanya ego antar pemain saja, diyakini juga ego antara dua daerah kiblat raksasa pesepakbolaan di sana yaitu Madrid dan Bercelona.

Selain itu, selama piala dunia berlangsung kita dapat menyaksikan betapa indah permainan sepakbola mereka. Keindahan sepakbola mereka tidak terlepas dari kerja sama tim yang begitu apik antara lini sepanjang pertandingan yang mereka lakoni. Permainan tim yang baik seperti yang dipertontonkan spanyol selama ini diyakini tidak terlepas karena antara pemain tidak merasa dirinya hebat sendiri.

Padahal kita tahu, skuad tim spanyol bertaburan bintang. Hal ini juga membuktikan bahwa antar pemain mampu meredam ego mereka masing-masing. Hasilnya, ketagguhan Tim Jerman yang telah melumat tim-tim hebat yang lain pada babak semifinal mampu mereka buat tak berkutik. Hal yang sama juga mereka perlihatkan ketika meredam keangkuhan tim “Singa Orange” Belanda pada laga yang sangat menentukan. Terus terang, melihat permainan tim matador, terutama pada babak semifinal dan final banyak orang yang terbuai dengan keindahan permainan sepakbola mereka.

Bagaimana dengan timnas kita? Dalam hal ini kita tidak bisa membandingkan antara emas dengan batu alam. Pasti akan terlihat perbedaan yang sangat kentara. Timnas kita, jangankanmampu memperlihatkan tajinya dalam kancah dunia, tingkat regional saja (Asia Tenggara) sampai saat masih belum mampu berbuat yang lebih baik. Harus jujur kita akui, timnas kita masih jauh kelas dengan tim Gajah Putih Thailand.

Namun demikian, sebagai anak bangsa kita tidak boleh tidak berbangga dengan tim merah putih. Apalagi bersikap patah arang dan apatis terhadap perkembangan sepakbola nasional. Dukungan seluruh rakyat Indonesia merupakan bekal utama untuk kemajuan Timnas kita. Meskipun saat ini dirasakan sangat carut maut dengan pola pembinaan. Kita harus optimis bahwa pada suatu hari suatu massa timnas Indonesia juga akan berjaya.

Salah satu caranya mau belajar dengan dari negara yang maju sepakbolanya. Memang, selama ini pernah mengirim tim-tim remaja ke beberapa negara. Misalnya dulu ada program Primevera yang dikrim ke Italia. Kemudian saat ini juga ada tim remaja kita yang sedang belajar di paraguay dan bahkan di Uruguay. Namun demikian, mengirim tim belajar ke luar seperti itu bukan hanya asal kirim saja. Semestinya, kultur permainan bola juga harus dipelajari terlebih dahulu. Hal ini bukan berarti mengecilkan usaha-usaha yang ada. Pertanyaan kita adalah apakah kultur sepakbolanya dinegara itu cocok dengan tipikal pemain-pamian kita? Apalagi kita tahu bahwa tipikal permainan bola Amerika Latin labih mengandalkan individunya. Kita tidak ingin kegagalan program Primavera akan terulang kembali.

Memang, skill individu perlu untuk membentuk timnas yang tangguh. Tetapi yang lebih penting adalah bagaimana timnas bagus dalam kerja sama tim. Sebab tipikal pemain kita, meskipun secara individu selama ini bagus tetapi fakta menunjukkan kita selalu gagal. Karena itu sudah saatnya, timnas dengan PSSInya melirik negara-negara yang memang hebat kerja sama tim dengan tipikal dan kultur sepakbola yang sama.

Bila melihat apa yang disuguhkan oleh timnas Spanyol selama ini, nampaknya timnas kita cocok untuk berbalik arah ke sana. Sebab, seperti yang kita saksikan selama pertandingan piala dunia ini, salah satu kunci sukses mereka seperti yang telah kita uraikan di atas adalahan ketangguhan secara tim. Bagaimana permainan tit-tak-tik-tak mereka dengan pola satu sentuhan. Saya kira, bila pola itu tidak dijalankan oleh tim spanyol (hanya mengandalkan skill individu saja) maka mereka tidak sulit meredam keperkasaan Jerman dan Belanda. Sebab, tim Jerman dan Belanda selama piala dunia ini terlihat begitu lihai dalam hal merebut bola dari kaki lawan. Ingat, Inggris, Argentina dan Brasil telah merasakan itu.

Karenanya kenapa kita sarankan sebaiknya sepakbola Indonesia berkiblat ke negara yang terkenal dengan matadornya itu. Apalagi dalam hal meredam keegoan secara kedaerahan dan ego pribadi pemain. Lagi pula, postur pemain Spanyol juga tidak beda jauh dengan postur pemain kita. Sehingga pola permainan mereka layak untuk ditiru timnas kita.

Tetapi, kita harus akui bahwa untuk membuat timnas tangguh tidak hanya diperlukan kehebatan strategi permainan di lapangan. Hal yang tidak boleh dibiarkan juga adalah bagaimana manajemen dalam membentuk tim tangguh juga diperlukan.

Dari itu, PSSI sebagai oraganisasi yang mengurus segala sesuatu untuk kemajuan sepakbola juga harus memiliki skill juga dalam membentuk timnas yang tangguh. Karena itu, mereka juga harus belajar dari negara-negara yang mampu mempersatukan visi dan misi tim sebagaimana yang diperlihatkan Spanyol sehingga mereka mampu mencapai puncak kedikdayaannya. Saya pikir, urusan dukungan dari seluruh rakyat Indonesia tidak perlu diragukan.

Akhirnya kita berharap, mudah-mudahan ke depan sepakbola kita mampu berbuat lebih dari apa yang diperlihatkan saat ini. Semoga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun