Mohon tunggu...
Den Ciput
Den Ciput Mohon Tunggu... Penulis - I'm a writer...

Just Ordinary man, with the Xtra ordinary reason to life. And i'm noone without God.. http://www.youtube.com/c/ChannelMasCiput

Selanjutnya

Tutup

Balap Pilihan

GP Singapura

19 Mei 2022   03:50 Diperbarui: 19 Mei 2022   05:57 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
GP Singapore, menjadi balapan yang di gelar malam hari pertama. ( Foto: Motorsport) 

Singapura atau Singapore, sebetulnya punya sejarah panjang. Walau Singapura modern, yang seperti kita kenal sekarang baru merdeka pada 9 Agustus 1965 setelah dua tahun bergabung dengan negeri Jiran pada tahun 1963.

Setidaknya kalau kita meloncat ke masa jauh ke belakang lagi, kita akan mengenal seorang pangeran Sriwijaya yang bernama Sang Nila Utama. Beliau mendirikan kerajaan Singapura pada tahun 1299 Masehi.

Sampai satu saat,  sebagaimana di tulis salah dokumen resmi, datang orang-orang Eropa. Salah satunya adalah Sir Stanford Raffles yang mendarat pada 1819 dalam kapasitasnya sebagai pejabat IEC, East Indian Company. Semacam kumpeni gitulah kalau orang Indo ngomong.

Saat itu Inggris sedang mencari pelabuhan sebagai gerbang  sebagai upaya menandingi dominasi Belanda yang saat itu sudah menguasai negeri ini melalui VOC. 

Secara kebetulan, VOC saat itu lagi 'goyang', atau kalau mau lebih spesifik, bangkrut,  karena berbagai skandal korupsi dalam tubuh VOC. Rupanya bangkrutnya VOC ini mengakibatkan perekonomian kerajaan Belanda melemah.

Terlepas dari sejarah panjang, kita akan bahas Singapura modern. Seperti yang kita lihat, dari dulu Singapura sebagai negara 'kota', hampir tidak ada industri apapun disana kecuali kota niaga.

Berkat penataan yang baik, Singapura modern, menjadi satu negeri yang makmur di kawasan ASEAN.

Dan sebagai negara yang saat ini mengandalkan sektor pariwisata sebagai komoditi andalan, tak lengkap rasanya bagi singapura kalau tidak punya sirkuit sendiri untuk melengkapi segala kemewahan sebuah negeri yang makmur.

Sirkuit yang dimaksud bukan sembarang sirkuit untuk arena adu cepat motor. Bukan! Singapura menyediakan Marina Bay sebagai sirkuit jalanan untuk ajang Formula 1. Tentu saja, Singapura punya marketnya sendiri. Keglamouran Formula 1 sangat cocok untuk negara makmur macam Singapura.

Bisa jadi Singapura bercita-cita ingin menjadi Monako Asia.

Untuk desain sirkuit di percayakan pada pakarnya, siapa lagi kalau bukan Hermann Tilke. Arsitek sirkuit kondang sejagat.

Digelar perdana pada 2008, Singapura menjadi sebagai bagian dari seri balapan yang digelar malam hari. Pada pertama pembukaan GP Singapura 2008, balapan dimenangkan oleh Fernando Alonso yang saat itu membela tim Renault.

Pada tahun itu pula terjadi Crash Gate yang melibatkan Nelson Piquet, Jr sebagai bagian dari 'perintah' tim untuk mengamankan posisi Alonso yang saat itu bermasalah dengan bahan bakar pada sesi kualifikasi.

Setelah skandal itu terbongkar, akhirnya gelar  kemenangan Alonso tidak  ditangguhkan.  tapi Piquet, jr  yang 'nyanyi' bahwa yang dialaminya itu adalah perintah tim menyebabkan Flavio Briatore dan Pat Simon di skor oleh FIA dengan tidak boleh berkecimpung di Formula 1 selama kurun waktu tertentu.

Tentu saja keberadaan Singapura menambah warna tersendiri buat wisatawan. Aktifias belanja jadi makin asyik tatkala bisa sambil nonton balapan ketika berkunjung ke negeri kota itu.

Pada tahun 2021, Singapore GP Pte, sebagai pengelola sirkuit meniadakan balapan sebagai bagian dari pencegahan penularan wabah Covid19.

Pada 2022, balapan digelar lagi sesuai jadwal, yaitu pada 30 september sampai 02 oktober. Bagi yang berminat, bisa mulai nabung dari sekarang ya. Mumpung masih ada waktu beberapa bulan. Bagi yang nggak boleh masuk Singapura, jangan ngambek ya. Ingat, mereka hanya 'orang dagang'. 

Bisa masuk atau tidaknya warga asing adalah dengan berbagai pertimbangan soal bisnis, untung, atau rugi. Kalau kita dianggap berpotensi merugikan, tentu kita musti legowo, bahwa sebagai tuan rumah mereka berhak menolak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun