Masakan Soto sebetulnya diadaptasi dari masakan khas Tionghoa peranakan. Nama aslinya Saudo. Karena pelafalan D dalam bahasa mandarin sebagai T, maka disebutlah SAUTO. Karena lidah kita suka 'keseleo' diambil gampangnya aja menyebut dengan nama, " Soto!"
Soto pun menjadi masakan yang sangat populer dan menyebar keseluruh penjuru Indonesia. Tapi dengan penyesuaian lidah masing-masing daerah. Selain nusantara, negara-negara yang ada penduduk keturunan Jawa juga akrab dengan Soto ini. Di Suriname misalnya. Disana pengucapannya masih dengan kata Sauto.
Kalau di Indonesia ada  Soto Lamongan, Soto Kudus, Soto Banjar, Soto Betawi atau soto makasar. Lho, makasar bukannya Coto? Sama saja. Bedanya adalah, kalau Soto Makasar pakai daging sapi, maka Coto makasar pakai daging Capi. Becanda ahhh!
Di daerah Jawa timur, terutama Kediri dan sekitar, Soto ayam menjadi hidangan khas pada setiap  hajat, terutama nikahan. Hajatan nggak afdol tanpa soto. Biasanya ( dan yang paling umum dihidangkan) adalah soto ayam.
Tapi yang unik, walau letak satu kota dan kota lain nggak berjauhan, tapi soal rasa bisa saja beda. Di Jawa Timur, soto umumnya bening, tanpa santan. Contohnya soto untuk daerah Madiun, beda dengan Soto Kediri, beda lagi Soto Lamongan. Tak sama pula Soto Madura. Surabaya pun punya Khasnya sendiri. Bahkan kalau di Surabaya, ada yang disajikan dengan lontong, sebagai ganti nasi. Belakangan banyak masyarakat makin sadar akan bahaya diabebetes, maka mereka mulai beralih menyantap dengan lontong, karena cara pengolahan lontong yang dinilai dapat menurunkan kadar gula dalam beras. Kuah panasnya yang segar sangat cocok dimakan di segala cuaca dan suasana.
Akhir-akhir ini karena aturan pemerintah terkait masalah pandemi Covid19 yang membatasi kegiatan yang dapat menimbulkan kerumunan, maka makin sedikit masyarakat menyelenggarakan hajatan. Hidangan soto khas hajatan yang konon berharga lebih mahal dari soto warung itu jadi sangat dirindukan.
Kok bisa lebih mahal?
Iyalah, kalau soto di warung di Kediri rata-rata harga antara Rp 10.000,- sampai dengan Rp 15.000,- ( tergantung lauk tambahan), kalau dihajatan bisa mencapai harga Rp 50.000,-.
Lho?
Yaelah, hari gini, kalau kehajatan kasih amplop kan umumnya segitu! Masih tega ngasih amplop dua puluh ribuan? Tega? Nggak tau malu! Hehehheheh.
Tapi jangan kawatir, selain di acara hajatan, Soto mantenan kini ada di warung-warung juga. Namanya pun masih tetap, menggunakan nama soto Mantenan ( Hajatan pesta pernikahan). Setidaknya, ada bebrapa warung soto yang sudah lama, bahkan sebelum pandemi sudah ada beberapa warung soto yang menjajakan soto ini.
Terus apa beda soto mantenan dengan soto pada umumnya?
Bisa jadi ketika menyantap Soto ini lebih banyak perasaan yang ambil peran merasakan, bukan lidah. Perasaan yang belum bisa melupakan mantan yang sudah jadi manten. Hehehehe
Nggak jarang pula orang yang baper bisa nangis makan soto ini karena ketika makan teringat mantan. Mantan yang sudah jadi manten. Dan akhirnya bukan merasakan Soto mantenan, malah soto mantanan. Mantan yang sudah jadi manten. Akhirnya jadilah Soto mantan!!!
Ambyar, Jum!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H