"Ketika Anda telah merasakan penerbangan, maka selama berjalan di bumi mata Anda mengarah ke langit, karena Anda pernah berada di sana, dan kesanalah Anda akan selalu ingin kembali." - Leonardo DaVinci-
Itu cuplikan Quote yang nurut saya juga sebagai puisi yang sangat indah. Yap, buat pecinta aviasi puisi itu indah dan pada zamannya sangat visioner. Puisi itu dibuat pada abad 14-15 Masehi, jauh sebelum Wright bersaudara menerbangkan pesawat Fixed wing pertamanya.
Tapi nurut pendapat pribadi saya, imajinasi Leonardo bukanlah terbang menggunakan pesawat fixed wing. Melainkan dengan 'helikopter', sebuah benda hasil imajinasinya.Â
Zaman segitu negeri ini masih berfikir tentang hal-hal mistis yang seringkali tak masuk akal, tapi imajinasi Leonardo kelak terwujud sebagai salah satu pengubah peradaban. Itulah imajinasi, yang kata Albert Einstein lebih berarti dari sekedar ilmu pasti.Â
Bawasanya, masih menurut Einstein, " Dengan ilmu pasti Anda bisa tahu dari A - Z di planet ini, tapi dengan imajinasi Anda bisa tahu semesta alam, " bahkan hal yang sangat jauh di depan, sepanjang itu masuk akal. Nggak seperti khayalan tentang Emak lampir yang sampai sekarang tetap jadi emak-emak.
Lalu sampailah, pada 400 tahun kemudian, tepatnya 17 Desember 1903 Wright bersaudara menerbangkan pesawat mereka yang pertama, dan bisa di kontrol penuh. Sejak saat itulah pesawat jadi moda transportasi paling digemari.Â
Karena bepergian dengan pesawat kita akan menghemat banyak waktu, lebih nyaman, dan tentu saja ( Saat itu) satu gengsi tersendiri kalau kita bisa naik pesawat, mengingat harga tiketnya ( waktu itu) yang relative mahal.
Itu dulu, bahwa tiket pesawat mahal. Sampai satu saat pada awal tahun 2000an, hadir penerbangan murah ( Low cost carrier) yang dipelopori oleh Air Asia ( Didirikan oleh Anthony Francis Fernandes/ Tony Fernandes, mantan auditor pada Virgin Atlantic, sebuah maskapai yang dimiliki oleh Sir, Richard Branson )
Secara teknologi, dari waktu ke waktu, pesawat ber-evolusi, dengan prinsip aerodinamika yang sama, tapi dengan sistem avionik yang makin canggih sehingga memungkinkan pesawat bisa terbang sangat cepat dan makin aman.
Bahkan ada satu jenis pesawat komersial yang bisa melebihi kecepatan suara! Dua kali lipat kecepatan suara! Pesawat tersebut disebut supersonic, sedangkan pesawat pesawat pada umumnya terbang 'hanya' antara 600-900km/jam dihitung dari ground speed.
Sayangnya pesawat Supersonic terakhir (Concorde) grounded ( dioperasikan oleh British Airways) pada tanggal 23 oktober 2003 setelah 3 tahun sebelumnya (25 July 2000) Concorde yang dioperasikan Air France jatuh terbakar di Paris.
Pertanyaannya, seaman apakah naik pesawat jaman sekarang? Masih kah aman ? Jawabannya (masih) Sangat aman! Malahan Dalam satu scene pada film superman, " Flying is the safest way to travel, " ujar Superman.
Kenapa aman?
Karena sebelum terbang, pesawat telah di inspeksi menyeluruh, hingga luput dari kerusakan. Sekecil apapun kerusakan, bisa membuat penerbangan delay, atau bahkan batal.Â
Pilot pun sebagai kapten yang mengambil keputusan terbang atau tidaknya pesawat pasti akan menolak terbang dengan pesawat yang sedang bermasalah.Â
Pilot tidak akan mau mengambil resiko soal keamanan. Ini menyangkut keamanan, baik dirinya sendiri maupun penumpang dan para kru. Pilot juga punya keluarga, anak, istri/suami. Pilot masih ingin pulang dalam keadaan sehat walafiat tak kurang satu apapun.
Setelah semua (inspeksi) selesai, mau take off pun mesti izin ATC. Setelah clear for take off, koordinat terbang pun gak sembarangan. Musti clear, berjarak sangat jauh dengan pesawat di depannya, belakangnya, samping kiri dan kanan, hingga hampir tidak ada peluang tabrakan satu sama lain.
Kalau pun ada salah satu sistem yang ngadat, ada sistem cadangan. Kalau mesin mati, masih bisa gliding.
Kalau pun ada kejadian, adalah X factor. Hal-hal yang sifatnya accidental. Walau langit tak ada rambu pun, pesawat tak mungkin salah arah, karena sistem auto pilot yang akan mengarahkan pesawat ketujuan yang sudah di setup sebelum penerbangan.
Selama terbang semua kejadian direkam menggunakan Flight Data Recorder ( FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR), keduanya selanjutnya disebut Blackbox, walau warnanya Orange. Kedua benda itulah yang akan dipakai untuk menyelidiki setiap ada kejadian yang menyebabkan kecelakaan pesawat.Â
Untuk selanjutnya hasil penyelidikan itu dipakai bahan evaluasi agar ke depannya tidak terjadi peristiwa serupa. Kalau misalnya ada system error, maka pabrikan akan menyempurnakan sistem tersebut. Terus dan akan terus disempurnakan, hingga ketemu satu titik yang dirasa paling aman.
Kalau kesalahan ada pada manusia (Pilot dan co. Pilot) pun, akan dipakai acuan oleh penerbang lain, supaya tidak melakukan kesalahan serupa yang bisa mengakibatkan kecelakaan.
Selama terbang pula sistem di pesawat akan terus memberitahukan keadaan pada jalur penerbangan, utamanya soal cuaca, sehingga Pilot maupun co, Pilot bisa menindaklanjuti, dan dengan maksimal menghindar dari hal-hal yang berpotensi mengganggu penerbangan atau bahkan menjadi penyebab kecelakaan.
Lalu, masihkah bepergian dengan pesawat adalah cara yang paling aman dibanding moda transportasi lain?
Secara teori, bepergian dengan pesawat terbang masih cara paling aman. Kalau ternyata masih juga mengalami kecelakaan, kita sebut itu takdir. Seperti kata orang bijak bilang, " Segala sesuatu yang tidak bisa kita pikir dengan nalar, kita letakan pada iman."
"..'Cause i'm leavin' on the jet plane. Don't know when i'll be back again, o babe, i hate to go.."Â ( John Denver)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H