Mohon tunggu...
Den Ciput
Den Ciput Mohon Tunggu... Penulis - I'm a writer...

Just Ordinary man, with the Xtra ordinary reason to life. And i'm noone without God.. http://www.youtube.com/c/ChannelMasCiput

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pak Ogah, Siapakah Dia?

1 Oktober 2018   19:06 Diperbarui: 29 Desember 2022   11:09 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Boneka Pak Raden, Pak Ogah, Si Unyil, dan Melani di kawasan Cikini, Jakarta Pusat.(Kompas) 

Bagi sampean yang lahir era 70an dan mengalami masa remaja tahun 80an, tentu 'mengenal' sosok pak Ogah dengan baik. Seorang tokoh rekaan berupa Puppy atau boneka wayang dalam serial si Unyil.

Pak Ogah adalah sosok pemalas berkepala botak. Tak dijelaskan nama asli Pak Ogah. Disebut Pak Ogah karena sifat pemalasnya.

Tapi kalau sampean tanya tentang pak Ogah pada generasi sekarang, maka akan dijawab, " Tukang atur lalu-lintas, tapi bukan polisi. Melainkan pengangguran-pengangguran."

Jawaban itu benar. Karena emang itulah yang diketahui anak jaman sekarang tentang Pak Ogah. Definisinya hampir sama, disebut pak Ogah karena kerjanya menengadahkan tangan, tanpa mau bekerja. Berharap belas kasih, padahal badan masih sehat. Doyan makan, tapi Ogah kerja. 

Nah, kalimat ' Ogah kerja' inilah yang kelak dipakai acuan untuk menyebut atau menamainya Pak Ogah. Sampai disini paradigma tentang sosok pak Ogah masih tetap sama.

Pak Ogah yang nggak mau ngapa-ngapain, nggak produktif, nggak ada visi apapun dalam hidupnya demi masa depannya sendiri, misalnya.

Ilustrasi : Pak Ogah (Sumber : Twitter @pakogah100
Ilustrasi : Pak Ogah (Sumber : Twitter @pakogah100
Yang ada dia hanya malak sana sini. Tiap orang lewat depan Pos keamanan tempat dia nongkrong selalu dimintain duit, " Cepek dulu dong." Nah, kalimat itu yang sangat mengesalkan!

Kini definisi Pak Ogah udah bergeser. Bagi masyarakat Jakarta, Pak Ogah identik dengan orang yang suka jaga dipersimpangan jalan maupun putaran jalan (U turn). Dia dengan suka rela membantu kita untuk belok atau memutar.

Memang sih, ada beberapa Pak Ogah yang model begini yang menengadahkan tangan untuk sekedar terima recehan.

Tapi makin lama pengguna jalan makin sadar dengan 'bantuan' Pak Ogah, maka dengan sukarela pengguna jalan memberi tip recehan.

Dari sekedar recehan lima ratus rupiah, sampai bahkan lima atau sepuluh ribu rupiah. Semua tergantung kerelaan kita. Tapi pak Ogah yang begini banyak yang tidak menengadahkan tangan lagi.

Kalau sudah begini, apa saudara-saudara kita yang belum punya kesempatan kerja ini disebut pak Ogah? Sedangkan dia banyak membantu kita di ruas-ruas jalan yang tak terjangkau oleh POLANTAS?

Rasanya duit pecahan seribu rupiah tak ada artinya dibanding kita harus kesusahan memotong atau memutar jalan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun