Mohon tunggu...
Den Ciput
Den Ciput Mohon Tunggu... Penulis - I'm a writer...

Just Ordinary man, with the Xtra ordinary reason to life. And i'm noone without God.. http://www.youtube.com/c/ChannelMasCiput

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kasus Harlingga, Lupakanlah Fanatisme. Mari Bicara Budaya (Kekerasan)

25 September 2018   22:38 Diperbarui: 25 September 2018   23:25 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia sepak bola kembali terhenyak dengan kasus meninggalnya Harlingga, salah seorang suporter Persija yang meregang nyawa karena dikeroyok Bobotoh ( sebutan untuk suporter Persib).
Sekilas kasus tersebut memang terjadi karena sifat dukungan suporter yang kelewat fanatik terhadap tim sepakbola kesayangannya. (Mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyebut kasus tersebut adalah bentuk fanatisme suporter)
Tapi kalau ditilik secara seksama kronologi kejadiannya, tidak lah demikian adanya. 

Pertama
Tengok, Heringga dianiaya pukul 13.00 Wib, jauh sebelum pertandingan dimulai. Lalu apa alasan oknum Bobotoh mengeroyok Haringga?

Kedua
Haringga jauh-jauh datang ke Bandung dengan menumpang kereta api serta membeli tiket pertandingan. Sedangkan pengeroyok, diketahui hadir di lapangan tanpa tiket.

Artinya bisa jadi mereka datang tidak untuk nonton pertandingan, tapi memang sengaja membuat keributan. Sangat disayangkan kalau 'penonton' tanpa tiket dibiarkan berkeliaran tanpa pengawasan petugas keamanan. Mengingat pertandingan sepak bola adalah kegiatan yang rawan kericuhan.

Masih segaran dalam ingatan peristiwa meninggalnya Micko Pratama pada 4 April 2018 saat laga persebaya vs PS Tira pada laga Away dalam helatan Go-jek liga 1 bersama Bukalapak di Solo. (bola.net,15/4/2018)

Setahun sebelumnya, ada nama Ricko Andrian Maulana ( 22 tahun) yang meninggal ketika sedang nonton pertandingan Tim kesayangannya (Persib) di stadion Gelora Bandung Lautan api pada pada hari Sabtu 22 Juli 2017 kala Persib menjamu Persija (Kompas 28/7/2017)

Berarti hanya berselang setahun dua bulan, tiga nyawa hilang sia-sia di ajang pertandingan sepak bola. Belum lagi korban luka-luka dan atau kerugian materi yang luput dari pemberitaan. Tiga nyawa itu yang saya ketahui. Saya tidak bisa mengingat  lagi berapa banyak nyawa yang hilang yang terjadi akibat keributan disaat pertandingan sepakbola berlangsung.

Buat saya, ini bukan persoalan sepele. Ini soal jiwa seseorang. Soal hidup dan mati manusia. Buat saya, satu nyawa sangat berharga kalau hanya soal fanatisme tim sepakbola.

Sepakbola adalah olahraga yang menjunjung sportifitas sebagai supremasi tertinggi pada setiap pertandingan. Setidaknya begitulah aturan pada setiap cabang olahraga.

Jadi jangan salahkan sepakbola dalam kasus ini. Saya tulis hal ini bukan karena saya suka sepakbola. Kalau ngomong cabang olahraga favorit, saya jauh lebih suka Bulutangkis. Jadi kesampingkan anggapan bahwa saya subyektif dalam menilai.

Saya hanya menyesalkan sikap para 'suporter'. Tak kurang, tak lebih. Bawasannya mereka melakukannya tatkala pertandingan sepakbola berlangsung, itu hanya karena mereka memanfaatkan momen tertentu untuk melampiaskan kebringasannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun