Mohon tunggu...
Husen Kahfi
Husen Kahfi Mohon Tunggu... Freelancer - Jurnalis (2021-Sekarang),Penulis (2016-Sekarang),Penulis Lagu (2020-Sekarang)

Seorang penulis dan redaktur berpengalaman di bidang jurnalisme dan ekonomi. Menguasai analisis mendalam dengan gaya penulisan yang jelas dan menarik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengapa Pelecehan Seksual Masih Dinormalisasi?

17 November 2024   10:16 Diperbarui: 17 November 2024   10:29 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artikel Ditulis Oleh: Husen Kahfi

Pelecehan seksual adalah persoalan mendalam yang hingga kini masih sering dinormalisasi dalam masyarakat. Fenomena ini bukan hanya mencerminkan kegagalan dalam memahami pentingnya penghormatan terhadap orang lain, tetapi juga menunjukkan dampak budaya patriarki, lemahnya penegakan hukum, dan minimnya kesadaran sosial terhadap isu ini.

Pelecehan seksual sering dianggap remeh atau bahkan dikategorikan sebagai candaan. Misalnya, bentuk pelecehan seperti catcalling, yang melibatkan komentar atau gestur seksual di ruang publik, masih sering dianggap sebagai pujian. Hal ini didukung oleh data yang menunjukkan rendahnya pemahaman masyarakat terhadap batasan antara candaan dan pelecehan, yang diperparah oleh dominasi budaya patriarki. Dalam budaya ini, laki-laki sering merasa lebih superior dibanding perempuan, sehingga tindakan intimidasi menjadi alat untuk menunjukkan dominasi mereka. 

Meski Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS) telah diberlakukan, implementasinya masih jauh dari optimal. Banyak aparat penegak hukum yang belum memiliki pemahaman mendalam mengenai pelecehan seksual. Sebuah laporan menyebutkan bahwa sekitar 94% personel kepolisian adalah laki-laki, yang berpotensi menyebabkan bias gender dalam menangani kasus. ini menunjukkan perlunya pelatihan khusus untuk meningkatkan sensitivitas gender dan komitmen terhadap perlindungan korban.

Normalisasi pelecehan seksual juga terjadi karena kurangnya kesadaran di kalangan anak muda/Gen Z. Beberapa dari mereka masih menganggap bahwa candaan seksis adalah hal yang biasa atau bahkan "keren." Padahal, sikap seperti ini menciptakan lingkungan yang permisif terhadap pelecehan seksual dan mempersulit korban untuk bersuara. Sosialisasi mengenai dampak negatif pelecehan seksual, baik secara fisik maupun psikologis, sangat diperlukan untuk mengubah pola pikir generasi muda.

Kalau begitu mari kita bahas dampak yang ditimbulkan, untuk Korban:

Pelecehan seksual memiliki dampak signifikan, mulai dari trauma psikologis hingga gangguan mental seperti depresi dan kecemasan. Selain itu, korban sering kali merasa terintimidasi dan kehilangan kebebasan bergerak di ruang publik. Hal ini memperkuat perlunya perubahan budaya dan hukum untuk melindungi hak korban.

Pada akhirnya, Normalisasi pelecehan seksual merupakan cerminan dari masalah sosial yang lebih besar, termasuk patriarki, lemahnya penegakan hukum, dan rendahnya kesadaran masyarakat. Mengubah persepsi ini membutuhkan langkah komprehensif, termasuk edukasi yang lebih baik, penegakan hukum yang tegas, dan peningkatan pemahaman generasi muda. Hanya dengan upaya kolektif, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih aman dan menghormati hak semua individu. 

Akhir kata, hargailah wanita. tanpa mereka orang hebat didunia takkan pernah terlahir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun