"wahh apakah itu...?"
menurut salah satu warga sekitar, kepulan cahaya merah seperti bara api itu berasal dari kawah gunung papandayan…
Benarkah? entahlah...
Tidak lama kemudian ada 2 orang yang seperti sedang berpatroli melewati tenda kami, berhubung persediaan air yang kita bawa makin menipis hanya cukup untuk sarapan pagi saja, kitapun menanyakan pada mereka, ternyata mereka bukan petugas tapi warga sekitar yang berasal dari pangalengan, kata mereka ada sumber air dijalur via pangalengan yang tidak begitu jauh dari puncak, oh oke… sayapun menanyakan masalah jalur via pangalengan yang masih sangat minim info, orang-orang yang mendaki lewat pangalengan pun katanya mereka hanya menitipkan kendaraannya di Pos Satpam, tanpa ada perijinan yang legal.
Yup.. memang kemarin kita hanya membawa air cuman 3L karena menurut petugas pos disini tersedia air, memang agak sedikit bau karena air yang tidak terkena sinar matahari ceunah, tetapi kalau dipasak masih aman katanya.
Sekitar jam 05:00 pagi, langit mulai membiru diiringi sedikit demi sedikit cahaya matahari yang masih tersipu malu untuk menampakan dirinya, sebelum menikmati itu semua kitapun bergegas untuk sholat terlebih dahulu, setelah itu kitapun keluar tenda, ternyata diluar sudah banyak orang yang sedang mengabadikan moment dengan berfoto ria, kitapun bergegas mencari spot untuk menikmatinya.
Setelah itu saya kembali ke tenda ternyata Nasi goreng, sosis + saos & mayonnaise nya sudah siap disantap untuk sarapan kala itu. Hmmm… yummi :D
Tak terasa waktu menunjukan pukul 10:00 dan kitapun mulai beres2 untuk pulang, tak lama kemudian tiba-tiba kabut pekat datang diikuti hujan, yang memaksa kita menunda kepulangan dan berteduh didalam tenda. Sekitar jam 11:30an hujanpun mulai reda dan kitapun kembali beres2 packing, setelah semua beres sekitar jam 12an kitapun turun meski kabut masih menyelimuti, beberapa lama kemudian hujan kembali turun dan kitapun meneruskan perjalanan memakai jas hujan, diperjalanan kita bertanya ke salah satu petani yang akan segera pulang “kalau jalur Seven Field (kebun 7) itu kemana?” ternyata mereka tidak tahu dengan nama itu hehe, katanya ada juga jalur yang muter agak landai (mungkin yang dimaksud yang kemarin kita lewati jalur datar jamuju) dan jalur yang langsung turun terus tapi agak curam (mungkin yang dimaksud jalur Seven field) itu hehe kitapun bergegas ke jalur yang langsung turun agak curam itu.
Hampir disepanjang perjalanan kita di guyur hujan, dengan cuaca yang sedikit berkabut mendung hujan reda silih berganti membuat jalur sangat berbahaya, berjalan menurun di tengah-tengah ketinggian perkebunan dengan tanah merah/tanah gembur yang basah membuat jalur menjadi sangat licin sayapun hampir 4 kali terjatuh dibuatnya, kitapun kadang merayap ketika melewati turunan yang curam karena hampir tidak ada pegangan ditengah-tengah perkebunan seperti itu, tidak seperti di hutan meski licin banyak tepian dahan atau akar yang bisa dijadikan pegangan.
Kala itu kita berjalan hampir sangat lambat, menguras tenaga, memang semua gunung mempunyai rintangan yang berbeda-beda, masing-masing mempunyai ciri khas nya tersendiri.