Mohon tunggu...
Akhmad Husaini
Akhmad Husaini Mohon Tunggu... Administrasi - Ditakdirkan tinggal di Selatan : Desa Angkinang Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan. Memiliki kesenangan jalan-jalan, membaca, dan menulis.

Terus menuliskan sesuatu yang terlintas, dengan pantas, tanpa batas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menjalani Keseharian

3 Oktober 2023   05:48 Diperbarui: 3 Oktober 2023   06:01 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi-pagi Dugal sudah berangkat menuju tempat kerja. Jarak tempat kerjanya, sekitar satu kilometer dari rumahnya. Untuk pergi ke sana Dugal naik sepeda butut, yang sudah setia menemani sejak belasan tahun silam.

Seperti biasa Dugal setibanya di tempat kerja, sebuah madrasah yang ada di Angkinang, menata parkir yang ada di halaman depan. Yakni parkir untuk siswa, sepeda biasa dan sepeda listrik.

"Jangan sering mengeluh, jalani saja apa yang kamu hadapi sekarang, " ujar Ibu Dugal, setiap kali ingin berangkat kerja.

Hal itulah yang selalu diingat Dugal kala menjalankan tugas sebagai honorer di sebuah madrasah di kampungnya. Karena pendidikan Dugal rendah, hanya tamatan Aliyah saja, jadi ia bekerja di bagian Tata Usaha di madrasah itu.

Biasanya Dugal berangkat dari rumah sekitar pukul 06.00 WITA. Saat tiba di madrasah, masih lengang suasananya. Para guru dan siswa belum berdatangan. Dugal memarkir sepeda motornya di area depan ruang Tata Usaha.

Aktivitas pagi di tempat Dugal bekerja mulai berdenyut. Satu persatu siswa mulai berdatangan. Dugal mulai beraksi, menata parkir sepeda biasa dan sepeda listrik siswa. Untuk sepeda biasa ada di bagian dalam, belakang ruang Tata Usaha. Sementara untuk sepeda listrik ada di samping ruang TU.

Saat di tempat kerja, usai menata tempat parkir Dugal beranjak menuju ruang TU. Mulai mengerjakan tugas lain. Rekannya yang lain mulai berdatangan. Suasana di ruang TU tampak ramai. Dugal lebih fokus dengan tugasnya.

"Bapak Kamad datang, ambilkan kopi, " ujar Wahid, rekan Dugal.

Lantas Dugal beranjak dari tempat duduknya. Pergi ke warung depan, membelikan kopi untuk Bapak Heri, Kepala Madrasah (Kamad), tempat Dugal bekerja. Usai membelikan kopi untuk Bapak Heri, Dugal kembali ke ruang TU.

Dugal termasuk orang yang pendiam, tidak banyak bicara. Tidak suka dengan suasana hiruk-pikuk. Jadi saat ada kegaduhan di ruang TU, semisal rekan perempuannya ngobrol ngalur ngidul, Dugal memilih pergi. Bisa ke warung atau pulang ke rumah. Tak betah kalau suasana ramai melingkupi.

Belasan tahun sudah Dugal mengabdi di madrasah itu. Namun Dugal masih saja menyandang status pegawai tidak tetap atau honorer. Ia sudah pasrah, entah sampai kapan ia akan menjalaninya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun