Dugal masih tak percaya, jembatan itu belum selesai-selesai juga dikerjakan. Malah kalau dipersentase hanya 40 persen atau 50 persen saja. Jembatan itu bermasalah, karena bahan bakunya habis, berupa kayu ulin, terkendala masalah pemanfaatan hasil hutan, kayu yang sudah langka dan dilarang undang-undang untuk digunakan.
Andai dibangun beton, mungkin sudah dari dulu kelar, atau selesai jembatan itu. Entah kenapa pamburung, ingin untung malah buntung. Yang dirugikan warga masyarakat setempat, yang biasa memanfaatkan jembatan itu untuk aktivitas keseharian. Jadi terganggu, karena jembatan tak bisa digunakan secara maksimal.
Apabila melintasi jembatan itu kita harus hati-hati. Kiri kanan jembatan belum ada pangalang, kalau lewat dengan kendaraan roda dua bakalan jatuh ke sungai. Dugal sebagai warga Hangkinang, tak bisa berbuat banyak dengan masalah ini. Hanya bisa mencurahkannya lewat tulisan.
Suara getaran itu muncul akibat copotnya baut, mur, dan paku pada keping kayu ulin yang jadi lantai jembatan. Bahkan di beberapa titik ada lantai jembatan yang sudah keropos atau bolong, karena termakan usia. Jembatan itu memiliki ukuran panjang sekitar 30 meter, dan lebar 5 meter.
Sepanjang masih belum selesai Dugal akan terus mengupayakan agar jembatan itu diperhatikan semua pihak. Ia ingin tak ada kerugian dialami oleh warga, akibat pengerjaannya yang terbengkalai.
Jembatan itu menyisakan banyak kenangan bagi Dugal, saat ia masih duduk di bangku Tsanawiyah dulu. Mengingatkan cinta pertamanya dengan seorang gadis pujaan. Adik kelas, yang mengutarakan kata cinta lewat surat. Gadis manis itu berasal dari Bakarung, bernama Rusna.
Rusna kirim surat, tanda suka dengan Dugal, lewat teman satu kelasnya yang se kampung dengan Dugal. Hati Dugal berbunga-bunga menerima surat cinta itu. Bahkan surat itu selalu ia bawa ke mana saja. Seperti sepulang sekolah, ia pergi memancing ikan ke Badulan, kawasan yang berjarak sekitar 1 kilometer dari rumahnya. Surat itupun ia selipkan di saku celananya.
Kamis pagi material bangunan jembatan berupa lantai kayu ulin terlihat tertumpuk di samping kanan jembatan. Kata rekan Dugal, material itu datang Rabu sore. Ini akan jadi kabar gembira jembatan bakal dilanjutkan kembali pengerjaannya.
Namun dalam beberapa hari ini kemungkinan para tukang tidak bisa bekerja. Karena ada seorang warga setempat yang anaknya akan melangsungkan walimah perkawinan pada hari Ahad. Jadi dalam beberapa hari ini akan ada kesibukan menyiapkan segalanya, karena lokasi madrasah di seberang jembatan akan jadi tempat pelaksanaannya.
Mudahan saja semua bisa berjalan lancar dan sesuai harapan bersama. Jembatan segera kelar. Dugal tak sabar lagi bisa menikmati kondisi jembatan yang bagus dan nyaman saat dilintasi. Jembatan yang cukup memiliki kenangan tak terlupakan seumur hidupnya, saat ia masih sekolah dulu.***
Angkinang Selatan, jelang berangkat ke tempat kerja, 10 Desember 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H