Memanfaatkan banyaknya jumlah siswa di tempat ia bekerja, Dugal membuat postingan singkat akun Youtube yang ia miliki. 400 lebih siswa yang ada di madrasahnya. Lumayan untuk menambah jumlah postingan video di Youtube. Namun untuk menggapainya ia harus bekerja keras. Sehari Dugal bisa mendapatkan dua saja.
Diawali dengan proses pengambilan gambar di tempat yang sudah ditentukan. Dalam video itu siswa mengenalkan diri mereka berupa nama, tempat / tanggal lahir, kelas, alamat, hobi, dan cita-cita. Diakhiri dengan video siswa mengacungkan tiga jari dengan lantang mengucapkan nama madrasah dan semboyannya. Butuh beberapa kali untuk pengambilan gambar, karena kerap ada kesalahan, hingga harus diulang beberapa kali.
Dugal baru puas bila sudah benar dan bisa diposting ke Youtube hari itu juga. Butuh berbulan-bulan hingga seluruh siswa kena giliran. Dugal lebih dulu dari Kelas IX kemudian Kelas VIII dan Kelas VII. Lumayan juga respon orang, hasilnya cukup bagus. Postingan sudah banyak. Subcriber banyak juga. Videonya cukup sederhana sekali.
Dugal merasa berada di atas angin. Hidup dengan keterbatasan ekonomi. Hidup sederhana dijalani dengan senang sekali. Hobi menulis membawa kepada kesenangan dan kebahagiaan. Dugal itu seorang Youtuber, Blogger dan Kompasianer. Tulisannya kerap menghiasi blog dan media online. Ia cukup populer dikalangan penulis lokal maupun nasional.
Sementara di dunia nyata, orang cukup asing dengannya. Saat berpapasan malah tak saling sapa. Tak apa yang penting bagi Dugal ia terus berkarya lewat tulisan dan video sederhana. Dengan tujuan untuk memberikan kebermanfaatan bagi orang lain. Jadi bahan referensi dan rujukan untuk menunjang tugas.
Di blog pribadi kerap memposting tulisan bertema lokalitas Banua. Juga foto bareng dengan publik figur. Seperti Bupati, Kapolres, Dandim, Kepala Dinas, artis, Gubernur hingga Presiden. Hari-hari sebagai honorer sebuah madrasah, sebagai Staf Tata Usaha (TU). Orang tak mengira Dugal seperti itu.
Untuk sementara Dugal tanpa media sosial. Handphone-nya cukup jadul, hanya bisa untuk SMS dan berteleponan saja. Jadi dengan rekan-rekan kerja tak tahu apa yang terjadi, Dugal tak tahu kabar tentang grup-nya tempat bekerja. Tapi ternyata Dugal wawasannya cukup luas. Bermodal laptop dan internet.
Karena memang alat itu sesungguhnya hasil kerja keras Dugal pula. Prestasi Dugal dalam bidang kepenulisan. Yang dipersembahkan untuk tempat ia bekerja. Pihak tempat bekerja membelikan alat itu, agar Dugal semangat dalam bekerja dan berkarya.
Di blog pribadi terpampang foto-foto dan tulisan keseharian. Di Kompasiana khusus puisi dan tulisan bernada serius. Upaya untuk mempromosikan Banua ke tingkat nasional. Hari Ahad waktunya Dugal jalan-jalan. Berangkat pagi bisa malam pulangnya.
Tempat jauh didatangi. Cari bahan tulisan dan inspirasi, menghibur diri, tempat wisata, tempat bersunyi diri, dengan latar pemandangan alam yang indah. Juga tempat makan minum yang enak, lokasinya bisa dijangkau dengan mudah, begitu pula dengan harganya.
Di blog itu ada terpampang postingan foto dan tulisan Dugal dengan penyanyi dangdut nasional. Foto itu saat si penyanyi populer itu sedang manggung di sebuah kota di Jawa. Kebetulan pula Dugal sedang ada kegiatan di kota itu. Satu hotel dengan sang artis. Di lobi hotel Dugal bertemu. Kebetulan momen langka, pikir Dugal, lantas foto-foto. Diantaranya saat duduk di kursi lobi hotel, bersama temannya dan saat si artis menuju ke kamar hotel.
Ada pula diposting di blog itu foto dengan tokoh ulama di Banua. Juga dengan Bupati dan Walikota. Dugal ke lokasi rencana ibukota baru di Kalimantan Timur. Foto dengan Gubernur, dan dua Bupati tempat lokasi ibukota baru itu. Ada pula foto-foto dan tulisan seputar perjalanan Dugal ke luar Kalimantan. Diantaranya saat ke Padang, Sumatera Barat dan Palembang, Sumatera Selatan. Semua dilakukan Dugal berkat menulis.
Umrah dan haji karena menulis profil sebuah biro perjalanan haji dan umrah di Banua. Kemudian sebuah sepeda motor didapatkan dari sebuah dealer, berkat postingan tentang sebuah produk sepeda motor. Kemudian sebuah bank memberinya tabungan menulis tentang bank itu. Seakan berada di atas angin, lagi-lagi Dugal teramat bahagia dan senangnya.
Duit banyak tersimpan di bank. Sewaktu-waktu bila perlu bisa diambil melalui ATM. Keperluan sekarang ini celana panjang hitam dua lembar, untuk penunjang di tempat kerja maupun bajalanan. Lalu baju putih lengan pendek dipakai setiap hari Rabu di tempat kerja. Baju hem beberapa lembar digunakan hari lainnya.
Juga sepatu hitam untuk bekerja. Lalu baju muslim, baju lapis putih, baju kaliwang dan tapih untuk kenyamanan dalam beribadah. Sedekah dilakukan kapan dan dimana saja. Kemana hari Ahad? Ke Barabai. Singgah di Pasar Barabai beli anggur, lengkeng dan surat kabar. Setelah itu Dugal meneruskan perjalanan ke Birayang, berjarak sekitar 10 kilometer dari Barabai. Masih banyak cerita yang akan dibagikannya untuk perjalanan anak Hangkinang yang senang menulis. ***
Kandangan penuh dengan kabut asap
17 September 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H