Mohon tunggu...
sang petuah
sang petuah Mohon Tunggu... Aktor - seorang pelajar

pelajar dan pencari makna akan sebuah kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengapa Manusia Diciptakan?

26 September 2024   15:10 Diperbarui: 26 September 2024   15:14 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jutaan tahun telah berlalu sejak Homo sapiens pertama kali hidup di bumi, dimulai dari akhir Pleistosen atau awal Holosen hingga sekarang. Pada awalnya, Homo sapiens tidak memiliki budaya yang maju ataupun peradaban. Namun, seiring waktu, mereka berhasil membangun ribuan budaya yang masing-masing memiliki karakteristik unik serta peradaban yang terus berkembang, bahkan mampu menghasilkan teknologi yang mempermudah kehidupan. 

Populasi Homo sapiens yang dahulu kecil kini telah mencapai lebih dari 7 miliar orang, menyebabkan bumi terasa semakin sesak. Akibatnya, banyak ekosistem yang hancur demi memenuhi kebutuhan manusia, yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya populasi makhluk hidup lain. 

Banyak spesies hewan yang terancam punah, mengikuti jejak nenek moyangnya yang telah hilang. Teknologi yang pada awalnya hanya berupa panah dan tombak kini telah berubah menjadi tank yang mampu menghancurkan manusia dan lingkungan di sekitarnya. Intinya, zaman ini telah berkembang jauh lebih maju dibandingkan masa lalu.

Namun, inti dari pembahasan kita kali ini adalah: mengapa manusia diciptakan? Mengapa manusia ada di bumi? Dan bagaimana akhir dari manusia itu sendiri?

Mari kita bahas pertanyaan pertama, yaitu mengapa manusia diciptakan. Secara keilmuan, ada dua perspektif utama yang sering digunakan untuk menjawab pertanyaan ini: perspektif agama dan perspektif ateisme.

1. Perspektif Agama

Menurut pandangan agama, manusia diciptakan di bumi karena kehendak Tuhan. Tidak ada faktor lain yang memengaruhi penciptaan manusia selain keinginan Tuhan. Karena pertanyaan ini menggunakan kata "diciptakan," yang berarti ada pelaku yang menciptakan, maka agama menjelaskan bahwa manusia ada di bumi karena keinginan Tuhan semata. Meskipun dikaji secara mendalam, hal ini tidak akan pernah bisa dibuktikan secara ilmiah, kecuali jika Anda meyakini bahwa itu adalah kehendak Tuhan yang benar. Jika Anda tidak yakin dengan argumen ini, maka tidak ada buku atau penjelasan yang bisa memuaskan pertanyaan tersebut.

Keyakinan memainkan peran penting dalam perspektif agama. Tanpa keyakinan, argumen ini berada di ranah yang tidak bisa dijangkau oleh akal manusia, karena merupakan hal yang abstrak dan tidak bisa dibuktikan secara empiris. 

Hal inilah yang menyebabkan beberapa ideologi seperti komunisme tidak mengakui agama, karena komunisme lebih berfokus pada nilai-nilai materialisme. Komunisme lahir dari forum dan kajian akademis yang mendalam, yang sering kali terlihat rumit dengan banyak teori. Oleh karena itu, kita melihat sejarah di mana tokoh-tokoh PKI pada masa jayanya sering menyerang tokoh-tokoh agama dan melakukan kekerasan terhadap golongan yang berafiliasi dengan agama.

Kesimpulannya, menurut agama, manusia diciptakan karena kehendak Tuhan. Jawaban ini hanya bisa diterima jika didasari oleh keyakinan.

2. Perspektif Ateis

Beralih ke perspektif ateis, pertanyaan "mengapa manusia diciptakan?" dianggap salah. Pertanyaan yang lebih tepat adalah "mengapa manusia muncul di bumi?". Jawaban dalam konteks ini adalah karena manusia berevolusi dari mikroorganisme berjuta-juta tahun yang lalu. Mikroorganisme ini berkembang karena perubahan suhu dan proses alamiah lainnya, sesuai dengan teori evolusi. Melalui proses yang panjang, manusia pun muncul sebagai hasil evolusi tersebut.

Jawaban ini mungkin terdengar materialistis, tetapi itulah satu-satunya penjelasan yang dianggap ilmiah oleh para ateis. Kajian ini didasarkan pada pengetahuan yang dapat diuji dan diverifikasi melalui penelitian dan observasi.

Kesimpulan

Pada akhirnya, kajian tentang mengapa manusia diciptakan akan terus berputar di sekitar ranah yang sulit dijangkau oleh akal manusia. Baik perspektif agama maupun ateisme berlandaskan fondasi yang berbeda, yaitu fondasi keyakinan dan materialisme. Jika terus dilanjutkan, perdebatan ini hanya akan menghasilkan tumpukan istilah yang semakin memperumit pertanyaan tanpa memberikan jawaban yang pasti.

Jawaban atas pertanyaan ini pada akhirnya tergantung pada keyakinan individu. Kita akan memilih salah satu perspektif, tergantung pada lingkungan, pendidikan, serta pengaruh orang-orang di sekitar kita. Bagi saya pribadi, jawaban yang paling kuat adalah dari perspektif agama. Saya meyakini bahwa alasan manusia diciptakan adalah karena kehendak Tuhan, dan keyakinan ini adalah sesuatu yang akan saya pegang seumur hidup.

Justru karena hal ini berada di luar jangkauan akal manusia, saya semakin percaya bahwa agama adalah alasan utama mengapa manusia ada di bumi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun