Beralih ke perspektif ateis, pertanyaan "mengapa manusia diciptakan?" dianggap salah. Pertanyaan yang lebih tepat adalah "mengapa manusia muncul di bumi?". Jawaban dalam konteks ini adalah karena manusia berevolusi dari mikroorganisme berjuta-juta tahun yang lalu. Mikroorganisme ini berkembang karena perubahan suhu dan proses alamiah lainnya, sesuai dengan teori evolusi. Melalui proses yang panjang, manusia pun muncul sebagai hasil evolusi tersebut.
Jawaban ini mungkin terdengar materialistis, tetapi itulah satu-satunya penjelasan yang dianggap ilmiah oleh para ateis. Kajian ini didasarkan pada pengetahuan yang dapat diuji dan diverifikasi melalui penelitian dan observasi.
Kesimpulan
Pada akhirnya, kajian tentang mengapa manusia diciptakan akan terus berputar di sekitar ranah yang sulit dijangkau oleh akal manusia. Baik perspektif agama maupun ateisme berlandaskan fondasi yang berbeda, yaitu fondasi keyakinan dan materialisme. Jika terus dilanjutkan, perdebatan ini hanya akan menghasilkan tumpukan istilah yang semakin memperumit pertanyaan tanpa memberikan jawaban yang pasti.
Jawaban atas pertanyaan ini pada akhirnya tergantung pada keyakinan individu. Kita akan memilih salah satu perspektif, tergantung pada lingkungan, pendidikan, serta pengaruh orang-orang di sekitar kita. Bagi saya pribadi, jawaban yang paling kuat adalah dari perspektif agama. Saya meyakini bahwa alasan manusia diciptakan adalah karena kehendak Tuhan, dan keyakinan ini adalah sesuatu yang akan saya pegang seumur hidup.
Justru karena hal ini berada di luar jangkauan akal manusia, saya semakin percaya bahwa agama adalah alasan utama mengapa manusia ada di bumi ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H