Salah satu peran ulama yang patut diketahui adalah posisinya sebagai kelompok terpelajar yang membawa pencerahan kepada masyarakat sekitarnya. Berbagai lembaga pendidikan telah di lahirkan oleh mereka baik dalam bentuk sekolah maupun pondok pesantren. Semua itu adalah lembaga yang ikut mengantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan berpendidikan. Mereka telah berperan dalam memajukan ilmu pengetahuan, khususnya pendidikan Islam lewat karya-karya yang telah ditulis atau melalui jalur dakwah.
Wahid Hasyim adalah salah satu pahlawan yang lahir dan besar di pesantren, ia telah menorehkan jasa besar bagi kemajuan pendidikan Islam Indonesia. Gagasan-gagasan yang cemerlang muncul sebagai kepedulian Wahid Hasyim terhadap kemajuan umat Islam Indonesia. Hal ini sangat menarik untuk dikaji karena dia adalah sosok tangguh yang pantang menyerah dalam perjuangan memajukan bangsa. Dalam tulisan ini akan dikaji bagaimana pemikiran pendidikan Wahid Hasyim dan relevansinya dengan pendidikan di masa modern.
Wahid Hasyim adalah anak kelima dari pasangan KH Hasyim Asy’ari dan Nyai Nafiqah, Ia merupakan anak laki-laki pertama dari 10 bersaudara, dilahirkan pada hari Jum’at 1 juni 1914 di Tebuireng, Jombang. Nama asli beliau adalah Abdul Wahid, tapi ketika menginjak dewasa Ia lebih suka menulis namanya dengan A. Wahid dan ditambah nama ayahnya dibelakangnya, sehingga menjadi A. Wahid Hasyim.
Peran Penting KH. Abdul Wahid Hasyim dalam Membangun Indonesia Pasca-Kemerdekaan
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia dihadapkan pada tantangan besar untuk membangun negara baru. Banyak tokoh yang memiliki kontribusi besar dalam memperkuat pondasi bangsa, salah satunya adalah KH. Abdul Wahid Hasyim. Sebagai Menteri Agama pertama Indonesia dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU), peran KH. Wahid Hasyim sangat vital dalam membentuk kebijakan yang memperkuat persatuan, pendidikan, dan kehidupan beragama di Indonesia yang baru merdeka. Pemikiran progresif dan sikap moderatnya menjadi landasan penting dalam menjembatani perbedaan di masyarakat yang beragam serta memajukan pendidikan Islam.
Membangun Kehidupan Beragama yang Toleran dan Inklusif.
Sebagai Menteri Agama pertama, KH. Wahid Hasyim menyadari bahwa Indonesia terdiri dari berbagai agama dan kepercayaan yang harus hidup berdampingan secara damai. Salah satu langkah yang diambilnya adalah memperkenalkan kebijakan-kebijakan yang mendukung toleransi antar umat beragama, agar tercipta persatuan yang kuat di tengah keberagaman. Wahid Hasyim melihat bahwa agama memiliki peran penting dalam pembentukan karakter bangsa, dan oleh karena itu, ia mendorong agar pendidikan agama dimasukkan dalam sistem pendidikan nasional. Namun, ia juga menekankan pentingnya sikap saling menghormati di antara umat beragama, sehingga tidak ada satu agama pun yang merasa diabaikan atau dirugikan.
Salah satu kebijakan pentingnya adalah menetapkan pendidikan agama sebagai bagian dari kurikulum di sekolah-sekolah negeri. Langkah ini tidak hanya untuk mendukung penguatan nilai-nilai keagamaan di kalangan generasi muda, tetapi juga sebagai upaya untuk menciptakan generasi yang memiliki akhlak yang baik dan cinta terhadap tanah air. Ia percaya bahwa pendidikan agama yang moderat dapat menjadi landasan yang kuat dalam membentuk masyarakat yang harmonis dan saling menghormati di tengah perbedaan.
Pembaruan Pendidikan Islam.
Di masa pasca-kemerdekaan, pendidikan Islam di Indonesia umumnya masih tradisional dan berfokus pada kajian-kajian agama semata. KH. Wahid Hasyim melihat bahwa sistem pendidikan Islam perlu diperbarui agar sesuai dengan tuntutan zaman dan dapat bersaing dengan pendidikan modern. Sebagai seorang pemikir yang progresif, ia memperjuangkan pembaruan dalam kurikulum di pesantren dan madrasah dengan menambahkan mata pelajaran umum seperti matematika, ilmu pengetahuan, bahasa Indonesia, dan sejarah. Dengan demikian, para santri tidak hanya mendalami ilmu agama, tetapi juga memperoleh pengetahuan yang diperlukan untuk berkontribusi dalam pembangunan negara.
KH. Wahid Hasyim juga mendorong madrasah dan pesantren untuk mengadopsi sistem pendidikan formal yang lebih terstruktur, sehingga lulusan dari pesantren memiliki kesempatan yang sama untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Upayanya ini merupakan langkah besar dalam mengintegrasikan pendidikan agama dan pendidikan umum, serta dalam membentuk generasi muda yang religius sekaligus memiliki wawasan luas. Reformasi ini juga membuka pintu bagi perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik, sesuatu yang pada masa itu masih terbatas.
Memperkuat Hubungan antara Agama dan Nasionalisme.
KH. Wahid Hasyim adalah seorang tokoh yang percaya bahwa Islam dan nasionalisme tidak perlu dipertentangkan. Bagi Wahid Hasyim, kecintaan terhadap agama dapat berjalan seiring dengan kecintaan terhadap bangsa. Ia melihat bahwa agama bisa menjadi salah satu fondasi kuat untuk membangun rasa cinta tanah air dan menjaga keutuhan bangsa. Selama menjabat sebagai Menteri Agama, ia berusaha menyatukan pandangan masyarakat bahwa berjuang untuk agama juga berarti berjuang untuk kebaikan bangsa.
Dalam konteks negara yang baru merdeka, ia mengajak umat Islam untuk turut aktif dalam membangun negara dan melibatkan diri dalam kehidupan politik. KH. Wahid Hasyim juga berperan dalam menjaga hubungan baik antara umat Islam dan pemerintah, sehingga tercipta stabilitas politik yang sangat diperlukan dalam pembangunan bangsa. Ia selalu mengingatkan bahwa keberhasilan negara Indonesia yang baru merdeka sangat bergantung pada kerjasama dan persatuan seluruh elemen masyarakat, termasuk antara kelompok agama dan pemerintah.
Menjaga Keutuhan dan Persatuan Bangsa
Selain perannya di bidang pendidikan dan agama, KH. Wahid Hasyim juga berperan penting dalam memperkokoh persatuan bangsa. Pada masa-masa awal kemerdekaan, Indonesia menghadapi berbagai ancaman dari dalam dan luar negeri yang dapat memecah belah persatuan bangsa. Wahid Hasyim dengan tegas mendukung Pancasila sebagai dasar negara dan membangun dukungan umat Islam terhadap Pancasila. Baginya, Pancasila adalah sebuah konsensus nasional yang dapat menyatukan semua golongan di Indonesia.
Sebagai Menteri Agama, KH. Wahid Hasyim memperjuangkan kebijakan yang mengakui perbedaan namun tetap menghormati nilai-nilai keagamaan yang dianut oleh berbagai kelompok. Ia berusaha menjaga agar setiap kelompok merasa dihargai, sehingga tidak ada kelompok yang merasa terpinggirkan. Kebijakan inklusif yang ia terapkan turut membantu menciptakan iklim yang kondusif bagi dialog antar umat beragama, serta meminimalisir gesekan yang dapat mengganggu stabilitas nasional.
Warisan KH. Abdul Wahid Hasyim bagi Indonesia Pasca-Kemerdekaan
Warisan KH. Wahid Hasyim yang paling nyata adalah pendidikan Islam yang lebih modern dan sistem kehidupan beragama yang inklusif. Gagasannya tentang pentingnya pendidikan agama dalam kurikulum sekolah negeri diterapkan hingga saat ini, menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki fondasi moral yang kuat. Sistem pendidikan di madrasah dan pesantren juga telah berkembang sesuai visi pembaharuannya, dengan lulusan yang mampu bersaing di dunia kerja maupun dalam pendidikan tinggi.
Selain itu, pandangannya yang moderat dan menghargai keberagaman menjadi pedoman penting bagi kehidupan beragama di Indonesia. Di tengah kemajemukan Indonesia, pendekatan KH. Wahid Hasyim yang inklusif dan toleran tetap relevan dalam menjaga keutuhan bangsa. Sikapnya yang menjunjung tinggi persatuan dan Pancasila sebagai dasar negara juga menjadi landasan kuat bagi kerukunan antar umat beragama di Indonesia.
KH. Wahid Hasyim telah meninggalkan warisan berharga berupa nilai-nilai yang mengedepankan pendidikan, persatuan, dan toleransi. Di tengah-tengah kompleksitas Indonesia yang majemuk, prinsip-prinsip yang ia tanamkan masih menjadi pijakan penting dalam membangun bangsa. Warisan ini tidak hanya berdampak pada era pasca-kemerdekaan, tetapi juga menginspirasi generasi berikutnya untuk melanjutkan perjuangannya dalam membangun Indonesia yang damai, maju, dan beradab.