Mohon tunggu...
Husada
Husada Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilpol UPNVJ

Insya Allah aman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Perempuan hingga Perkembangan Feminisme di Indonesia

19 April 2021   08:49 Diperbarui: 19 April 2021   08:52 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Kesetaraan gender di Indonesia sendiri sudah diperjuangkan sejak zaman dahulu. Tokoh -- tokoh seperti RA Kartini, Cut Nyak Dien, Cut Meutia sudah banyak berkontribusi untuk Indonesia pada zaman kolonialisme. Mereka membuktikan bahwa perempuan pun bisa memperjuangkan kemerdekaan. Dibentuk pula Kongres Wanita Indonesia yang bertujuan untuk menyuarakan aspirasi seperti meminta upah yang sama antar gender, perbaikan hukum pernikahan hingga esensi pendidikan untuk perempuan agar sama seperti pria. Pada masa Orde Lama ada organisasi yang dinamakan GERWANI (Gerakan Wanita Indonesia). Basis organisasi ini adalah Partai Komunis Indonesia dan anggotanya terdiri dari kalangan menengah hingga bawah ataupun buruh.

            Sedangkan pada masa Orde Baru dimana organisasi yang berhubungan dengan PKI dihilangkan termasuk GERWANI ini dihilangkan, muncul beberapa Gerakan yang mewakili kaum perempuan. Organisasi ini semacam PKK yang berhubungan dengan partai Golkar. Orientasi organisasi ini terkesan sangat politis seperti misalnya berhubungan dengan pemenangan Golkar, alat pengawas agar tidak ada golongan masyarakat yang menentang rezim, menetang kecenderungan laki-laki melecehkan perempuan,  mendukung segala bentuk birokrasi militer. Pada masa Orde Baru hanya ada beberapa organisasi wanita yang boleh bergerak di daerah pedesaan, yaitu PKK dan Aisyiah. Pada masa reformasi, organisasi -- organisasi yang berkaitan ataupun yang mewakili perempuan mulai banyak bermunculan karena kebebasan berpendapat di masa ini jauh lebih baik dari masa Orde Baru yang mana mendapat tekanan jika dirasa merugikan rezim. Agenda mereka bahkan berkembang bukan hanya memperjuangkan hak -- hak perempuan seperti kaum buruh perempuan, tetapi juga memperjuangkan hak kaum marjinal. Mulai juga berkembang politisi -- politisi perempuan dalam dunia politik di Indonesia.

            Di era modern, budaya maskulinitas dan feminitas mengakibatkan diskriminasi di ruang public dan privat terhadap perempuan. Maskulinitas merupakan sifat kelaki-lakian sebagai pencari nafkah, sedangkan feminitas adalah sifat keperempuanan sebagai pelayan rumah tangga dan pengurus anak. Latar belakang itulah yang mengakibatkan munculnya gagasan feminisme. Feminisme muncul sebagai filsafat, teori, sekaligus gerakan yang menuntut persamaan, keadilan dan emansipasi hak terhadap laki-laki. Gerakan tersebut lahir secara bertahap merespon berbagai isu sesuai dengan tuntutan pada zamannya.

              Feminist adalah seseorang yang secara aktif mendukung prinsip bahwa setiap orang berhak atas persamaan hak dan kesempatan tanpa memandang jenis kelamin atau gender. Idealnya, tujuan feminisme sebagai gerakan politik adalah membuat perempuan dan laki-laki lebih setara. Feminisme biasanya memperjuangkan ketidaksetaraan gender. Ketidaksetaraan gender, berdasarkan penulis  mengacu pada struktur hierarki yang menempatkan salah satu gender pada posisi yang lebih tinggi atau lebih berkuasa daripada gender lainnya. Penulis berpendapat bahwa biasanya perempuan yang lebih dirugikan dibandingkan dengan laki-laki dalam beberapa kasus walaupun terkadang ada juga kasus sebaliknya.

             Feminisme saat ini dikategorikan menurut teori ketidaksetaraan gender mereka, apa yang mereka anggap sebagai alasan utama perempuan memiliki status sosial yang lebih rendah dan keuntungan yang lebih sedikit bila dibandingkan laki-laki dengan latar belakang yang sama. Teori tersebut juga diikuti oleh pendekatan politik-feminime. Beberapa dari mereka adalah feminisme reformasi gender, feminisme perlawanan gender, dan feminisme pemberontakan gender. Secara singkat, feminisme reformasi gender berjuang untuk menyamakan status perempuan dan laki-laki dalam struktur tatanan sosial gender yang ada; misalnya, mereka ingin melihat lebih banyak wanita sebagai presiden perusahaan besar. Feminisme perlawanan gender berjuang melawan penindasan dan eksploitasi perempuan dalam tatanan sosial, terutama dalam seksualitas, kekerasan, dan representasi budaya. Feminisme pemberontakan gender menantang struktur tatanan sosial gender dengan mempertanyakan dasar dari sistematika pembagian kedua gender.

            Dalam beberapa waktu, feminisme dari masing -- masing gelombang memberikan kontribusinya. Hingga saat ini politik feminisme banyak diminati karena banyak yang merasa bahwa kesetaraan gender sangat penting. Agenda politik utama mereka adalah menginginkan tatanan sosial dimana gender tidak mengistimewakan laki - laki saja. Dalam setiap gerakan social, tentunya selalu ada perdebatan dan kontroversi yang terjadi, feminisme juga bukan pengecualian. 

            Pada masa kini, Gerakan - gerakan perempuan yang beridentitas feminisme telah berkembang. Agenda mereka juga tidak jauh -- jauh dari organisasi -- organisasi yang menyangkut perempuan seperti sebelumnya. Walau begitu, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang menentang paham ini dikarenakan latar belakang kebudayaan lokal yang masih menjunjung tinggi patriarki. Bahkan beberapa golongan menyebut feminisme sebagai paham yang menyesatkan. Paham ini sejajar dengan paham -- paham lainnya yang dianggap tidak baik seperti liberalisme, komunisme, dsb. Beberapa golongan Islam yang cukup konservatif juga menentang adanya feminisme ini. Beberapa contoh argument yang biasa diperdebatkan adalah dalam hal berpakaian. Feminisme menganggap bahwa wanita bebas berpakaian sesuai keinginan dan menganggap bahwa pelecehan seksual bukan disebabkan oleh cara berpakaian perempuan sedangkan pihak yang menentang berpendapat sebaliknya. Feminisme juga menentang praktik poligami dimana Islam masih menerapkan praktik tersebut. Hal lainnya yang ditentang dari feminisme adalah paham ini sering berkaitan dengan LGBT. Feminisme berjuang untuk menyetarakan gender, termasuk gender yang berorientasi non heteroseksual. LGBT sendiri ditentang di beberapa agama di Indonesia, termasuk Islam.

            Beberapa waktu lalu, feminisme di Indonesia ikut serta dalam Gerakan menentang Omnibus Law. Mereka menganggap bahwa banyak kebijakan yang dirasa tidak menguntungkan dan justru merugikan kaum perempuan dalam bekerja. Ada beberapa hal yang telah dibahas oleh organisasi Solidaritas Perempuan mengenai Omnibus Law RUU Cipta Kerja salah satunya memperburuk perlindungan hak perempuan buruh dengan tidak adanya cuti karena haid atau keguguran, hanya dijelaskan mengenai cuti tahunan dan cuti lainnya. Di satu sisi mulai maraknya feminist yang sering speak up mengenai masalah sosial, di sisi lain juga ada Sebagian orang yang hanya menggunakan paham feminisme sebagai ajang unjuk gigi agar terlihat keren dan berbeda di masyarakat. Paham feminisme baru semakin hilang identitas feminismenya jauh dari agenda feminisme yang sesungguhnya.

            Istilah feminazi saat ini sedang popular menjadi kata ejekan terhadap Sebagian orang yang memaparkan argumennya di media sosial dengan embel -- embel feminisme, dengan catatan argumennya terkesan tidak masuk akal dan mengada -- ada. Terkadang argument mereka mengutamakan ego bahwa seolah -- olah kedudukan perempuan harus di atas pria dan menyalahkan pria dan secara tidak langsung menjatuhkan citra sesama perempuan. Orientasi feminazi ialah supremasi perempuan dan mengekang kebebasan pria bahkan hal kecil yang dianggap tidak sesuai dengan mereka akan dianggap mendukung patriarki.  Ejekan feminazi ini bahkan banyak dijadikan meme oleh beberapa orang di media sosial.

            Jika ejekan feminazi tidak hilang, saya rasa feminisme akan selalu dipandang buruk. Apalagi masyarakat awam khususnya masyarakat Indonesia cenderung tidak memperbanyak literasi melainkan hanya berdasarkan berita instan bahkan meme pun dijadikan sumber referensi faktual. Di sisi lain juga seharusnya perempuan yang ingin terlibat dengan feminisme ini harus memperbanyak literasinya mengenai feminisme agar tidak segala yang berdasarkan ego tidak sesuai dengan pemikiran mereka mengenai gender ini akan dianggap tidak etis dan malah playing victim.

Sumber Pustaka :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun