Mencicipi Semangkuk Apam Hasil Karya Siswa
Bulan Rajab adalah bulan ketujuh dalam hitungan kalender Hijriah. Sementara dalam almanak Aceh, bulan Rajab dikenal dengan sebutan beuleun Apam. Beuleun bermakna bulan, sedangkan apam adalah sejenis kudapan yang serupa dengan serabi.
Mengapa dinamakan beuleun apam? Karena pada bulan Rajab ini ada sebuah tradisi yang tidak pernah dilewatkan oleh masyarakat Aceh, yaitu tradisi khanduri apam.
Kegiatan khanduri apam ini memang lazim dilakukan secara bersama-sama oleh kaum ibu. Selain untuk menyemarakkan suasana, diharapkan juga dengan khanduri apam ini, akan timbul rasa kekeluargaan yang lebih erat lagi.
Ini pula yang terjadi di salah satu Kabupaten yang ada di Aceh, yaitu Kabupaten Pidie. Menindak lanjuti surat edaran dari Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie. Maka, acara khanduri apam ini pun dilakukan secara serentak, pada hari Selasa tanggal 23 Februari 2021, di semua jenjang pendidikan yang ada dalam Kabupaten tersebut.
Penyelenggaraan acara tersebut dimaksudkan untuk memperkenalkan khazanah budaya bagi generasi muda, yang kini dirasakan mulai tergerus oleh budaya yang datang dari luar.
"Harapan yg ingin dicapai adalah mengenang kembali adat budaya leluhur, sehingga anak didik tidak lupa akan warisan endatu," begitu ungkap Fahmil Basyar, S.Pd selaku kepala sekolah di SDN Cot Kuthang, Pidie.
Tentunya sebuah harapan yang tidak muluk-muluk. Mengingat, betapa anak jaman sekarang terlalu mudah terpengaruh dengan budaya yang baru masuk, dan melupakan budaya negeri sendiri.
Pada kegiatan tot apam tersebut, anak-anak diajak ikut serta untuk menyiapkan kebutuhan yang akan digunakan, dan mencatat segala proses pembuatan dari awal hingga hidangan siap disajikan. Dengan tujuan, apabila nantinya mereka sudah besar dan mandiri melakukan sendiri, mereka akan mudah memutar kembali memory yang pernah mereka lakukan saat di bangku sekolah.
Dan, raut wajah anak-anak tampak semringah selama proses kegiatan tersebut berlangsung.
Penasaran dengan proses penyajian apam tersebut?
Hal yang pertama harus disiapkan adalah tepung beras. Kemudian tepung beras diberi garam dan dicampur santan. Setelah adonan apamnya jadi, maka siapkan kuali dari tanah liat. Kemudian siap dibakar di atas tungku. Pada zaman dahulu, apam dibakar hanya dengan menggunakan on ue, yaitu daun kelapa kering. Konon katanya, rasanya akan berbeda dengan dibakar menggunakan kompor biasa.
Apam ini, selain disajikan dengan kuah, ada juga yang menyantapnya dengan kelapa parut. Saat adonan apam baru masak, masih dengan asap yang mengepul, maka ditambahlah taburan kelapa di atasnya, membuat semua warga Aceh rindu menyantap makanan yang hadirnya setahun sekali ini.
Bahkan, baru-baru ini warga Aceh yang bermukim di Negeri Kangguru pun, juga melaksanakan kegiatan tot apam ini secara beramai-ramai. Tidak salah lagi memang jika makanan ini sangat dinantikan kehadirannya di beuleun apam.
Bagaimana tertarik mencoba penganan ini, silakan berkunjung ke Aceh.
With Love
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H