ABSTRAK
Ujaran kebencian di media sosial adalah komentar yang mengandung penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan, provokasi, dan upaya menghasut. Ujaran kebencian dapat berdampak negatif pada moral bangsa, dan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti polemik, kegaduhan, dan kekerasan.Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk ujaran kebencian dalam bahasa dimedia sosial, mendeskripsikan makna konseptual ujaran lebencian dalam bahasa di media sosial, dan untuk mendeskripsikan makna kontekstual ujaran kebencian dalam bahasa di media sosial.Teknik pengumpulan datanya adalah kuantitatif dengan pengumpulan data dengan cara menyebar kuesioner yang dibagikan melalui media elektronik yaitu gform.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak ujaran kebencian di media sosial terhadap kesehatan mental mahasiswa. Media sosial, yang pada awalnya dirancang sebagai platform untuk komunikasi dan interaksi, sering kali menjadi sarana penyebaran ujaran kebencian yang dapat memengaruhi kondisi psikologis penggunanya. Dalam konteks mahasiswa, paparan konten negatif seperti ujaran kebencian dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental, termasuk stres, kecemasan, depresi, hingga rasa rendah diri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif melalui survei dan wawancara terhadap mahasiswa di berbagai universitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 72% responden merasa terpengaruh secara emosional setelah menerima atau menyaksikan ujaran kebencian di media sosial. Faktor-faktor seperti durasi penggunaan media sosial, tingkat keterlibatan dalam diskusi daring, serta mekanisme dukungan sosial turut memengaruhi tingkat dampaknya. Kesimpulan penelitian ini menekankan pentingnya edukasi literasi digital, penguatan kebijakan anti-ujaran kebencian, serta pengembangan sistem pendukung psikologis bagi mahasiswa untuk memitigasi dampak negatif ini.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Â
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa dampak signifikan terhadap kehidupan sosial masyarakat, termasuk cara individu berinteraksi melalui media sosial. Media sosial seperti Instagram, Twitter, TikTok, dan WhatsApp kini menjadi platform utama dalam berbagi informasi, mengekspresikan pendapat, serta menjalin komunikasi. Namun, kemajuan ini juga menghadirkan tantangan baru, salah satunya adalah maraknya ujaran kebencian.
Ujaran kebencian di media sosial tidak hanya mengganggu kenyamanan pengguna, tetapi juga berpotensi merusak hubungan sosial, memicu konflik, dan memberikan dampak psikologis pada individu. Berdasarkan hasil kuesioner yang kami buat, para responden atau pengguna media sosial mengaku sering menemukan ujaran kebencian, dengan beberapa di antaranya pernah menjadi korban langsung. Kondisi ini menunjukkan urgensi untuk memahami faktor pemicu, dampak, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk meminimalisasi fenomena ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi persepsi masyarakat, khususnya generasi muda, mengenai ujaran kebencian di media sosial.
1.2 Rumusan Masalah Â
1. Seberapa sering ujaran kebencian ditemukan di media sosial? Â
2. Apa dampak psikologis dan sosial yang ditimbulkan oleh ujaran kebencian? Â
1.3 Tujuan Penelitian Â
1. Mengidentifikasi frekuensi dan pola kemunculan ujaran kebencian di media sosial.
2. Mengetahui dampak ujaran kebencian terhadap kesejahteraan emosional dan produktivitas individu. Â
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur mengenai fenomena ujaran kebencian di media sosial, termasuk faktor pemicu, dampaknya, serta langkah mitigasinya, sehingga dapat menjadi referensi bagi penelitian lanjutan.
2. Manfaat Edukatif
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan literasi digital masyarakat, khususnya generasi muda, tentang bahaya ujaran kebencian di media sosial. Hasil penelitian juga dapat digunakan untuk mendorong kesadaran publik dalam menjaga etika berkomunikasi di dunia maya serta menginspirasi tindakan preventif terhadap penyebaran ujaran kebencian.
PEMBAHASAN
1.Frekuensi Ujaran Kebencian
• Tingkat Penemuan
Hasil kuesioner menunjukkan bahwa mayoritas responden sering menemukan ujaran kebencian di berbagai platform media sosial seperti Instagram, Twitter, dan TikTok. Responden melaporkan bahwa mereka terpapar pada konten negatif ini dalam frekuensi yang tinggi, baik sebagai penonton maupun sebagai korban langsung.
• Polarisasi Konten
Ujaran kebencian sering muncul dalam konteks diskusi yang kontroversial, seperti politik, ras, dan identitas. Konten yang bersifat provokatif ini cenderung menarik perhatian pengguna, sehingga semakin memperbesar kemungkinan terjadinya interaksi negatif.
• Normalisasi Perilaku Negatif
Dengan frekuensi kemunculan yang tinggi, ada risiko normalisasi perilaku negatif di kalangan pengguna, di mana ujaran kebencian dianggap sebagai hal yang biasa dan dapat diterima dalam interaksi online.
2. Dampak Ujaran Kebencian
• Dampak Psikologis
Penelitian menunjukkan bahwa 72% responden merasa terpengaruh secara emosional setelah menerima atau menyaksikan ujaran kebencian. Dampak ini mencakup:
o Stres: Responden mengalami tekanan mental yang dapat mempengaruhi keseharian mereka.
o Kecemasan: Paparan terhadap konten negatif dapat meningkatkan perasaan cemas dan khawatir.
o Depresi: Beberapa responden melaporkan gejala depresi sebagai akibat dari pengalaman negatif ini.
o Rasa Rendah Diri: Ujaran kebencian dapat merusak rasa percaya diri individu, terutama di kalangan mahasiswa yang sedang membangun identitas diri.
• Dampak Sosial
Ujaran kebencian tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga dapat merusak hubungan sosial. Beberapa dampak sosial yang diidentifikasi adalah:
o Isolasi Sosial : Pengguna yang terpapar ujaran kebencian mungkin merasa terasing dan enggan untuk berinteraksi dengan orang lain, yang dapat mengurangi partisipasi dalam komunitas.
o Konflik : Ujaran kebencian sering memicu konflik di antara pengguna, baik secara langsung maupun dalam diskusi online, yang dapat memperburuk suasana di platform sosial.
• Dampak pada Kesejahteraan
Paparan terhadap ujaran kebencian berdampak pada kesejahteraan emosional dan produktivitas individu. Banyak responden melaporkan bahwa mereka merasa kurang produktif dalam aktivitas akademik atau pekerjaan akibat pengaruh negatif dari ujaran kebencian.
PENUTUP
Ujaran kebencian di media sosial merupakan isu yang semakin mendesak dan kompleks, terutama di kalangan generasi muda yang aktif menggunakan platform digital. Penelitian ini mengungkapkan bahwa frekuensi kemunculan ujaran kebencian yang tinggi berpotensi menimbulkan dampak psikologis dan sosial yang signifikan, seperti stres, kecemasan, dan bahkan depresi. Selain itu, interaksi negatif ini dapat merusak hubungan sosial dan mengurangi partisipasi individu dalam komunitas.
Dengan mempertimbangkan hasil penelitian ini, penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya ujaran kebencian. Langkah-langkah mitigasi yang efektif perlu diterapkan, termasuk edukasi literasi digital, penguatan kebijakan anti-ujaran kebencian, dan pengembangan sistem dukungan psikologis bagi pengguna media sosial.
Melalui upaya kolektif ini, diharapkan kita dapat menciptakan lingkungan media sosial yang lebih aman dan mendukung, di mana komunikasi yang konstruktif dapat berkembang dan dampak negatif dari ujaran kebencian dapat diminimalisir. Dengan demikian, kita tidak hanya melindungi kesehatan mental individu, tetapi juga memperkuat moral dan integritas sosial bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H