Mohon tunggu...
Humas UMKT
Humas UMKT Mohon Tunggu... Dosen - Humas

UMKT Merupakan Perguruan Tinggi Swasta No 1 di Kaltim-Kaltara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Berkarakter Atasi Bullying?

7 November 2023   09:10 Diperbarui: 7 November 2023   09:19 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Khusnul Khatimah, S.Pd., M.Pd (Ketua Prodi Pend. B. Inggris UMKT) - Dok. pribadi

            Oleh: Khusnul Khatimah, S.Pd., M.Pd (Ketua Prodi Pend. B. Inggris UMKT)

            Kasus bullying di dunia pendidikan masih terus bermunculan. Bahkan kasus-kasus yang belakangan terjadi lebih mengarah pada penganiayaan yang menyebabkan korban mengalami kerusakan fisik. Mengutip dari Unicef Indonesia, bullying merupakan pola perilaku bukan insiden yang terjadi sesekali. Hal ini menunjukkan bahwa bullying tumbuh menjadi suatu kebiasaan atau hal yang lumrah dilakukan bagi pelaku. Berdasarkan beberapa kasus yang ramai diberitakan, kasus bullying memiliki pola yang sama yaitu adanya posisi kekuasaan yang timpang dari pelaku dan korban. Hal ini semakin miris karena kasus-kasus bullying terjadi di dunia pendidikan. Pendidikan yang seharusnya menjadi tempat untuk menimba ilmu dan membentuk moral anak justru menjadi tempat yang mencekam.

            Maraknya kasus bullying sudah seharusnya ditanggapi serius oleh seluruh elemen pendidikan di Indonesia. Mulai dari penyebab, penanganan maupun pencegahan atau early warning system perlu diwujudkan dalam agenda yang formal. Bukan tanpa alasan, cerminan pendidikan yang bermoral akan terwujud dari perilaku anak didik dan tenaga pendidiknya. Selain itu, peran keluarga dan masyarakat atau sosial juga harus sejalan dengan upaya pencegahan bullying yang ada di tingkat pendidikan.

  • Munculnya Bullying, Tanggung Jawab Siapa?

           Ketika kita berbicara mengenai kasus-kasus bullying, maka ini seperti fenomena gunung es. Kasus-kasus yang terungkap di permukaan masih sebagian kecil dari permasalahan yang dialami anak-anak di Indonesia. Pembahasan mengenai bullying sudah banyak dikemukakan berbagai pihak, namun sampai saat ini kasus bullying masih terus terjadi. Banyak riset dan pendapat mengenai penyebab bullying.  

            Ketimpangan antara korban dan pelaku menjadi penyebab yang sering terjadi. Korban sering digambarkan sebagai pihak yang lemah, dan sebaliknya pelaku adalah pihak yang lebih kuat atau berkuasa. Selain itu, lingkungan sosial juga berpengaruh terhadap terjadinya bullying. Lebih miris lagi, kasus-kasus bullying terjadi di lingkungan pendidikan. Hal ini menunjukkan usia anak lebih rentan tindakan bullying.

            Selanjutnya muncul pertanyaan, siapa yang harus bertanggungjawab atas tindakan bullying yang marak terjadi. Maka jawabannya adalah semua pihak, mulai dari keluarga, masyarakat dan sekolah. Keluarga menjadi pintu pertama untuk membentuk karakter anak, mengajarkan nilai-nilai moral pada anak dan mengarahkan anak pada kegiatan-kegiatan yang positif. Keluarga juga harus menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk anak menyampaikan keluh kesahnya. Beberapa kasus bullying yang terjadi, anak takut menceritakan perundungan yang dialami sejak awal mulai terjadi.

 Lingkungan masyarakat juga berperan penting untuk menumbuhkan kehidupan sosial anak. Usia anak memiliki sikap meniru yang lebih tinggi, sehingga apa yang mereka lihat dan dengar akan menjadi patokan yang mereka ingin lakukan. Untuk itu, lingkungan sosial masyarakat harus mulai diperhatikan dengan serius. Menciptakan lingkungan yang suportif dan ramah anak menjadi salah satu kontribusi yang dapat kita lakukan.

          Terakhir yaitu lingkungan sekolah atau pendidikan. Pendidikan memiliki peran penting untuk mencegah dan menangani bullying. Apalagi kasus bullying sebagian besar terjadi di lingkungan sekolah. Sekolah memiliki tanggung jawab membentuk karakter anak setelah pintu pertama yaitu keluarga. Mulai dari kebijakan serta program-program pencegahan dan penanganan tindak bullying di lingkungan pendidikan harus diterapkan dengan tegas.

  • Pendidikan Berkarakter

            Salah satu yang mungkin saja dapat menjadi solusi yaitu dengan menggalakkan pendidikan berkarakter pada semua tingkatan pendidikan baik mulai dari pendidikan anak usia dini hingga tingkat pendidikan tinggi. Hal ini tentu bukan tanpa dasar, sesuai amanat UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada Pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.  

            Pentingnya pendidikan yang berkarakter saat ini dikarenakan perkembangan globalisasi yang makin maju berbanding lurus dengan berubahnya pola pikir anak. Pada satu sisi dapat berdampak positif, namun pada sisi lain dapat berdampak buruk atau negatif.

            Perkembangan pola pikir anak tersebut membentuk kebiasaan yang dapat mengarah pada tindakan bullying sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Pendidikan karakter mensinkronkan pendidikan bukan hanya di sekolah, namun juga di rumah atau keluarga dan lingkungan masyarakat serta mengikutsertakan peran individu di luar sekolah atau pendidikan formal untuk membentuk karakter anak. Pendidikan karakter diharapkan mampu membentuk pola kebiasaan yang baik bagi tiap individu.

            Pendidikan berkarakter ini harus diwujudkan dalam kebijakan dan program-program pendidikan yang jelas dan terukur, sehingga akan tercipta sistem pendidikan yang berkarakter dan membentuk individu anak yang lebih baik. Hal ini bisa diwujudkan dalam kurikulum pendidikan, serta mengkolaboriskan pengetahuan, kesadaran dan kemauan. Salah satu karakter yang dapat diterapkan bagi anak yaitu membentuk karakter individu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungannya. Sehingga tidak ada rasa ingin menyakiti orang lain.

            Dalam mencegah dan mengatasi bullying kita harus menyadari bahwa kita semua dapat memberikan kontribusi untuk mencegah terjadinya bullying. Hal ini dimulai dari ruang paling intim yaitu keluarga, yang kemudian ditindaklanjuti dengan penguatan pembentukan pendidikan karakter di sekolah dan diikuti dengan lingkungan sosial yang ramah dan nyaman untuk anak.

            Pentingnya rasa "empati" juga penting kita tanamkan pada anak mulai dari usia dini. Munculnya rasa empati dapat menciptakan rasa saling menghargai antarsesama dan rasa saling mengasihi. Selain itu, baik keluarga, sekolah dan masyarakat harus menjadi sistem pendukung untuk mencegah dan menangani bullying.

            Pemerintah juga berkomitmen mencegah dan menangani tindak bullying di lingkungan sekolah mengeluarkan kebijakan yaitu Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan.  Hal ini diharapkan mampu menciptakan generasi  penerus bangsa yang bebas dari tindak bullying dan memiliki karakter kuat, saling menyayangi dan mengasihi antar sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun