Mohon tunggu...
Christian Jati
Christian Jati Mohon Tunggu... Jurnalis - Humas Yayasan Tarakanita Surabaya

Humas Yayasan Tarakanita Surabaya | FB: Yayasan Tarakanita Wilayah Surabaya | Youtube: Humas Tarakanita Surabaya | Email: humastarakanitasby21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pembuatan Pestisida Alami, Pupuk Padat, dan Pupuk Cair

11 Februari 2021   13:43 Diperbarui: 11 Februari 2021   14:08 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pestisida Organik dari Tomat (Screenshot Zoom/dokumen pribadi)

"Mengapa saya memilih kompos karena kompos ramah lingkungan," serunya.

Markus Widiatmoko menjelaskan Pupuk Kompos Organik dari Sampah Daun (Screenshot Zoom/dokumen pribadi)
Markus Widiatmoko menjelaskan Pupuk Kompos Organik dari Sampah Daun (Screenshot Zoom/dokumen pribadi)
Widi menjelaskan, pupuk kompos merupakan jenis pupuk yang dibuat dengan cara mendaur ulang sampah. Misalnya sampah makanan, dedaunan, atau sampah organik lainnya. Saat dibuang, sampah organik menghasilkan gas metana yang berpotensi menjadi gas rumah kaca. Hal ini dapat dihindari dengan mengolahnya menjadi pupuk kompos.

Menurut PP yang sudah sering menjadi nara sumber di Jakarta ini, pupuk kompos berguna untuk menambah zat organik dalam tanah sehingga tanaman bisa tumbuh lebih subur. Selain itu, pupuk kompos juga mampu menyeimbangkan pH tanah, mengontrol suhu tanah, mengurangi erosi tanah, dan membantu tanaman menyerap nutrisi di sekitarnya dengan lebih maksimal, serta mampu merangsang pertumbuhan batang dan daun.

Hanya saja kekurangan dari pupuk kompos yaitu kandungan haranya relatif kecil, sehingga jumlah pupuk organik yang diberikan lebih banyak daripada pupuk anorganik. Karena lebih banyak itulah maka perlu bahan dan tenaga yang lebih dalam proses pembuatannya. Selain itu, reaksi tanaman tidak secepat pemberian pupuk buatan (anorganik).

"Apakah ada solusi untuk hewan pengerat/tikus? Sering kali terjadi tanaman yang diacak-acak oleh hewan ini," tanya Dedi dari SMP Tarakanita Citra Raya.

Wawan menjelaskan bahwa hewan pengerat susah dibunuh, tetapi bisa diusir dengan buah bintaro, mengkudu. Sementara Ruli (Koordinator KPKC Nasional) menambahkan Eco Enzyme juga bisa mengusir tikus.

Ada pula yang menanyakan cara menghilangkan bau menyengat dari pupuk cair. Menurut Widi, bisa jadi daun yang digunakan terkena hama. Widi biasa melihat dari pohonnya. Jika pohonnya sehat dan bersih dari hama, maka daunnya juga sehat.

Ruli juga menambahkan penyebab bau menyengat adalah ketidakseimbangan bahan. Komposisi daun kering dan daun basah harus seimbang. Daun terlalu lembab mengakibatkan bau dan banyak belatung. Maka harus diimbangi dengan daun kering. Sebaliknya bila terlalu kering, bukan bau yang muncul melainkan membuat kompos tidak jadi. Maka perlu ditambah daun basah.

"Mari kita hidupi nilai KPKC dengan tetap setia menerapkan di unit dan rumah kita. Syukur bisa bersharing di sekitar tempat tinggal bapak/ibu," ajak Ruli dalam kesimpulannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun