Riduan pun menjabarkan struktur proposal tersebut secara rinci hingga menjadi sebuah susunan proposal utuh, yakni mulai dari adanya cover hingga lampiran-lampiran.
Ada pula fitur-fitur kebahasaan yang perlu diperhatikan dalam menyusun proposal, antara lain: banyak menggunakan istilah ilmiah, banyak menggunakan kata kerja tindakan yang menyatakan langkah-langkah kegiatan, menggunakan kata-kata pendefinisian, dan lain-lain. Selain itu, proposal harus menggunakan ragam bahasa baku, baik itu dalam hal penggunaan kata-katanya maupun struktur kalimatnya. Hal ini terkait dengan tipe dari proposal itu sendiri yang termasuk jenis tulisan ilmiah.
"Proposal yang baik haruslah berkenaan dengan kepentingan umum dan dapat mengatasi suatu permasalahan," ujar Riduan di akhir materinya.
Banyak pertanyaan muncul dari para peserta didik kelas XI. Salah seorang siswa bernama Maxi menanyakan, "Apa saja sumber yang dapat dijadikan referensi dalam penulisan karya ilmiah? Karena yang biasanya saya pakai hanya sumber dari internet. Kira-kira adakah hal lain yang dapat dijadikan sebagai sumber dan referensi? Dan bagaimana cara kita yakin bahwa sumber tersebut dapat dijadikan sebagai acuan yang benar untuk penulisan proposal yang akan kita buat?"
Riduan menjelaskan bahwa karena namanya referensi, maka harus sesuai dengan topik. Sekarang di internet sudah banyak sumber yang jelas, seperti jurnal. Jurnal adalah karya ilmiah. Yang penting adalah sumber itu mendukung topik yang sedang kita angkat. Tidak disarankan menjadikan blog-blog sebagai sumber referensi karena blog-blog tersebut tidak teruji secara ilmiah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H