Mohon tunggu...
Christian Jati
Christian Jati Mohon Tunggu... Jurnalis - Humas Yayasan Tarakanita Surabaya

Humas Yayasan Tarakanita Surabaya | FB: Yayasan Tarakanita Wilayah Surabaya | Youtube: Humas Tarakanita Surabaya | Email: humastarakanitasby21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kakak Bercerita

17 Desember 2020   11:42 Diperbarui: 17 Desember 2020   11:50 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rafaela bertanya, "Siapa adik-adik yang ikut sekolah minggu?"

"Nah, Carlo juga yang pertama kali membentuk sekolah minggu. Mungkin tanpanya tidak ada sekolah minggu seperti sekarang ini."

"Saat ini kita menghadapi wabah penyakit korona. Mudah sekali menular dan menyakitkan. Apalagi belum ada obatnya. Cepat, cepat kita cuci tangan!," seru Rafaela sambil mengusap bonekanya dengan desinfektan.

"Sama dengan di zaman Carlo terjadi wabah penyakit PES yang mudah menular dan tidak ada obatnya. Orang-orang pergi dari kota Milan untuk menyelamatkan diri."

"Orang-orang miskin semakin menderita dan banyak yang meninggal. Anak-anak kecil jadi kehilangan orang tua. Carlo lalu membangun panti-panti asuhan dan menyumbangkan sebagian hartanya untuk orang miskin."

"Saat itu Carlo juga berkeliling membagikan komuni dan mendoakan orang-orang."

"Dalam segala kegiatannya itu, Carlo tidak lupa untuk menyempatkan diri ngobrol dengan Yesus yang disalib. Itu dilakukan supaya Carlo tidak sombong. Dan ingat semua itu karena belas kasihan Tuhan, bukan karena kehebatan Carlo sendiri."

"Sayangnya Carlo meninggal di usia yang masih muda, di usia 46 tahun. Ia meninggal sebagai martir cinta kasih. Dialah penerus cahaya yang tak akan sirna, tetap bersinar bagi gereja yang sangat ia cintai."

"Wahh!!! Santo Carolus hebat sekali!," seru Rafaela sambil menggerak-gerakkan bonekanya.

"Karena itu kita sebagai murid Santo Carolus harus berusaha meneladani beliau dengan cara rajin berdoa, rajin belajar, dan yang paling penting peduli pada sesama yang menderita."

"Tamat deh cerita kakak," kata Rafaela mengakhiri ceritanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun