Mohon tunggu...
Huma Sarah
Huma Sarah Mohon Tunggu... Mahasiswi -

Bukan seorang penulis namun ingin berbagi pengalaman lewat sebuah tulisan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Usaha Sepatu Kulit, Bisnis UMKM yang Dibangun oleh Sosok Pria yang Tidak Lulus SD

19 November 2018   00:52 Diperbarui: 19 November 2018   02:39 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bapak Ali Amran atau biasa dikenal dengan Pak Ali (64 tahun) adalah seorang pengrajin sepatu kulit yang berdomisili di Kota Medan, tepatnya di Jl. Jermal 7, kelurahan Denai, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan, Sumatera Utara. Beliau sudah puluhan tahun menekuni dunia kerajinan sepatu dan ini merupakan suatu pekerjaan yang dia geluti untuk menyambung hidup bersama istri dan anak-anaknya.

Bermula dari keberanian Pak Ali pada tahun 1971 dimana waktu itu beliau baru menginjak usia 17 tahun. Pak Ali memutuskan untuk merantau dari desa kecilnya di Sumatera Barat ke Kota Medan dengan harapan dapat memperbaiki perekonomian dimana pada masa itu hidup pak Ali di kampung halamannya sangatlah susah dan jauh dari kata berkecukupan.

Sesampainya di Medan, pak Ali tidak pernah melewatkan setiap kesempatan yang datang padanya, hal ini dikarenakan pendidikan pak Ali yang tidak mumpuni bahkan pendidikan di tingkat Sekolah Dasar (SD) sajapun beliau tidak lulus alias terpaksa putus sekolah dikarenakan tidak ada biaya sehingga mau tidak mau beliau bekerja apa saja sepanjang itu halal dan menghasilkan uang agar dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

 Suatu ketika beliau ditawarkan untuk bekerja membuat sepatu anak-anak dan sandal wanita. Pak Ali bahagia sekali atas tawaran yang diberikan kepadanya waktu itu. Tidak ada sedikitpun bakat yang dimilikinya namun berkat kegigihan dan kerja kerasnya untuk belajar, membuat beliau bisa melakukan pekerjaan apa saja walupun itu bukan dibidangnya.

Mulai dari keterampilan yang dia miliki tersebut, Pak Ali muda tidak berhenti untuk belajar. Setelah menikah dengan pujaan hatinya seorang wanita keturunan minang namun berdomisili di Medan membuat Pak Ali bertahan dan menetap di Medan (sampai sekarang). Setelah menikah, profesi beliau beralih untuk ketahap selanjutnya yaitu mengikuti teman-temannya yang lain membuat sepatu kulit khusus untuk pria berbahan dasar kulit.

Ini merupakan sebuah tantanga baru lagi bagi pak Ali. Sebelumnya, beliau membuat sepatu anak-anak dan sandal wanita berbahan dasarkan pelastik, jelas ini sungguh berbeda dengan keterampilan yang akan digelutinya dimana membuat sepatu kulit itu tingkat kesulitannya lebih besar, ujar Pak Ali.

Berkat keuletan dan sifat pantang menyerah yang dimiliki Pak Ali, tidak ada lagi kesulitan yang dirasakannya dalam setiap membuat sepatu kulit yang dianggapnya dulu itu rumit. Bahkan dengan sentuhan dan polesan dari tanganya yang terampil membuat sepatu yang dibuatnya menjadi lebih bagus dan terlihat berkelas.

Hingga pada akhirnya, pada tahun 2011 tepat 40 tahun pak Ali berkarya dan bekerja menjadi pengrajin sepatu dan menikmati hari-harinya bekerja untuk orang lain, pak Ali mulai memberanikan diri untuk membuka bisnis sepatu kulitnya secara mandiri dan itu dia lakukan tanpa modal.

Hal ini dikarenakan sifat pak Ali yang jujur maka ada seseorang yang mau memberikannya tawaran untuk meminjamkan mesin dan membeli  semua bahan-bahan dasar perlengkapan pembuatan sepatu ditokonya dan itu boleh dibayar dikemudian hari setelah sepatu-sepatu yang dibuat telah laku dipasarkan.

Dengan raut wajah bahagia pak Ali menceritakan kepada saya bahwa ini adalah suatu pencapaian yang tidak pernah diduga sebelumnya. Disaat usianya tak lagi muda beliau mendapatkan apa yang dicita-citakannya selama ini yaitu membangun bisnis sepatu kulit sendiri agar tidak bekerja lagi dengan orang lain.

40 tahun bukanlah waktu yang sebentar mengingat setiap proses hidup yang dijalaninya penuh dengan lika-liku dimana beliau merupakan pria yang bertanggung jawab dan harus membiayai seorang istri dan 6 orang anaknya yang tidak boleh putus sekolah karna faktor biaya.

Dalam membangun bisnisnya ini, proses yang beliau alami tidak selalu berjalan mulus. Mulai dari sulit mencari tukang (karyawan) bahkan terhimpit masalah pinjaman yang sudah telalu banyak dan sulitnya mencari tambahan modal sehingga membuat pak Ali mulai merasa ragu dengan usahanya yang kemungkinan tidak akan berlanjut lama alias gulung tikar.

Namun berkat sifat pantang menyerah pak Ali dan berkat dukungan moril dari anak-anaknya maka hal itu tidak terjadi. Pada tahun 2016 Pak Ali bangkit demi memajukan usaha sepatunya ini. Pak Ali dan anaknya mulai mengembangkan sayapnya lebih lebar lagi. Beliau dan anaknya mencari celah agar usaha yang dibangun ini dapat bertahan.

Pak ali bercerita bahwa harga kulit yang ada di Medan sungguh mahal yang mengakibatkan usaha pak Ali merugi maka dari itu beliau hampir putus asa dengan usahanya ini. Tanpa berpikir panjang Pak Ali mulai mencari kulit yang berkualitas dan harga lebih terjangkau dimana kulit yang menurutnya bagus dan murah itu terdapat di luar pulau Sumatera tepatnya di Magetan, Jawa Timur.

Hal ini beliau lakukan agar bisa lebih menekan harga sepatunya yang lebih terjangkau dan bisa dipakai oleh semua kalangan masyarakat tetapi memiliki kualitas yang tak kalah dengan sepatu-sepatu kulit yang harganya cukup mahal dipasaran. 

Kulit merukana bahan dasar yang paling utama dalam pembuatan sepatu yang dikerjakan oleh Pak Ali (sumber gambar : Huma Sarah)
Kulit merukana bahan dasar yang paling utama dalam pembuatan sepatu yang dikerjakan oleh Pak Ali (sumber gambar : Huma Sarah)
Pak Ali pun mulai memasok kulit dari pulau jawa dan menggunakan jasa angkutan pengiriman JNE. Dimana JNE dapat menjangkau pengiriman keseluruh pelosok negri. Kulit yang didatangkan dari Pulau Jawa sampai ke Medan pun mendarat dengan mulus dan kemasannya juga baik sehingga kulit yang dikirim tidak mengalami kerusakan. JNE sangat membantu sekali dalam melancarkan bisnis UMKM yang dimiliki oleh pak Ali. 

Sampai saat ini pak Ali dibantu oleh 11 orang karyawan dan beliau juga menfaatkan ibu-ibu disekitar rumahnya yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga ikut andil dalam proses pembuatan sepatu yang dimilikinya.

Salah satu pekerja yang membatu pak Ali dalam proses pembuatan sepatu kulit (sumber gambar: Huma Sarah)
Salah satu pekerja yang membatu pak Ali dalam proses pembuatan sepatu kulit (sumber gambar: Huma Sarah)
Para ibu sedang menjahit kulit yang akan dijadikan sepatu (sumber gambar: Huma Sarah)
Para ibu sedang menjahit kulit yang akan dijadikan sepatu (sumber gambar: Huma Sarah)
menurut Pak Ali, Saat ini keuntungan yang di dapatkan oleh beliau dan anaknya masih dikategorikan lumayan, kira-kira mencapai 20-30 juta/bulan"yah minimal saya bisa melunasi hutang-hutang saya selama ini "ujar pak Ali seraya tersenyum.

Sepatu yang dibuat oleh pak Ali sudah dipakai oleh semua kalangan, mulai dari pekerja kantoran, Pegawai Bank, Polisi, Pengacara, Dosen hingga kalangan Profesor pun memakai hasil karya yang dibuat oleh pak Ali, disamping harga yang dibandrol cukup terjangkau yaitu kisaran harga Rp. 250.000,- s/d Rp.400.000,- . 

Ada kebangga tersendiri yang dirasakan oleh pak Ali, menurutnya itu merupakan pencapaian yang luar biasa dari seseorang yang tidak lulus SD dimana karya-karyanya dipakai oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi. Sepatu yang dipesan dikategorikan dengan sistem tempahan jadi bisa dipesan untuk perorangan bahkan juga dipesan dalam sekala banyak sesuai permintaan.

Pak Ali juga menjual sepatunya hingga keluar kota Medan dan pengiriman juga menggunakan JNE yang menurutnya barang yang dikirim cepat dan tepat waktu.

sosok Pak Ali yang menginspirasi (sumber gambar: Huma Sarah)
sosok Pak Ali yang menginspirasi (sumber gambar: Huma Sarah)
Adapun harapan terdalam yang dinginkan oleh pak Ali adalah semoga hingga akhir hayatnya nanti bisnis sepatunya ini dapat diteruskan hingga keanak cucu. Mengingat ini merupakan kenangan terindah yang dimilikinya sepanjang hidup.

Dengan pesatnya perkembang teknologi yang ada saat ini semua bisnis yang digeluti bisa berkembang dengan baik asal ada kemauan, tekad dan konsisten dalam mengembangkan bakat-bakat yang kalian punya.

Belajar dari pengalaman yang dimiliki oleh Pak Ali maka dapat kita simpulkan bahwa bisnis UMKM merupakan bisnis yang menjanjikan dan bisa dilakukan oleh siapa saja dan tak mengenal latar belakang pendidikan seseorang, Asalkan kita bersabar dan tidak pantang menyerah semua bisa dilewati dengan mudah walaupun itu akan memakan waktu yang cukup lama. 

Peran JNE untuk mengembangkan bisnis UMKM di Indonesia ini sangatlah besar. Dimana jasa yang diberikan dapat menjangkau secara luas hingga keseluruh pelosok negri, jadi tidak ada lagi kesulitan yang dirasakan oleh pelaku bisnis UMKM sehingga perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan tidak tertinggal dengan negara lain. Terimakasih JNE, semoga akan selalu memberikan yang terbaik dan berkontribusi dalam memajukan negri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun