Mohon tunggu...
Irfan Palippui
Irfan Palippui Mohon Tunggu... -

Irfan Palippui,biasaiyamo cika!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Guruku, Pahlawan ''Tanda tanpa'' Jasa

13 Oktober 2010   07:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:28 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

( Sebuah Kabar Di Hari PGRI )

Dahulu, aku senang dengan cerita guruku

Cerita tentang Pahlawan-pahlawan

Keberanian mengusir penjajah

Gagah berani menyisahkan kita bangsa.

***

Guruku!

Hari ini aku yang akan bercerita

Tentang seri kedua pahlawan-pahlawan

Pahlawan tanpa meriam dan bambu runcing

Pahlawan yang mengusir kebodohan dengan buku dan pena

Pahlawan yang mendirikan dan membangun bangsa.

Kaulah guruku,

Yang menenteng pagi bergumul matahari

Datang bercerita dengan cinta

Penuh asmara menitipkan secarik kabar angkara

Mengusung keringat

Lahirkan ladang nusantara yang kita sebut Indonesia.

Guruku,

Kau telah ciptakan bapak-bapak bangsa

Kau ciptakan pejabat Negara

Kau ciptakan ilmuan-ilmuan

Sarjana-sarjana

Politikus,ahli hukum,ekonom,ekolog,teolog dan pula serpihan-serpihan lainnya.

Ada yang kembali jadi guru,buruh,nelayan dan juga petani.

Lalu pada seri kepahlawanan ini

Aku ingin bertanya padamu lalu

Kepada yang telah kau jadikan bapak bangsa

Pejabat Negara,ilmua-ilmuan,sarjana-sarjana

Politikus,ahli hukum,ekonom,ekolog,teolog dan pula serpihan guru

Dan para buruh,nelayan,petani yang punya harapan

masa sebagai anak bangsa.

Aku menemukan hilangnya riang di wajah bapak

Aku menemukan air mata di wajah ibu

Setelah datangnya seri kepahlawanan baru

Guruku.

Aku tak menduga di sekolah ini

Kita telah menciptakan bapak bangsa

Pejabat Negara,ilmua-ilmuan,sarjana-sarjana

Politikus,ahli hukum,ekonom,ekolog,teolog dan pula serpihan guru

Dan juga buruh,nelayan dan petani

Tapi, kau masih menenteng pagi bergumul matahari

Penuh asmara menitipkan secarik kabar angkara

Mengusung keringat

Lahirkan ladang nusantara yang kita sebut Indonesia.

Dahulu, aku senang dengan cerita guruku

Cerita tentang Pahlawan-pahlawan

Keberanian mengusir penjajah

Gagah berani menyisahkan kita bangsa

Kini,aku lesu mendengar cerita

Episode bapak bangsa

Tentang pejabat Negara yang korup, ilmuan dan sarjana labelan

Politisi bimbang

Ahli hukum menginjak norma hukum

Banjir ekonom masyarakat terjepit krisis

Tumbuhnya ekolog, ekosistem sana sini tumbang

Hingga kesibukan teolog berbicara Tuhan tetapi di mana-mana orang pada ingkar.

Pahlawanku

Guruku

Aku ingin tanpa tanda jasamu mengingkari ke pahlawananmu.

Guruku,

Pahlawan tanpa tanda jasa

Guruku,

Bukan

Pahlawan tanda tanpa jasa.

Makassar, 4 Juli 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun