Mohon tunggu...
Rio Estetika
Rio Estetika Mohon Tunggu... Freelancer - Dengan menulis maka aku Ada

Freelancer, Teacher, Content Writer. Instagram @rioestetika

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Deep Learning Spiritual Dalam Tafsir Al-Ma'un ala KH. Ahmad Dahlan

12 Januari 2025   10:00 Diperbarui: 12 Januari 2025   10:00 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi KH. Ahmad Dahlan menyantuni anak yatim dalam film "Sang Pencerah". Sumber: canva.com

Sepenggal memoar ketika KH. Ahmad Dahlan dalam pengajian rutin Shubuh, beliau mengajarkan tafsir surat Al-Ma'un secara berulang berhari-hari tanpa diganti surat lainnya. Lalu, salah seorang muridnya bernama Sudjak bertanya, " Mengapa meteri pengajian tidak ditambah dan hanya mengulang-ulang surat Al-M'aun saja? Lantas, Kyai Dahlan berkata pada muridnya, "Apakah kalian sudah benar-benar paham dan mengerti maksud surat Al-Ma'un? Semua murid KH. Ahmad Dahlan tak hanya mengerti, mereka semua sudah hafal bahkan di luar kepala. Kemudian Kyai bertanya kembali, "Apakah ayat dan arti surat Al-Ma'un yang kalian hafal itu sudah diamalkan? Kemudian, murid menjawab seraya bertanya : "Apa lagi yang harus diamalkan Kyai, bukankah Al-Ma'un juga sering dibaca ketika shalat? Dengan wajah tersenyum  KH. Ahmad Dahlan lalu kembali bertanya, "Sudah berapa banyak fakir miskin dan anak yatim yang kalian tolong?".

Kyai Ahmad Dahlan menjelaskan kepada Sudjak dan teman-temannya bahwa yang dimaksud mengamalkan surat Al-Ma'un itu tidak hanya dihafal dan dibacakan ketika shalat saja, tetapi dengan mempraktikkan dan diwujudkan dalam tindakan nyata. Sehingga Kyai Dahlan terus mengulang-ulang surat ini sampai murid-muridnya melakukan aksi nyata terhadap ayat ini. Pada saat itulah Kyai Dahlan menugaskan kepada para muridnya untuk mencari orang-orang miskin, yatim yang ada di sekitar tempat tinggal mereka. Jika sudah menemukan orang miskin dan anak yatim, mereka harus dibawa pulang dimandikan, disabuni, diberi sikat gigi, pakaian yang baik, beri makan dan minuman yang baik, dan tempat tidur layak. Gerakan penyeruan pemenuhan hak-hak fakir miskin dan orang-orang terlantar tersebut kemudian melahirkan gerakan mengelola zakat dan zakat fitrah untuk dibagikan kepada kaum fakir miskin, orang terlantar dijalanan karena berbagai sebab. Maka dari sini pula lahir rumah miskin, panti asuhan yatim-piatu, rumah orang terlantar dan rumah sakit.

Kisah KH. Ahmad Dahlan di atas berfokus pada tafsir surat Al-Ma'un merupakan cerminan dari konsep pembelajaran deep learning yang mengintegrasikan elemen mindful, meaningful, dan joyful. Dalam konteks mindful learning, Kyai Ahmad Dahlan mengajarkan murid-muridnya untuk tidak sekadar memahami teks Al-Qur'an secara tekstual, tetapi juga untuk menyadari makna mendalam dan relevansinya dalam kehidupan sehari-hari. Pengulangan tafsir surat Al-Ma'un dilakukan secara konsisten agar murid-murid benar-benar menyelami inti pesan ayat tersebut. Dengan cara ini, Kyai Dahlan menanamkan kepekaan hati dan pikiran murid-muridnya untuk memahami bahwa agama bukan hanya soal ibadah ritual rutinan, tetapi juga tentang kepedulian terhadap sesama.

Elemen meaningful learning sangat terasa dalam pengajaran ini. Kyai Dahlan tidak hanya berhenti pada penghafalan teks, melainkan menghubungkannya dengan tindakan nyata. Ia menggiring murid-muridnya untuk memahami bahwa surat Al-Ma'un menuntut implementasi nilai-nilai sosial seperti menolong fakir miskin dan anak yatim. Pemahaman ini dibuat relevan dengan kehidupan murid-muridnya melalui tugas nyata mencari, membantu, dan melayani orang-orang miskin di sekitar mereka. Dengan demikian, pembelajaran tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga membawa dampak yang berarti dalam kehidupan individu maupun masyarakat.

Joyful learning tercermin melalui interaksi yang penuh kasih dan pertanyaan-pertanyaan reflektif, ia menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan mendorong rasa penasaran. Ketika murid-murid mulai melakukan aksi nyata sesuai pesan surat Al-Ma'un, mereka menemukan kepuasan batin dan kebahagiaan dari tindakan membantu orang lain. Proses ini bukan hanya membangun pemahaman, tetapi juga menciptakan pengalaman positif yang membuat pembelajaran menjadi bermakna dan berkesan.

Penerapan pola belajar mindful, meaningful, dan joyful learning dalam satu kesatuan, berhasil mengubah pembelajaran menjadi proses transformasi diri dan masyarakat. Nilai-nilai ini tidak hanya tertanam di hati murid-murid KH.Ahmad Dahlan, tetapi juga menjadi fondasi lahirnya gerakan sosial yang terus memberi manfaat hingga saat ini.

Masa Depan Perkembangan Sekolah Muhammadiyah dalam Implementasi Deep Learning

Mengacu pada teladan KH. Ahmad Dahlan dalam mengajarkan tafsir surat Al-Ma'un, sekolah-sekolah Muhammadiyah di masa depan memiliki peluang besar untuk semakin memajukan pembelajaran berbasis deep learning dengan integrasi elemen mindful, meaningful, dan joyful. Filosofi pendidikan yang telah dirintis oleh KH. Ahmad Dahlan dapat menjadi landasan inovasi dalam menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga berdaya secara sosial.

1. Mindful Learning: Integrasi Spiritualitas dan Kesadaran Sosial

Sekolah Muhammadiyah dapat memprioritaskan pembelajaran yang membangun kesadaran mendalam pada peserta didik, baik dalam memahami nilai-nilai agama maupun menerapkannya dalam kehidupan nyata. Misalnya, melalui kurikulum ISMUBA untuk menanamkan pentingnya refleksi spiritual, siswa diajak untuk memahami esensi ibadah dan tanggung jawab sosial, seperti peduli pada fakir miskin dan anak yatim. Pendekatan ini dapat diwujudkan dalam program seperti "Filantropi Al-Ma'un," "Hari Peduli" atau sejenisnya di mana siswa merenungkan dampak tindakan mereka terhadap lingkungan sekitar.

2. Meaningful Learning: Teoritis Menuju Aksi Nyata

Sejalan dengan pesan KH. Ahmad Dahlan, pembelajaran tidak berhenti pada transfer ilmu, tetapi harus melibatkan aksi nyata. Sekolah Muhammadiyah masa depan dapat mengembangkan project-based learning dengan tema sosial. Contohnya, siswa dilibatkan dalam program pengelolaan zakat, pembagian sedekah, hingga pendampingan komunitas masyarakat yang kurang mampu. Kegiatan ini memberi siswa pengalaman langsung yang memperkaya makna dari pembelajaran mereka, sekaligus membangun empati dan kemampuan memecahkan masalah nyata.

3. Joyful Learning: Belajar Dengan Senang Lalu Terkenang

Untuk menjaga antusiasme dan minat belajar, sekolah Muhammadiyah dapat mengadopsi metode pembelajaran kreatif seperti permainan edukatif, drama interaktif, dan teknologi digital yang memvisualisasikan pesan-pesan Al-Qur'an. Misalnya, siswa dapat diajak bermain peran sebagai "penolong masyarakat" dalam sebuah drama sekolah yang menggambarkan pengamalan surat Al-Ma'un. Dengan aktivitas ini, siswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga terlibat secara emosional dan menikmati proses belajar.

Interaksi yang penuh kasih, seperti yang dicontohkan KH. Ahmad Dahlan, dapat menciptakan suasana belajar yang positif. Guru mendorong dialog terbuka dan memberikan apresiasi pada usaha siswa akan menumbuhkan rasa percaya diri dan kegembiraan dalam belajar. Ketika siswa merasa dihargai, mereka akan lebih mudah terhubung dengan nilai-nilai yang diajarkan, sehingga pembelajaran menjadi pengalaman yang terkenang. Dengan suasana seperti ini, joyful learning tidak hanya memotivasi siswa untuk belajar lebih giat tetapi juga membentuk hubungan emosional yang kuat antara materi pelajaran, guru, dan teman-temannya.

4. Transformasi Sosial: Kolaborasi Bersama Teknologi

Sekolah Muhammadiyah dapat memanfaatkan teknologi untuk memperluas dampak pembelajaran berbasis Al-Ma'un. Platform digital dapat digunakan untuk memantau dan mendukung proyek sosial siswa, seperti aplikasi yang menghubungkan siswa dengan komunitas yang membutuhkan bantuan. Pengembangan platform digital dapat diinisiasi dengan kolaborasi bersaman perguruan tinggi milik Muhammadiyah yang berkonsentrasi pada teknologi informasi dan komunikasi. Selain itu, kolaborasi dengan organisasi sosial Muhammadiyah, seperti Lazismu atau Aisyiyah, dapat memperluas peluang aksi nyata siswa.

Praktik pembelajaran KH. Ahmad Dahlan dalam mengajarkan tafsir surat Al-Ma'un telah menunjukkan kepada kita bahwa konsep deep learning, yang baru populer di era modern, ternyata telah lama diterapkan oleh beliau. Jauh sebelum istilah deep learning dikenal, Kyai Dahlan telah berhasil mengintegrasikan elemen mindful, meaningful, dan joyful learning dalam proses pengajarannya. Beliau tidak hanya mengajarkan ilmu agama secara teoritis, tetapi juga mendorong murid-muridnya untuk mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Hal tersebut menjadi warisan pemikiran dan tindakan KH. Ahmad Dahlan yang menjadi modal berharga bagi sekolah-sekolah Muhammadiyah dalam mengembangkan model pembelajaran yang lebih relevan dan berdampak. Dengan mengintegrasikan spiritualitas, aksi nyata, dan suasana belajar yang menyenangkan, sekolah Muhammadiyah dapat mencetak generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun