Mohon tunggu...
Rio Estetika
Rio Estetika Mohon Tunggu... Freelancer - Dengan menulis maka aku Ada

Freelancer, Teacher, Content Writer. Instagram @rioestetika

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Melodi di Antara Kita

3 November 2024   20:08 Diperbarui: 3 November 2024   21:48 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semarang, kota yang selalu hidup dengan hiruk-pikuknya, menjadi saksi bisu dari berbagai kisah cinta yang terjalin di dalamnya. Di tengah gemerlap lampu jalan dan riuh rendah suara pedagang kaki lima, sebuah cerita cinta yang penuh dengan aksi, air mata, dan tawa akan terungkap bersama riuhnya episode realitas kehidupan.

Fajar baru saja menyentuh langit Semarang, mengubah semburat kelabu menjadi kanvas biru muda yang dihiasi sinar matahari pertama. Udara pagi membawa aroma segar dedaunan yang basah oleh embun, sementara burung-burung berkicau riang, menandai dimulainya hari baru. Di tengah kesibukan kota, sebuah sekolah menengah atas berdiri megah, bagai benteng ilmu pengetahuan yang setia mendidik generasi muda.

Gerbang besi sekolah yang tinggi mulai terbuka, menyambut arus siswa yang berdatangan. Di antara kerumunan, tampak sosok Anya Bella Pramudita, berjalan dengan langkah pelan namun pasti. Seragam putih abu-abu yang dikenakannya tampak rapi, melambangkan kesungguhan dan harapan baru di setiap pindahannya. Bella sapaan akrabnya, ia memang baru di sekolah ini. Ayahnya yang seorang pebisnis memaksanya untuk terus berpindah sekolah menyesuaikan urusan bisnis orang tuanya. Bella menatap sekeliling, menghirup dalam-dalam aroma pagi yang bercampur dengan antusiasme para siswa yang bergegas menuju kelas mereka.

Bel sekolah berdentang, suaranya menggema hingga ke sudut-sudut halaman yang luas. Bunyi itu bukan sekadar tanda waktu, melainkan juga panggilan magis yang menggugah semangat para siswa. Dentang pertama memecah kesunyian pagi, diikuti oleh irama ritmis yang mengingatkan akan tanggung jawab dan pelajaran yang menanti di dalam kelas.

Kerumunan siswa yang semula riuh berubah menjadi aliran yang tertata, bergerak menuju ruang-ruang kelas yang tersebar di berbagai sudut gedung. Bella, dengan buku catatannya yang setia di tangan, mengikuti arus itu. Dalam hatinya, ada getaran halus antara rasa cemas dan antisipasi. Setiap langkahnya diiringi oleh pikirannya yang melayang-layang, membayangkan apa yang akan dia temui di balik pintu kelas baru.

Di koridor, suara langkah kaki beradu dengan lantai marmer, menciptakan simfoni pagi yang unik. Canda tawa dan bisikan para siswa menjadi latar belakang yang menenangkan dan sekaligus mendebarkan. Bella tersenyum kecil, meresapi suasana yang selalu membuatnya merasa asing namun akrab.

Ketika Bella akhirnya mencapai kelasnya, dia berhenti sejenak di depan pintu, mengumpulkan buliran semangat sebelum masuk. Cahaya pagi yang menerobos jendela memandikan ruang kelas dalam kilauan emas yang lembut. Meja-meja kayu tersusun rapi, papan tulis bersih siap menyambut goresan kapur yang penuh makna, dan kursi-kursi menunggu untuk diisi oleh para penghuni muda yang haus akan ilmu. Dengan tarikan napas yang dalam, Bella melangkah masuk, menyatu dengan ritme kehidupan sekolah yang baru namun penuh harapan. Di sanalah, di balik gerbang dan dentang bel yang sakral, sebuah babak baru dalam hidupnya akan dimulai---dengan segala kejutan, persahabatan, dan mungkin, cinta yang menanti untuk ditemukan.

***

"Selamat pagi, semuanya. Salam , perkenalkan aku Anya Bella Pramudita lusa kemarin aku baru pindah kota ini. Semoga, kita bisa saling berteman ya". Tutur Bella memperkenal diri pada teman saat pertama kali masuk kelas. "Ya,  Bella..!", jawab seisi ruangan kelas XI IPS dengan kompak. "Bella, duduk disamping abang saja", seloroh si Saqib, salah satu siswa di kelas tersebut. Mendengar ucapan si Saqib , maka ramai dan riuhlah ruang kelas XI IPS 2 itu.

"Uuuu, dasar kau Saqib celamitan. Lihat Perempuan cantik sedikit langsung keranjingan", pungkas  Bu guru Elida sembari menenangkan keriuhan kelas. Memang Saqib jawara lawak di kelas XI IPS 2 itu, anaknya memang suka bercanda dan melawak, tingkahnya random dan penampilannya agak sedikit urakan. Namun, tingkah polah Saqib jugalah yang kerap membuat kelas XI IPS menjadi kelas yang hidup dengan beragam momen kelucuan, sehingga belajar tak sebegitu menegangkannya.

Pertengahan momen Bu Elida meredam keriuhan kelas, lantas pintu masuk berbunyi, "Krieeeeeek", seluruh kelas spontan melirik ke arah pintu. Semua hening, fokus memberhatikan pintu. Siapa gerangan yang masuk itu.

"Ibnu...!, sudah jam berapa ini? teriak kepada Ibnu yang terlabat masuk kelas. Bella terkaget mendengar bentakan Bu Elida. Secara perawakan Bu Elida ini kecil namun suaranya begitu kencang sehingga membuat Anya sebagai murid baru terkejut.

"Kali ini apa alasan kamu terlambat?", cecar  Bu Elida. Lantas Ibnu hanya bisa tertunduk dan tertegun. Bu Eli sebagai wali kelas XI IPS 2 memang ramah dan penuh kelembutan selaras dengan posturnya yang mungil, namun beliau ini bersuara lantang dan sangat keras jika berkaitan dengan kedisiplinan.

Bu Elida bertanya, "Kali ini kamu terlambat, karena urusan seperti biasa?",

"Ya bu, maaf", jawab Ibnu dengan suara lirih. Bu Elida lalu menimpali, "Baik, kalau begitu nanti saat jam istirahat temui ibu di ruag guru. Sekarang tempat dudukmu geser ke belakang. Supaya, ini Bella murid baru bisa bergantian duduk dibarisan depan".

"Silahkan, Bella kamu bisa duduk barisan depan." Ucap Bu Elida.

Perlakuan Bu guru Elida tersebut membuat Bella bertanya-tanya. "Kok, begini sih?. Murid telat kok nggak dihukum. Urusan biasanya? Lah apa emang urusan murid ini, Bu Elida Nampak sudah hafal dan ini pasti bukan sekian kalinya murid ini (Ibnu) terlambat datang." Begitulah kecamuk pertanyaan dalam diri Bella di hari pertamanya masuk kelas sebagai murid pindahan.

"Baiklah anak-anak, sekarang siapkan buku paket Geografinya," perintah Bu Elida kepada semua siswa dan memulai pembelajaran"

***

"Kriiingg....kriiingg...!", bunyi tanda bel istirahat pertama setelah satu jam pembelajaran. Seluruh siswa berhamburan keluar ruang kelas masing-masing untuk melepas penat belajar. Namun tidak dengan kali ini, hamper seluruh siswa kelas XI IPS 2 tidak langsung beranjak keluar. Mereka menghampiri Bella, untuk lebih kenal dengannya atau sekedar menyapa. Hal ini wajar bagi Bella, mengingat setiap kepindahan sekolah di hari pertama ia akan dikerumi siswa lainnya. Seolah mereka yang mengerumuni terpesona dengan aura karismatiknya Bella yang cantik rupawan, dengan rambut terurai sampai pinggang serta lingkar bando warna pink di kepalanya.

Kondisi tersebut tak membuat Bella merasa risih, justru ia agak bangga karena dengan demikian Bella dapat lebih mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya yang baru. Dengan kondisi tersebut terkadang dalam diri Bella terbesit rasa sedikit kesombongan bahwa ia ternyata mudah popular. Siswa-siswi lain paling basa-basi, mengajukan pertanyaan kepada Bella. Antusiasme mereka dibalas dengan jawaban Bella dengan tutur kata yang pantas dan baik standar obrolan anak usia remaja SMA kala itu.

Namun, hanya satu orang siswa yang tidak ikut mengerumuni Bella di kelas XI IPS, ia adalah Ibnu. Selepas bel istirahat berbunyi ia langung pergi bersama Bu Elida ke ruang guru.

Pada titik ini, muncul bibit keangkuhan pada Bella."Semua, siswa di kelas begitu antusias dan penasaran dengan aku yang lumayan cepat popular ini. Kenapa Ibnu cuek begitu? Meskipun ada panggilan guru, seharusnya ia bisa lebih respek kepada teman sekalas yang baru",begitulah gumam Bella dalam hati seraya penasaran.

"Eh..Bella,ayo kita ke kantin", ajak Siska, salah satu siswa kelas XI IPS 2 yang antusias dengan kehadiran Bella.

"Nanti aku tunjukan jajanan favorit sekolah ini," pungkas Siska sambil menggandeng tangan Bella menuju kantin.

Sembari perjalanan ke kantin, Siska menunjukkan tiap-tiap sudut ruangan di sekolah sekaligus memberitahukan kepada Bella tentang fungsi ruangan bahkan cerita seram di ruang-ruang tertentu. Ia menceritakan begitu runtut, jelas dan akurat bak menjadi tour guide yang memberi penjelasan kepada turis. Nampak dari sinilah, Siska dan Bella menjalin hubungan sahabat yang begitu dekat.

***

Sampai di kantin, Siska masih saja ceriwis dengan penjelasannya. Kali ini ia menjelaskan jenis-jenis menu makanan yang terpapang di etalase kantin. Mulai dari nama makanannya, harga, hingga rasa. Ia juga menjelaskan perbedaan dari tiap-tiap food court yang tersebar di seluruh kantin sekolah. Kehebohan Siska dalam menjelaskan sudah nampak seperti food vlogger di Youtube.

Setelah Bella membeli beberapa makanan cemilan dan minuman ringan. Bella berkata pada Siska, "Hei Sis.., bukankah itu anak di kelas kita?", sembari menunjuk ke arah meja yang terletak paling pojok di kantin.

"Oh iya, itu Ibnu. Ayo kita samperin", ajak Siska sembari menarik tangan Bella.

"Oiiii..., sentak siska menepuk pundak Ibnu yang sedang duduk melamun.

"Eee kamu tho Siska, bikin kaget saja", ucap Ibnu yang terkaget dengan gertakan Siska.

"Melamun saja kamu ini Nu, bagaimana tadi ketemu bu Elida? Diapain ?", tanya Siska.

"Oh ya, Nu. Ini ada Bella teman sekelas kita lho, apa kamu gak pengin kenalan? Kamu ini, ada teman baru kok malah cuek aja malah mentingin Bu Elida, ledek Siska.

"Iya..iya Sis, bawel sekali kamu ini. Ya udah aku kenalan,"

Ibnu lantas menjulurkan tangan tanda salaman kepada Bella. "Aku Ibnu, salam kenal", kata Ibnu sembari tersenyum pada Bella dalih berkenalan.

"Iya, salam kenal juga aku Bella", kata Bella dengan suara lembut sembari membalas senyum perkenalan dari Ibnu.

"Ini minum!", kata Siska yang menawarkan minuman ringan pada Ibnu.

Pada saat itulah Ibnu, Bella, dan Siska menempati meja kantin yang sama.Mereka mengobrol sana-sini selama istirahat. Siska antusias ketika bercakap-cakap. Ibnu dan Siska saling menimpali begitu pula dengan Bella yang mulai sedikit demi sedikit berbicara pada Ibnu.

"Maaf Ibnu, kalau boleh tau kenapa kamu bisa datang terlambat tadi ?", tanya Bella ingin mengobati rasa penasarannya.

"Lalu kok kamu dibilang urusan biasanya, Bu Elida memaklumi".

Mendengar pertanyaan Bella tersebut, Ibnu lantas mengerutkan dahinya sembari menatap tajam Bella. Seolah Ibnu tidak senang dengan pertanyaan yang diajukan Bella. Seketika itu pula Siska berpura-pura tersedak untuk mengalihkan suasana. Karena Siska memahami betul apa yang dirasakan Ibnu ketika ditanya soal kenapa ia selalu datang terlambat.

"Uhuk..uhuk, aku tersedak keripik", sentak Siska.

"Kamu nggak apa-apa, Siska? Tanya Ibnu.

"Aku nggak papa, udah-udah nggak papa. Ini kayaknya mau bel masuk juga deh. Kita masuk kelas aja dulu deh", kata Siska yang sukses mengalihkan situasi.

Ada apa gerangan dibalik Ibnu ini. Serangkaian rasa penasaran pasti semakin menghinggapi Bella. Dan kenapa Siska begitu pahamnya dengan Ibnu. Seolah Siska sedang menjaga perasaan Ibnu.

***

Bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun