Mohon tunggu...
Rio Estetika
Rio Estetika Mohon Tunggu... Freelancer - Dengan menulis maka aku Ada

Freelancer, Teacher, Content Writer. Instagram @rioestetika

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kesalahan Pengasuhan (3): Menampilkan Kebohongan

13 Mei 2024   14:16 Diperbarui: 14 Mei 2024   11:11 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi/dok.pribadi

Tulisan tentang kesalahan pengasuhan pada kolom kompasiana ini, saya telah memasuki pada sub ketiga dari pembahasan tentang kesalahan pengasuhan. Pada tulisan kali ini sedikit saya akan mengulas tentang "Bohong" sebagai salah satu bentuk kesalahan pengasuhan yang mingkin secara tidak sadar banyak dilakukan oleh para orang tua dan pengasuh. Kebohongan pada dasarnya adalah sikap yang fatal dalam relasi dengan siapapun, namun hal ini justru kerap disepelekan. Timbul pertanyaan, orang tua macam apa yang dalam proses pengasuhan mengajari bohong? Pada titik mana, orang tua dan pengasuh secara tidak sadar justru menampilkan bentuk kebohongan dalam pengasuhan?

Kebohongan yang ditampilkan dalam pengasuhan secara tekstual verbal, mungkin tidak tersampaikan langsung pada anak. Namun, hal ini dapat diperhatikan dalam berbagai interaksi antara anak dengan orang tua dalam kasus atau peristiwa tertentu. Contoh kecil, ketika ayah dan ibu berkata kepada anak bahwa mereka tidak akan pergi kemanapun, namun justru ayah dan ibu pergi dan kemudian anak dititipkan kepada pengasuh lain atau kepada sanak saudara. Permisalan lainnya, ketika ayah dan ibu ada tamu atau panggilan telepon yang tidak diinginkan lantas menyuruh anak untuk mengatakan bahwa ayah dan ibu tidak sedang ada dirumah. Nah, dari contoh tersebut tampaklah bahwa dalam interaksi kecil antara ayah-ibu dan anak kerap terjadi praktik-praktik kebohongan. Hal tersebut jika terus dilakukan akan tertanam pada jiwa dan pikiran anak tentang perilaku-perilaku kebohongan. Bertemali dengan itu, maka akan menjadi omong besar jika orang tua hanya menceramahi dan memerintah anak untuk tampil jujur, namun ternyata ayah dan ibu mempraktikan kebohongan itu sendiri. Memang jenis kebohongannya kecil, namun bukankah yang dari kecil itu lama-lama akan berkembang menjadi tibgkat kebohongan yang lebih besar dan membawa dampak lebih menyakitkan. Tentunya kita semua tidak menginginkan hal tersebut. Pada titik inilah orang tua harus jujur merekflesikan diri atas sikap dan perilaku yang mungkin mengandung kebohongan.

Orang tua dan pengasuh perlu memperhatikan respon ketika mendapati perilaku yang kurang baik dari anak. Terkadang anak melakukan suatu kesalahan, lantas orang tua kerap memarahi dan melabeli anak. Hal ini justru akan berdampak pada pengalaman anak, dimana anak bisa memiliki pemahaman bahwa kejujuran itu menyakitkan. Sehingga, naluriah anak akan bekerja untuk berbohong dimana dengan kebohongan itu, mereka kan terselamatkan dari omelan dan sikap marah orang tua. Sebagai jalan tengah, orang tua bisa terbiasa untuk melihat dulu jenis dan dampak kesalahan yang mungkin diperbuat anak. Orang tua harus mulai membiasakan diri berdiskusi dengan anak berkaitan problem-problem tertentu. Apabila diketahui anak melakukan salah, maka jangan langsung dimarahi atau dilabeli dengan sebutan anak bodoh, anak nakal, anak tak tau diri dan lain sebagainya. Tanyakan kepada anak mengapa bisa terjadi hal yang buruk itu, mengapa kamu lakukan itu. Orang tua memposisikan diri sebagai pihak yang mengapresiasi kejujuran anak. Kemudian beritahukan kepada anak apabila perbuatan anak yang mungkin salah itu memiliki konsekuensi bagi dirinya dan orang lain. Dan berikan penekanan, jangan sampai melakukan kesalahan yang sama dikemudian hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun